“Gill, ayo bangun!! Hari pertama sekolah woiiii!!”
Rutinitas paginya pada masa kini seperti ini. Ia dan kakak laki-lakinya tidur dalam satu kamar dan ia sebenarnya sudah memasang alarm untuk bangun di pagi hari. Akan tetapi, kakaknya selalu bangun lebih dahulu dan membangunkannya. Kakaknya juga begitu bersemangat karena ini merupakan hari pertama Gil bersekolah di sekolah menengah.
“Hmmm” Gil bergumam tidak jelas. Ia berguling untuk menghindari guncangan-guncangan yang diberikan oleh kakaknya.
“Kakk, kok lama bangun!!”
Si sulung menoleh begitu melihat adik perempuannya yang merengek di daun pintu. Ia memegang guling kesayangannya. Ia menghampiri saudara-saudaranya karena tak kunjung turun untuk sarapan bersama.
Namanya pada kehidupan kali ini adalah Gil Adyatama Hita yang memiliki makna suka cita abadi dalam hidup. Berharap pada kehidupan kedelapan ini ia mendapatkan akhir bahagia. Ia dianugerahi kakak laki-laki dan seorang adik perempuan yang merupakan reinkarnasi jiwa kakak perempuannya pada kehidupan sebelumnya.
Ini adalah kehidupan kedua bagi jiwa kakak perempuannya, Hera dan kehidupan perdana bagi kakak lelakinya, Dean. Jiwanya masih menggebu-gebu dan penuh semangat. Ia bahkan tidak segan melakukan kontak fisik. Contohnya saat ini, ia sedang menekan Gil yang masih berbalutkan selimut tebal. Harusnya Dean sadar kalau perilakunya sekarang malah semakin melekatkan Gil dengan kasur.
Tidak hanya di kehidupan sebelumnya, pada kehidupan kali ini pun ia merasa selalu dikelilingi orang yang penuh semangat.
“Gil lama bangun, nih. Ayo kita bangunin dia, yuk!”
“Kak Gillll bangun!” Bahkan adiknya yang sudah ikut untuk membangunkannya. Ia mencubiti pipi Gill dan menggoyangkan tubuh Gill dengan gemas. Akhirnya keduanya membangunkan Gill. Gill semakin memberengut. Namun, karena ia tidak ingin terlambat pergi ke sekolah ia akhirnya bangun.
“Dean, Gil, ibu sudah membuatkan bekal untuk kalian. Jangan lupa dimankan ya. Nanti belajar yang rajin, ya anak bunda.”
Begitu pesan ibundanya saat mereka menikmati sarapan. Gil begitu senang selalu mendapat bekal yang dibuat sepenuh hati oleh ibundanya. Gil memakan sarapan dengan semangat, sesekali mengganggu adiknya yang makan sendiri dengan lucunya. Ayahnya sudah bekerja pagi sebelum mereka bangun dan akan pulang saat malam nanti.
Dia harus bersyukur atas Dionisos dan Anteros yang berbelas kasih padanya. Ayahanda dan Ibunya mendambakan dan menantikannya. Mereka berharap akan dikaruniai buah hati lelaki yang tampan dan baik hati. Mereka berjanji akan merawatnya dengan segenap hati. Kakak laki-lakinya juga bersukacita karena bisa memiliki seorang adik yang menggemaskan.
Ray juga harusnya tahu, jiwa keluarga terakhirnya masih ada bersamanya. Ia menunggu sedikit lebih lama dari 200 tahun, tetapi penantian ini berakhir baik. Jiwanya yang polos sama seperti kehidupan sebelumnya. Ray memang jiwa yang baik.
Pada saat usia remaja, ia bertemu dengan Eros dalam wujud pria dewasanya bersama dengan Anteros. Eros berambut pendek dengan wajah tengil dan Anteros berambut panjang dengan wajah datar. Dua dewa Erotes yang berbeda sifat itu sudah duduk disana seolah sudah menunggu kedatangannya. Ia menerima air kolam Mnemosine dan memori masa kehidupan dahulu merasuki pikirannya. Terutama memori penting dari hal yang menyenangkan dan menyakitkan.
“Kita bertemu lagi, Ray,” Anteros yang pertama kali menyapanya.
Eros disisinya hanya melambaikan tangan dan menyunggingkan senyum jenaka padanya. Ray mendecih dan menghindari bertatapan dengan dewa itu. Ia tidak ingin berurusan lagi dengan Eros dan terlibat dengan segalanya. Ia memiliki rasa takut karena tidak ingin diberi kejahilan mengenaskan oleh Eros jadi ia berusaha tidak terlalu menunjukkan kepahitan hatinya.
“Kau sudah memperoleh Kolam Mnemosine, oleh karena itu kau pasti sudah mengetahui kehidupan masa lalumu. Kau sudah berjanji pada dirimu sendiri, bukan, kamu akan melawan kehendak dewa satu ini.”
Anteros berkata benar. Semenjak Patricia pergi terlebih dahulu dan ia mengetahui kebenarannya, ia tidak terikat oleh panah Eros. Seperti Apollo yang berhenti mengejar cinta Daphne ketika gadis itu berubah menjadi pohon salem. Ia tidak berkorban seperti itu, tetapi tetap ingin meminta maaf pada Patricia.
“Kau sudah diberi kesempatan dengan janjimu. Laksanakanlah dengan baik. Aku dan para Erotes lain juga akan membantumu.”
Gil meringis mengingat dengan percaya dirinya ketika berhadapan dengan dua Erotes saat itu. Sudah dua tahun berlalu namun ia belum mendapat jawaban bagaimana ia harus memulainya. Walaupun sudah bertemu Eros, ia juga masih tidak tahu harus bagaimana karena identitas mereka yang berbeda. Hal ini juga disebabkan oleh Eros yang tidak campur tangan lagi, sehingga ia tidak akan merasakan gejolak emosi apapun seperti ketika panah Eros bekerja pada dirinya.
Ia mengatakan bahwa ia yang akan menemukan jiwa Vince terlebih dahulu, tetapi ia juga belum pernah bertemu dengannya. Vince lah yang selalu menemukannya dengan tidak sengaja. Beberapa kali mereka sudah berhubungan dekat sebelum bertemu dengan Eros.
Gill merasa sungguh Vince diberikan keberuntungan yang tinggi. Gill sedikit berharap ada kejadian ajaib yang mempertemukan mereka. Mungkin bisa seperti di novel-novel kebanyakan, dimana ada perasaan familiar yang nyaman ketika mata mereka bertemu. Bila bertemu dengan belahan hati, akan ada rasa mendebarkan dengan benang merah yang terhubung. Mungkin bisa ditambahkan dengan efek wajah bercahaya ketika menemukan seorang yang penting baginya di masa lalu.
“Hahhh…”
Gil menghela napas. Mungkin ini akibatnya karena ia sering membaca koleksi novel milik ibunya.
Bruk!!
Baru saja dibicarakan ia sudah menabrak seorang siswi. Seorang siswi! Gil terpaku pada ekspresi wajah siswi tersebut yang sangat mudah berekspresi. Terkejut, meringis dan tampak kesal, terkejut lagi lalu tampak seperti gugup.
“M-Maaf karena aku kurang memperhatikan jalan. Apakah yang tersenggol sakit?”
Gil menoleh ke arah bahunya sebentar dengan wajah cengo lalu menggeleng pelan. Ia juga mengucapkan permintaan maaf karena tidak memperhatikan langkahnya.
Selepas kepergian gadis itu, Gil berdiri termenung. Ia memikirkan apa arti perasaan tadi. Bila berhubungan dengan Patricia sudah pasti itu adalah tentang cinta. Namun ia tidak mengerti bagaimana perasaan cinta itu.