“Gilll!!”
Saat Gil masih berjalan menuju kelasnya, ia mendengar suara itu. Gil mendongak keatas dan mendapati Luke yang melambaikan tangan dari teras kelasnya. Cukup banyak murid yang berada di depan kelas melihat hal itu. Teman-temannya yang melihat Luke menyapa seperti itu turut serta menyapanya dari kejauhan.
Gil menatap mereka malu. Sungguh, Vince dari lini masa manapun tidak berubah. Gil merasa ia adalah anak yang kalem, jadi ia hanya melambaikan tangan dan tersenyum pada mereka.
“Gil, bagaimana kabarmu?” Luke menyerbunya dengan pertanyaan kala ia sudah berada di hadapannya.
Gil menghela napas pelan. “Kamu, kan sudah melihat aku baik-baik saja disini.”
“Bagus! Ini soalnya berkaitan dengan misi penting kita! Aku, kan kemarin mengatakan bahwa aku belum menemukan Alice dan kamu belum menemukan Maria. Nah, mari kita susun rencana bagaimana caranya menemukan mereka!”
“Sebelum itu, aku mau bertanya dulu. Bagaimana caramu mencariku. Kemarin kebetulan saja aku menanyakan itu karena aku juga sedang ingin memancing apakah ada yang merasa tertarik dengan bahasan itu. Namun bagaimana caramu mencoba menemukannya?”
“Oh, itu mudah! Ya tinggal memancing saja seperti kau! Oh, ya kamu tahu, aku juga masuk ke grup pecinta mitologi dan juga para pejuang reinkarnasi di aplikasi spacebook. Ada banyak yang menyukai mitologi Yunani dan juga banyak orang yang ternyata mengalami reinkarnasi. Aku banyak mendapatkan inspirasi, motivasi dan tips mengenai reinkarasi dari grup ini.”
Gil lagi-lagi menghela napas. Ia tidak yakin itu berarti segala sesuatu yang baik ketika Luke mengatakan hal seperti itu. Ia terlalu berpikir positif. Buktinya saat Luke menunjukkan grupnya, ada saja hal yang membuat geleng-geleng kepala dan ingin marah.
Spacebook memang aplikasi sosial dimana banyak orang dapat berinteraksi. Zaman semakin maju dari terakhir kali ia hidup. Namun ia tidak menyangka masihada orang-orang seperti itu di dunia yang sekarang.
Gil kembali merasa kembali menjadi pelayannya. “Tuanku terlalu baik untuk dunia ini!!”
Namun Gil berpikir lagi. “Sejak kapan mereka dapat menceritakan hal ini dengan bebas?”
Gil sejak dulu merasa hal ini patut dirahasikan. Meskipun pada dunia yang memiliki sihir dan segala kemustahilan, Gil tetap merahasiakannya. Ia khawatir akan terjadi beberapa masalah. Seperti, banyak yang akan mengira mereka hanya berhalusinasi dan bahkan merasa iri hati karena dapat menemui dewa dan mendapat berkat untuk bereinkarasi. Lagipula, apa alasan dewa-dewa itu juga mencetuskan ide untuk membuat jiwa bereinkarnasi.
“Kalau pada kehidupan dulu aku tidak pernah menceritakannya selain pada keluargaku, sih. Dan di grup ini sebetulnya aku hanya berbagi dengan yang mengalami reinkaranasi saja.”
Gil mengangguk mengerti. Ia lalu memikirkan bagaimana caranya menemukan Alice dan Maria. Sepintas pertanyaan melintas di benaknya.
“Apakah kamu pernah menemukan orang-orang yang sifatnya mirip dengan Alice dan Maria? Mereka sama sepertimu. Alice yang berkelakuan seperti kucing yang galak, ribut dengan suaranya yang besar dan suka mengekori orang. Lalu tentang Maria hmm ceria … dan suka … Aku tidak tahu ia bagaimana.”
Gil hampir menjawab bahwa Maria saat kehidupan ketujuh suka mengganggunya. Namun ia menelan lagi kata-katanya. Ia teringat bahwa sikap tergila-gila Patricia adalah karena panah emas Eros. Ia juga mengingat bahwa Maria pernah menjadi sosok anggun dan kalem walau dilanda keributan duo ini.
“Aku sejujurnya tidak tahu bagaimana ia. Aku lebih mengenal bagaimana Alice selama ini dibandingkan dengan Maria…,” keluh Gil.
Luke merangkul Gil hingga tubuhnya terdorong kedepan. “Tidak apa, Gil. Kamu bisa memperbaikinya di kehidupan ini. Karena pada awal kamu bertemu dengan dia kamu bersikap baik, kan. Bukan salahmu kamu berbuat seperti itu padanya. Apollo dan Dionisos saja tidak bisa mengendalikan perasaan mereka dari kekuatan panah Eros, bukan? Pokoknya semua ini salah Eros! Salah Cupid!”
“Diam woi!” Gil panik ketika Luke mulai menyalahkan Eros. Ia sih tidak masalah Eros disalahkan seperti itu. Namun suara Luke terlalu nyaring, ia takut orang lain mendengar dan takut Eros akan menjadikan Luke sebagai targetnya nanti. Cukup ia saja, jangan tuannya juga.
“Kalian ini berbicara apa, sih? Tampaknya seru sekali.”
Teman-temannya menghampiri karena mereka seperti berada di dunia sendiri. Luke tersenyum seolah mendapatkan ide baru.
“Kami sedang berdiskusi mengenai ide untuk mading nanti. Walaupun temanya menarik, akan tetapi masih bingung akan membuat apa.”
“Oh, aku juga masih bingung.”
“Masih bingung yang berkaitan dengan pendidikan untuk membuat madingnya.”
Mereka membicarakan berbagai hal mengenai Yunani dan mading. Bertambah banyak teman-teman yang ikut mengobrol bersama. Gil juga memperhatikan bagaimana mereka saling memberi saran dan ide. Namun tidak ada yang mengarah pada reinkarnasi, cinta dan Eros. Luke merasa ingin membahas mengenai hal ini.
“Orang-orang mengatakan bahwa masa SMA adalah masa yang indah. Aku menduga karena kisah romansa mulai dirasakan semenjak SMA. Ini berkaitan dengan kisah Eros, bukan?” Luke mencoba menarik perhatian mereka dengan bahasan mengenai Eros.
“Ohh pernah dengar.” Salah satu anak menyahut.
Gil memerhatikan ekspresi setiap anak. Ada yang menyimak dengan wajah biasa, mendengar namun tidak mengerti. Gil menyadari bahwa perempuan tadi juga beringsut mendekat dan mendengarkan.
“Aku hanya pernah dengar Eros adalah dewa tertampan.”
“Namun Eros juga dewa cinta sehingga berhubungan dengan romansa.”
“Ah pasti menyenangkan ya bila dewa cinta yang mengirimkan jodoh untuk kita langsung!”
“Hahaha coba minta saja mana tau di SMA sudah ga menjadi jomblo lagi.”
Gil melihat dengan jelas bahwa Kana melengos dan menghadap ke arah lain. Hal itu menambah kecurigaan Gil. Mungkin ia akan menambahkan gadis itu menjadi opsi pendekatannya. Walau ia sendiri belum pernah mendekati seorang perempuan.
“Masih ada yang percaya dengan hal seperti itu, ya?” Mereka menaruh atensi ke teman sekelas yang mengucapkan hal itu.
Gil sendiri tidak mau percaya dengan eksistensi mereka. Ia hanya tiba-tiba bertemu dengan Cupid dan terjebak dengan permainannya. Kalau ia bisa memilih dan dapat meramal masa depan, ia pasti tidak akan mengikutinya.
“Di dunia ini, kan terdapat banyak kepercayaan. Beberapa kepercayaan sudah ada dari zaman dahulu dan salah satunya percaya kepada dewa.” Salah satu orang teman menjelaskan seperti itu. “Kepercayaan sekarang juga semakin banyak kan. Selain kepercayaan yang disetujui negara atau masing-masing wilayah, bukankah setiap kelompok juga memiliki kepercayaan masing-masing yang turun temurun?”
“Ah, benar juga.”
Beberapa teman sekelas Gil mengangguk-angguk mendengar perkataan teman sekelas mereka. Gil juga menyadari hal tersebut. Awal kehidupannya ia hanya tahu bahwa orang mempercayai dewa, ia menyebutnya sekawanan Eros. Ia pun mengenal Eros dan Anteros, tetapi sebetulnya ia tidak benar-benar mempercayai mereka. Ia tidak pernah menaruh atensi pada kekuasaan yang tertinggi dan hanya fokus memperjuangkan hidupnya sendiri.
Namun ia tidak merasakan masalah akan hal tersebut. Ah, mungkin ia harus terus berterimakasih kepada Anteros saja karena ia memberikan kesempatan lagi padanya untuk menulis takdir bersama Maria.