Isma yang mendengar bel tersebut segera menyiapkan buku buku pelajaran Matematika, sambil menunggu guru datang. Untungnya semua siswa yang tadi meminjam buku untuk menyalin PRnya pun sudah selesai. Para siswa sudah siap untuk menerima pelajaran yang tidak menyenangkan itu. Ditambah Bu Ratna yang terkenal dengan kedisiplinannya. Maka dari itu semua siswa menjadi segan terhadap guru tersebut. Jangan sampai membuat ibu guru marah karena hukumannya tidak pernah main-main. Pernah suatu waktu sebagian siswa kelas XI membuat kesalahan karena waktu ulangan jawaban mereka hampir sama termasuk juga rumusnya, Bu Ratna menyimpulkan jika nama-nama itu bersekongkol untuk mencontek bersama-sama, entah bagaimana caranya. Padahal Bu Ratna merasa jika ia mengawasid engan ketat selama ujian berlangsung, akan tetapi siswanya punya beribu cara untuk mendapatkan jawaban dengan nilai bagus. Hingga akibatnya mereka yang bersangkutan dikenai hukuman yaitu menambah jam Matematika seusai pulang sekolah selama seminggu. Akibatnya murid-murid tidak ingin berbuat curang dengan pelajaran Matematika.
Sementara itu, Isma tadi sempat melihat ke arah Koko, tapi yang diperhatikannya sedang berbicara dengan Roni. Kalau dilihat-lihat dia sepertinya santai saja, tidak seperti teman-teman lain yang sedang sibuk mengerjakan PR. Mungkin dia juga sudah mengerjakan PR. Ah masa sih dia tergolong anak yang rajin. Kebanyakan anak cowok itu selalu malas dan selalu mencontek. Ya mungkin saja ia salah satu anak yang rajin.
" Kok bengong sih, Laper lu? " senggol Nina yang sejak tadi memperhatikan teman sebangkunya.
Isma segera sadar dari pikirannya.
" Iya nih, tadi gue buru buru jadi sarapan cuma dikit. Terus kepikiran entar ke kantin enaknya beli siomay, bakso atau mie ayam ya? " kata Isma yang berusaha menutupi apa yang dipikirkannya.
Nina yang mendengarkan pertanyaan dari temannya pun mengehembuskan nafas yang besar.
" Gara gara lu nih. Gue laper lagi kan. Padahal tadi udah sarapan", ucap Nina sambil memegang perutnya.
" Apalagi bentar lagi pelajaran Matematika, duh bisa-bisa mampus gue", lanjut Nina lagi.
" Hah, emang salah gue apaan Nin. Gue kan cuma tanya gitu doang" protes Isma sambil mengangkat sebelah alisnya.
" Itu lu pake acara nyebutin makanan. Lu tau gak sih kalo gue itu lemah banget kalo soal makanan".
" Hahaha ye maap kan gue nggak tau kalo lu nya gampang laperan. Sabar deh ntar kita ke kantin bakalan jajan enak".
Tak selang berapa lama, Bu Ratna pun akhirnya datang, dan sesuai dengan perkiraan anak-anak, Bu guru itu menagih tugasnya.
" Murid-murid keluarkan tugas kalian ya, Ibu akan mengecek satu per satu" kata Bu Ratna sambil memakaikan kacamatanya.
Anak-anak pun mulai percaya diri untuk mengeluarkan tugasnya yang baru saja dikerjakan di kelas. Bu Ratna segera berjalan berkeliling untuk mengoreksi siapa saja yang mengerjakan tugas darinya.
" Koko kamu nggak lupa sama tugasnya kan? " tanya Bu Ratna saat sudah berdiri di dekat bangku Koko.
" Ini sudah selesai Bu tugas saya" jawab Koko sambil menyodorkan tugas yang sudah dikerjakan kemarin.
Bu Ratna yang sudah memeriksa semua tugas murid-murid nya pun kembali ke meja guru.
" Bagus kalo kalian sudah mengerjakan ya. Kali ini karena kalian sudah menyelesaikan tugasnya dengan baik. Sepertinya sudah mengerti, nah Ibu akan memberikan soal di papan tulis dan nanti Ibu akan menyebut nama kalian satu per satu untuk maju dan mengerjakan soal latihannya. Soalnya sama seperti tugas kalian".
Anak-anak pun terlihat panik dan berkasak kusuk karena mereka mana mungkin untuk mengerti dari soal Matematika. Seisi kelas pun terdengar gaduh. Banyak dari mereka mulai cemas karena tidak ingin diberi hukuman yang berat lagi. Bu Ratna yang mendengar kegaduhan tersebut mengetuk penghapus papan tulis ke papan untuk membuat siswa terdiam. Dan ternyata cara itu ampuh juga untuk menenangkan suasana.
" Anak-anak coba tenang ya. Ibu akan menuliskan soal dan akan menunjuk dari kalian untuk maju mengerjakan di papan tulis" kata Bu Ratna sambil berdiri dan memegang spidol untuk menulis soal di papan. Beliau mulai menulis soal-soal Matematika yang terlihat rumit di mata para siswanya. Setelah itu Bu Ratna menghadap ke arah siswa.
" Isma kamu pertama yang maju" tunjuk Bu Ratna.
" Baik, Bu" jawab Isma sambil berdiri menuju depan kelas.
Sudah tidak heran kalo Isma dengan mudah mengerjakan soal, karena dia selalu belajar dan mengerjakan PR malam harinya.
Isma berkonsentrasi untuk menyelesaikan soal tersebut.
"Sudah Bu", kata Isma sambil meletakkan spidol papan tulis.
" Bagus, jawabannya dan cara yang kamu tulis di papan sudah benar semua. Silahkan kembali duduk. Selanjutnya..... Niko coba kamu kerjakan soal nomor 2".
Yang dipanggil pun berdiri dengan ragu ragu karena dia tadi juga menyontek milik Isma. Setelah berada di depan kelas. Dia pun berusaha untuk mengerjakan soal entah benar atau tidak. Ternyata ia mengalami kesulitan karena tidak kunjung ditulis jawaban oleh Niko.
" Niko. Kok kamu masih bingung kan tugasnya hampir sama dengan yang ada di soal ini. Kalo kamu mengerjakan kamu pasti bisa. Kenapa? " tanya Bu Ratna.
" Sulit Bu, Niko masih belum paham sama soal macam ini" jawab Niko dengan ragu ragu.
" Tapi kamu kan sudah mengerjakan PR tadi?"
" Iya Niko ngerjakan PR nya pas di sekolah. Soalnya kalo dirumah Matematika sulit banget Bu" jawab Niko dengan jujur.
" Ya Ampun Niko jadi kamu nyontek, pasti yang dicontek milik Isma ya? "
Bu Ratna pun akhirnya bertanya kepada murid-muridnya.
" Siapa disini yang PR nya nyontek? "
Hampir seisi kelas pun mengacungkan tangan,terkecuali Isma dan Koko.
" Jadi hanya Isma dan Koko yang ngerjakan PR dirumah. Kalian ini gimana sih. Kalo Ibu menerangkan itu didengarkan. Kalo masih ada yang belum paham tanyakan ke saya. Jangan hanya diam saja. Saya pikir kalian sudah mengerti" kata Bu Ratna panjang lebar. Anak-anak pun hanya menundukkan kepalanya karena merasa bersalah. Ruangan kelas seketika hening.
" Ya sudah. Koko kamu maju ke depan"
Koko pun segera maju. Dan seperti perkiraan, Koko memang berbakat juga di bidang Matematika. Itu artinya ada dua anak yang pintar di kelas ini. Koko menyelesaikan dengan cepat dan mudah
Bu Ratna yang melihatnya pun seketika amarahnya mereda.
" Bagus Koko. Ibu juga suka caranya kamu menjawab begitu rapi dan runtut" kata Bu Ratna sambil tersenyum.
Ketika mendengarkan pujian dari Beliau, Isma pun tidak habis pikir, ternyata Koko juga anak yang rajin tidak seperti anak kebanyakan. Karena itu Isma semakin penasaran dengannya, apalagi dia tadi belum sempat menyapa sejak terakhir mereka bertemu.