Rencana Patricia untuk menemui Gilbert sepulang sekolah adalah untuk memberi ucapan dan memberikan sesuatu pada Gilbert. Ia sudah mengucapkannya bersama teman-teman seasrama mereka pada pagi ini. Namun bagi Patricia, rasanya kurang bila tidak mengucapkannya dalam suasana yang mendukung.
Sepertinya Eros memang selalu mendukung Patricia. Berlatar kelas yang sepi, Gilbert yang sedang mengambil bukunya yang ketinggalan dikejutkan oleh kehadiran Patricia di ambang pintu.
“Hehe maaf membuatmu terkejut,” Patricia tertawa manis sambil menyatukan kedua tangan didepan wajah.
“Oh, iya. Gapapa,” balas Gilbert sedikit canggung. Ia berusaha menetralkan detak jantungnya. Ia pikir tidak ada siapapun tadi disini dan sekarang Patricia malah menghampirinya. Ia juga tidak melakukan tindakan mencurigakan, tapi sepertinya ia terlalu fokus sehingga tidak menyadari hawa kehadiran gadis itu.
Gilbert mengusap tengkuknya yang tidak gatal. Patricia melihat perilaku Gilbert seperti itu. Ia sudah menduga mungkin saja Gilbert akan merasa canggung. Apalagi ketika dihampiri pada lingkungan sepi seperti ini.
Gilbert sendiri memang selalu merasa canggung berduaan dengan perempuan. Terutama saat menyadari perasaan spesial yang dimiliki gadis itu padanya.
“Tidak ada yang sedang melihat kita, kok. Jangan khawatir. Aku juga butuh waktumu sebentar saja.”
Patricia merogoh tasnya dan mengeluarkan sebuah kotak kecil berlapiskan kertas kado. “Selamat ulang tahun, Gilbert,” Patricia menyerahkan sambil tersenyum manis. “Semoga panjang umur, selalu sehat, tampan, pintar dan baik ya. Um, ini adalah ide dari Eros juga sih. Nanti aja ya dilihatnya, tunggu tidak ada aku!”
Patricia buru-buru menyerahkannya pada Gilbert. “Sudah ya, nanti ada yang lihat. Aku malu hahaa” Patricia berbalik dan segera berlari meninggalkan Gilbert yang terpaku.
Gilbert yakin ia tidak salah mendengar ucapan Patricia. Ia fokus pada kata tampan yang terus terngiang di pikirannya. Egonya sedikit melambung karena Patricia menyebutnya seperti itu.
Ia lalu menatap hadiah yang diberikan Patricia dengan saksama. Tiba-tiba teringat Patricia menyebut nama Eros membuatnya kesal. “Apa lagi yang kau perbuat Eros…”
Sebetulnya ia merasa sedikit gemas juga melihat tingkah Patricia tadi. Bertanya pelan seperti sedang malu dan langsung kabur usai memberinya hadiah. Ia tidak sempat berterima kasih pada Patricia, jadi ia merasa harus menemui gadis itu dan mengucapkan terima kasih.
Malamnya ia bertemu dengan dewa asmara itu dalam bentuk anak kecilnya, Cupid. Ia memasang cengiran yang selalu terlihat menyebalkan di mata Gilbert.
“Bagaimana rasanya menerima pemberian dari ayang, hm?”
Gilbert merasa heran pada pertanyaan yang dilontarkan Cupid. Cupid pasti berkelana di dunianya juga dan tidak hanya berdiam disini. Mungkin ia mewujud dan berbaur juga dengan manusia sekitarnya. Oh, ayolah ia ingin tidur dengan nyenyak. Jika ia harus bermimpi, tolong jangan bermimpi mengenai dewa ini melulu.
“Tidak ada rasanya,” jawab Gilbert ketus.
“Ah, masa sih…” Cupid terbang mengelilingi Gilbert. Sesekali ia menoel-noel lengan dan pipi Gilbert. “Selama ini yang kulihat, dia begitu menyukaimu, loh. Kok kamu dingin terus. Kamu memang agak irit bicara, sih. Tapi masa tidak berperasaan juga! Percintaan Hades yang nyatanya penguasa dewa bawah itu saja lebih lancar daripada kau, tuh.”
Oke, sekarang dewa ini malah membandingkan dirinya dengan dewa yang menguasai alam kematian. Benar faktanya bahwa Hades dan Persephone bersatu dan hidup bahagia, tapi tolong jangan memotivasinya untuk bertindak seperti Hades. Ia agak ngeri mengingat kisah Hades yang menjebak Persephone. Juga, jangan sampai Hades mendengar Eros yang membicarakan dirinya.
“Kau sudah lihat, kan kalau kisah kami tidak pernah berhasil? Jadi mengapa tidak menjodohkanku dengan perempuan lain saja?”
“Mengapa tidak pernah mencobanya? Aku dengar manusia-manusia itu sering mengatakan ada cinta karena terbiasa. Coba saja, mungkin kau akan jatuh cinta. Lagipula ia selalu berlaku baik, kok sejak zaman purba sampai sekarang,” bujuk Cupid pada Gilbert dengan sedikit melebihkan pada zaman tersebut.
Cinta karena terbiasa. Ia sudah mendengarnya dari Ken dan Ari dan sekarang ia mendengarnya dari dewa romansa itu sendiri. Gilbert benar-benar tidak mengerti dengan mereka.
“Kau mengatakan ia baik, padahal belum tentu menampakkan sampai isinya,” kata Gilbert asal.
“Kalau aku tidak bisa tahu isi hati manusia untuk apa aku jadi dewa?”
Benar juga. Eros adalah dewa yang melihat manusia. Dia dan dewa lainnya ada tinggal di atas bumi sehingga mengetahui apa yang ada di permukaan bumi. Beberapa dewa seperti Hades dan Nyx berada di bawah bumi, tapi mereka juga dapat mengetahui apa yang terjadi.
Perdebatannya mengenai dewa, isi hati dan kebaikan membuat Gilbert ingin melontarkan sesuatu yang jahat.
“Dewa buruk macam apa yang memaksa manusia menaati perintah yang tidak masuk akal. Masih banyak ikan di laut, aku yakin kau pernah mendengar itu. Ayo, coba jodohkan aku dengan perempuan yang lebih baik. Atau mungkin kau dapat membiarkanku bebas memilih takdirku sendiri.
“Oh, atau kau merencanakan sesuatu, ya? Sama seperti Ibundamu yang menyuruhmu untuk memilih jodoh yang salah untuk Putri Psyche, bukan? Dan kau yang malah jatuh cinta dengannya. Aku tidak tahu kau menembak berdasarkan apa. Namun, bisa saja saat kau diperintah untuk menjodohkanku dengan Patricia, kau malah salah menembak dan supaya tidak ketahuan, kau malah terus memaksaku, kan.”
Suara menggelegar terdengar. Cupid diam di tempatnya, hawa keberadaannya serasa mencekik. Baik keduanya sering membuat kesal satu sama lain. Namun untuk kali ini, perkataan Gilbert membuatnya tidak berkutik.
Cupid marah tetapi tidak dapat berkata-kata untuk menyanggah. Ia akhirnya meninggalkan Gilbert sehingga pemuda itu masuk kedalam dunia mimpinya sendiri.
Gilbert menyeringai kecil. Ia telah membaca berbagai literatur dewa penguasa dan tidak yakin apakah ia benar-benar senang dengan sikap mereka. Dan ia semakin yakin bila Cupid juga bermain-main dengannya.
Sejak saat itu, beberapa hari selanjutnya Gilbert tidak pernah menjumpai Cupid maupun sosok dewasanya. Mungkin ia merasa perkataan Gilbert sangat mengenai harga dirinya jadi ia menghindar terlebih dahulu sejenak. Gilbert juga merasa sedikit kurang ajar soalnya.
Baik dalam wujud Cupid maupun Eros sangat dekat dengan ibunya, Aphrodite dan ia berani membawa masa lalu Cupid dan sifat negatif dari ibunya. Kebanyakan orang pasti tidak terima apabila kesalahan ibu mereka terungkap dan terus dibahas. Hal yang sama pasti juga dirasakan oleh Cupid.
Dikala mengalami masalah seperti ini, Gilbert tiba-tiba teringat dengan masa lalunya. Masa-masa ia mulai terikat oleh takdir Cupid dan mencekcokinya dengan gadis bernama Patricia.