Bel istirahat pun berbunyi. Akhirnya setelah kelas yang melelahkan dan menegangkan itu sudah berakhir. Anak-anak bergegas untuk menuju ke kantin. Maklum setiap pelajaran Matematika, mereka selalu saja kelaparan mungkin karena sudah menguras otak yang lebih jadi dampaknya ke perut.
Roni pun segera keluar untuk menuju ke kantin, takut warung langganannya ramai pembeli karena ia sangat lapar sampai-sampai tidak mengajak Koko untuk pergi ke kantin.
Padahal hari ini Koko juga merasa ingin ke kantin. Karena sejak hari pertama kedatangannya ke sekolah ini ia sama sekali belum menginjak kakinya ke tempat tersebut.
Baru kali ini, Koko berjalan menuju ke kantin.
Setelah sesampainya di kantin ternyata kelihatan ramai sekali. Koko bingung mau membeli makanan apa, perutnya sangat lapar kali ini. Belum sempat untuk memutuskan akan membeli apa. Tiba tiba ada yang memegang pundaknya.
" Eh lu ke kantin juga akhirnya?" kata Roni sambil memegang pundak Koko yang sedang bingung.
" Iya nih aku laper banget. Kayaknya aku mau beli ayam goreng dulu deh".
" Oke gua tunggu di meja sana ya" kata Roni sambil menunjuk tempat meja makan yang kosong.
Koko pun mengangguk, dan segera mengantri memesan makanan. Untungnya penjual di kios tersebut sangat cepat untuk melayani pembeli yang banyak. Koko takut jika disaat dia sedang memesan ayam, bel masuk sudah berbunyi.
Koko pun segera menuju ke tempat meja makan yang sudah ditempati oleh Roni. Makanan yang dipesan Roni ternyata sudah habis tak bersisa.
" Huh cepat sekali dia makan" batin Koko dalam hati.
" Maap ya udah aku habisin dulu makananku. Kayaknya aku beli lagi deh" kata Roni sambil menyeruput segelas es teh manis.
" Hah kamu mau pesen lagi? Belum kenyang juga? " tanya Koko yang heran.
" Hahaha lu tau kan kalo gue ini makannya banyak. Gak usah kaget. Eh btw, jangan panggil aku-kamu dong. Enakan lu-gue aja. Gimana? "
" Aku belum kebiasa kalo pake itu. Kalo kamu mau pake itu silahkan aja"
" Yah, lu harus dibiasain dong. Kalo aku-kamu kedengarannya kayak anak pacaran tau" keluh Roni sambil mengernyitkan dahi.
Tetapi, Koko hanya mengedikkan bahu sambil memakan ayam gorengnya yang masih panas.
" Duh susah ya emang kalo berhadapan sama anak baru kayak lu. Tapi terserah deh. Gue mau pesen makanan lagi ya".
Koko pun hanya mengangguk, dia sedang tidak mau diganggu saat menikmati sepotong ayam goreng yang terlihat lezat.
Tak berapa lama, Koko lamat lamat mendengarkan ada dua orang cewek yang sedang mengobrol. Mereka duduk tepat di belakang Koko. Jadi Koko juga bisa mendengarkan apa yang dibicarakan oleh dua orang gadis tersebut.
Mereka mengobrol dan tertawa sampai-sampai Koko menoleh ke arah mereka. Dan disaat menoleh ternyata disana ada Isma dan Nina yang sedang makan sambil bercanda.
" Berisik juga mereka" batin Koko.
" Akhirnya gua masih bisa dapet mendoan krispi, tepat antrian di belakang gua eh malah ga dapat tempe mendoannya. Kasian banget. Padahal tempe mendoan ini enak banget. Lu harusnya coba makan ini juga Ko" kata Roni sambil membawa piring tempe mendoan dengan dua potong.
Koko tidak menanggapi pernyataan dari Roni, ia sedang sibuk mengunyah makanannya. Ia tidak ingin diganggu dan menikmati kelezatan makanan yang dipesannya. Suasana kantin masih ramai seperti tadi. Waktu istirahat masih tersisa beberapa menit lagi.
Mereka pun sedang sibuk untuk menghabiskan makanannya. Tak disangka ada suara meongan yang dekat dari mereka. Lama-lama suara itu semakin mendekat. Setelah dilihat ternyata ada kucing kecil berwarna hitam yang sedang berada di dekat kaki Koko. Koko pun kaget karena ternyata sudah ada di sampingnya.
" Meoooong", ucap kucing itu dengan memasang wajah memelas berharap ada orang yang berbaik hati untuk memberinya makanan.
Roni yang melihat kucing tersebut merasa kasihan dengan tatapannya yang memohon. Apalagi bulunya yang kotor menandakan ia adalah kucing liar yang sudah berjalan kesana kemari untuk mencari makanan agar bisa mengganjal perutnya yang lapar.
" Kayaknya tuh kucing kelaperan deh. Pas banget lu masih ada ayam goreng yang belum abis" kata Roni sambil melihat kucing kecil yang lucu itu.
Koko pun segera mengambil sebagian daging ayamnya yang tersisa dan langsung melempar menjauh dari tempat dimana ia duduk . Akhirnya kucing itu pun berlari untuk mencari makanan yang baru dilempar tadi. Kucing itu segera memakannya dengan cepat. Kasihan sekali.
" Lu jijik banget kayaknya sama kucing " tanya Roni penuh selidik.
" Iya emang lagian aku nggak suka banget sama kucing" kata Koko sambil meminum es tehnya.
" Padahal tuh kucing lucu banget. Seandainya gua nemu nggak di sekolah, udah gua bawa ke rumah tuh kucing ".
" Heran deh sama orang yang suka banget sama hewan sampe dibela belain buang uang banyak buat biaya perawatan hewan peliharaan "
" Yah lu mah emang dasarnya ga suka sama hewan aja Ko. Orang kalo udah sayang atau cinta pasti bakal dibela-belain bakal ngelakuin apapun untuk nyenengin sama yang dicintainya" kata Roni sok bijak.
" Lah, padahal kan tadi kita bahasnya ngomongin kucing kenapa tiba tiba merambat kesana".
Roni yang mendengarnya pun hanya bisa tertawa sambil mengunyah tempe mendoan yang baru habis.
Lambat laun suasana kantin pun terasa lebih sepi daripada tadi. Tinggal beberapa menit menunggu bel berbunyi untuk masuk ke kelas. Hingga bunyi bel pun berdenting keras. Anak-anak yang masih berada di kantin pun bergegas menuju ke kelas masing- masing untuk mengikuti pelajaran selanjutnya.
Tak terkecuali Nina yang sedang membereskan meja setelah ia makan, lalu ia beranjak dari kursinya. Ia pun menoleh ke arah Isma yang masih duduk terdiam
" Is ayo ke kelas nih, udah bel lho. Lu kok diem sih" ajak Nina.
Isma yang sedari tadi melihat perlakuan Koko, ia pun tidak habis pikir ternyata cowok itu tidak suka dengan hewan apalagi kucing. Isma pun masih belum beranjak dari kursinya.
" Ayo dong Is" ajak Nina sambil memegang lengan Isma untuk segera berdiri dari kursinya.
Isma pun akhirnya berdiri lalu berjalan meninggalkan kantin dengan langkah yang malas. Selama perjalanannya ke kelas, Nina menyadari kalo temannya tiba tiba jadi pendiam.
Ketika sudah sampai di kelas. Isma pun segera duduk tanpa lagi menoleh ke arah Koko. Dia malas bertemu tatap dengannya. Mungkin imajinasinya kali ini terlampau jauh mengharapkan cowok tersebut bakal suka dengan kucing, Isma pun segera menyibukkan untuk membuka novel yang ia bawa ke sekolah untuk melupakan kejadian di kantin tadi.