Hari Minggu dihabiskan oleh Isma untuk merawat dua anak bulu yang menggemaskan. Setelah dia sarapan langsung menuju ke dapur dan mengambil panci guna memasak air yang akan digunakannya untuk memandikan kucing-kucing kesayangannya. Butuh upaya keras untuk memandikan hewan yang sangat benci dengan air tersebut, tetapi dengan setengah memaksa kucing-kucing itu pun berhasil dimandikan oleh Isma. Dengan usaha ekstra saat memandikan anak bulunya. Sekarang nampak sebal sekali yang terlihat di wajah Snowi dan Coco." Isma, udah beres kalo mandiin kucingmu? " tanya Mama Isma yang baru saja datang dari pasar untuk membeli keperluan bisnis kateringnya, diletakkannya isi kantong belanjaan ke meja untuk ditata rapi. Mama Isma mempunyai usaha yaitu menerima pesanan kue atau katering. Sudah sejak lama usaha itu digelutinya.
"Udah dong ma, nih pada basah semua kan termasuk Isma juga" kata Isma sambil menunjukkan kaosnya yang basah karena drama kucing saat memandikan.
" Yaudah cepat mandi sana. Lalu bantuin mama bikin kue lapis, mama ada pesenan buat nanti sore di rumahnya Bu Siska tetangga baru kita" kata Mama sambil melanjutkan untuk mengeluarkan isi kantong belanjaannya. Banyak sekali yang dibeli Mama Isma hari ini.
" Ada tetangga baru ma? Kok Isma baru tau sekarang ya? " tanya Isma heran, sambil menyampirkan handuk di pundaknya untuk segera mandi.
" Iya sudah 3 minggu pindah ke komplek sini, mama tadi baru saja berkenalan. Oh iya dia punya anak lelaki seusia kamu lho".
" Oh gitu, yaudah ma Isma mau mandi dulu ya".
Isma pun segera beranjak ke kamar mandi. Saat subuh tadi Isma berangkat berolahraga bersama papanya untuk berlari mengelilingi lapangan di dekat kompleks tersebut, lalu karena melihat Snowi dan Coco yang terlihat kotor akhirnya Isma segera memandikan binatang berbulu tersebut dan barulah ia bisa mandi dengan tenang.
Setelah tubuhnya segar, Isma pun memenuhi janjinya untuk membantu mamanya. Sedangkan Papa Isma seperti biasa sedang merawat motor yang baru dicucinya. Hari Minggu ini penuh dengan agenda yang berkaitan dengan air. Kebetulan motor Papa Isma juga kotor setelah terkena air hujan semalaman.
Di dapur terlihat Isma dan mamanya yang sibuk menimbang bahan untuk membuat kue. Ia sepertinya cukup cekatan untuk membuat kue tersebut karena Isma sudah beberapa kali diminta mamanya untuk membantu. Ia sibuk menimbang adonan agar sesuai dengan takaran yang sudah ada di buku resep.
" Ma, aku belum cerita ya. Hari Jumat kemaren ada anak baru lho di kelas Isma" kata Isma memulai pembicaraan seraya sambil membuat adonan.
" Oh iya? Cewek atau Cowok? " tanya Mama yang juga menyiapkan peralatan memasak.
" Cowok ma, kayaknya dia masih canggung deh buat berteman dengan teman sekelas".
" Ya kalo gitu kamu dong yang harus deketin dia buat berteman, siapa tau dia itu orangnya pemalu buat berkenalan dengan orang baru", saran Mama.
" Nggak ah ma, biarin aja. Nanti juga dia bakalan akrab kok sama teman teman sekelas. Lagipula kalo Isma yang ngajak berteman dikiranya naksir sama dia"
kata Isma sambil menggaruk rambutnya yang tidak gatal.
" Ya nggak papa kalo kamu nanti dikira naksir, siapa tahu dia suka sama kamu " jawab Mama Isma sambil menggoda anaknya.
" Iihh, Mama apa- apaan sih. Lagian tuh anak kayaknya songong banget deh. Kelihatan dari wajahnya kalo dia itu kurang bersahabat" kata Isma sambil mengingat kejadian dua hari lalu ketika Roni mengajak Koko ke kantin, tetapi ia menolak.
" Tak kenal maka tak sayang, kamu kan belum kenal baik sama dia. Siapa tahu dia orangnya ramah"
" Nggak ma, biarin saja dia cari teman sendiri. Nanti juga aku sama dia bisa kenalan" kata Isma sambil cemberut karena beradu argumen dengan mamanya.
Mama Isma melirik anaknya yang sudah tumbuh remaja, mungkin sebentar lagi anaknya akan mengalami masa kasmaran seperti remaja kebanyakan. Mama pun tersenyum diam-diam karena melihat perubahan fisik pada anaknya. Ia tidak menyangka jika anaknya sudah tumbuh besar. Tak terasa kegiatan untuk membuat kue pesanan dari Bu Siska pun selesai, akhirnya Isma disuruh Mamanya untuk mengantarkan pesanan tersebut ke rumah pelanggan.
" Kamu antarkan pesanannya Bu Siska ya!"
Isma segera mengangguk dan segera pergi menuju ke rumah Bu Siska. Hingga saat Isma sudah sampai di rumah Bu Siska, rumah tersebut terlihat cukup besar dengan tembok berwarna putih tetapi tertata minimalis. Isma suka dengan desain rumah tersebut, walaupun terlihat sederhana tetapi memiliki nilai yang indah saat dilihat. Ketika sibuk mengamati rumah tersebut, ada seorang anak laki-laki yang keluar dari rumah itu. Isma yang melihat sesosok yang sedang menghampirinya pun kaget. Karena ia adalah Koko, teman baru dikelasnya. Koko yang ketika itu sudah dekat dengan Isma pun juga kaget saat melihatnya. Ternyata cewek yang didepannya sekarang adalah anak berkuncir kuda yang selalu memperhatikan dirinya.
Isma pun menyangka jika ia salah alamat. Hingga dia bertanya kepada Koko yang sama sama masih kaget.
" Ini rumahnya Bu Siska? Aku mau nganterin kue pesanan dari dia" kata Isma sambil mengangkat kantong kresek yang berisi kue tersebut.
Koko pun hendak menjawab tetapi diurungkannya karena Ibu nya sudah keluar dari rumah untuk menghampiri Isma.
" Eehh kue pesanan Ibu sudah selesai ya? " tanya Bu Siska sambil mengambil kue pesanan yang disodorkan oleh Isma.
" I-i- iya Bu, uangnya pas ya Bu? " tanya Isma sambil menerima uang dari Bu Siska.
" Iya terimakasih ya. Oh iya kenalin ini anak Ibu, namanya Koko kayaknya sebaya sama kamu deh. Nama kamu kalo nggak salah Isma kan. Tadi mamamu sudah cerita ke Ibu tadi" kata Bu Siska sambil memperkenalkan anaknya.
" Iya Bu, sudah kenal kok. Kan dia teman satu kelas Isma" kata Isma sambil menggaruk rambut kepalanya yang tidak gatal.
" Lhooo, jadi kamu sudah tau Koko. Waduh Ibu baru tau kalo kamu teman satu kelasnya Koko. Wah jadi ada yang satu sekolah sama Koko di kompleks ini".
" Ya sudah ya Bu, Isma pamit dulu" pamit Isma sambil berharap untuk segera pergi dari rumah tersebut.
"Makasih ya" kata Koko tiba-tiba. Isma yang mendengar itu pun kaget karena anak itu berbicara dengannya.
" Iya sama sama ya Ko. Aku duluan " kata Isma sambil berbalik badan untuk segera pulang. Sepanjang perjalanan dengan berjalan kaki yang hanya beberapa meter. Isma pun bingung ternyata anak yang selama ini membuat penasaran adalah tetangganya sendiri, ditambah mamanya sudah kenal dengan ibunya itu berarti dia juga bisa berkenalan dengan Koko. Isma pun tidak habis pikir dengan kondisi tersebut. Isma pun menendang kerikil yang ada didepannya karena ia merasa senang.