Loading...
Logo TinLit
Read Story - Seharap
MENU
About Us  

“Kalau ini di mana?”

Tisha memutar bola mata. Dia sebal dengan pertanyaan itu. Memang bukan dia yang ditanyai, tetapi karena dia menyaksikan kejadian serupa berulang-ulang di waktu berdekatan, dia jadi jemu. Ingin rasanya meneriaki orang yang mengerubungi Sawala agar mereka mencari sendiri.

Ya, akhirnya Tisha menemukan Sawala di salah satu lorong rak, sedang memberi petunjuk pada para pengunjung yang menanyakan letak buku. Dari teman seangkatan sampai adik-kakak kelas banyak menggunakan jasa Sawala. Tisha yang menontonnya capai sendiri. Namun, Sawala malah terus menunjukkan senyum keramahan.

Yang paling membuat Tisha jengkel adalah tidak semua yang ditolong Sawala tahu diri. Tisha perhatikan ada beberapa orang yang sesudah menerima bantuan main nyelonong menuju jalur keluar, tanpa terlebih dahulu mengapresiasi apa yang telah Sawala upayakan untuknya, walau dengan sekadar anggukan dan terima kasih.

Lagi-lagi, Tisha tidak habis pikir karena Sawala hanya membiarkan semuanya. Seolah itu bukanlah apa-apa. Padahal bagi Tisha hal tersebut sangat mengusik ego. Andaikan dia yang ada di posisi itu, sudah pasti dia akan mencak-mencak dan mengatai mereka tidak tahu diri.

Beberapa menit berlalu, akhirnya drama menjemukan itu pun berlalu. Benar sekali ternyata ucapan Sawala kala itu, bahwa yang berkepentingan hanya datang di lima belas menit awal. Sungguh kilat. Setelahnya, ya ... lengang.

Akhirnya Tisha segera menegakkan punggung dan menjauh dari celah-celah rak buku non-fiksi yang sejak tadi dia jadikan tempat persembunyian untuk memperhatikan Sawala. Tisha bergerak pelan untuk mendekati Sawala yang sedikit lagi akan melewati area sana.

Sawala terkesiap saat menyadari keberadaan Tisha. Dia langsung menepuk kening lebarnya. “Astaghfirullah.”

Tisha jelas heran karena gestur tersebut. Namun, belum sempat mempertanyakan apa yang salah, Sawala sudah lebih dulu menangkupkan kedua tangan di dada dengan sorot mata yang .... Ah, Tisha benci mengatakannya, tetapi sorot itu kentara sekali menunjukkan penyesalan.

“Maaf, ya, Dek.”

Nah, kan ... perkiraan Tisha sangat tepat sasaran. Meskipun baru satu hari mengenalnya, tetapi Tisha sudah dapat mengingat kebiasaan Sawala–yang tidak Tisha sukai sebenarnya–yaitu selalu mengucap maaf tiba-tiba, dengan alasan yang .... Ah, terlalu random. Tisha menghela napas. Kali ini kira-kira apa lagi penyebabnya?

“Maaf karena keasyikan berinteraksi dengan pengunjung lain aku jadi melupakan kamu. Maaf banget, ya.” Mata Sawala mengedip lambat.

Ah, itu ternyata. Tisha menahan diri untuk tidak berdecak karena merasa itu tidak penting. Dia malah senang Sawala abaikan. “Enggak apa-apa, Kak.” 

Huh, inilah yang menyebabkan Tisha tak menyukai kebiasaan Sawala untuk meminta maaf. Sebab, setelah itu Tisha jadi selalu membuat kebohongan yang bukan dia sekali. Padahal selama ini Tisha hobi berdecak dan mendengkus, tetapi kini dia malah harus berkamuflase menjadi sosok yang senantiasa berusaha menenangkan Sawala.

Aura Sawala yang teramat positif, bagai menarik untuk dikasih sayang, membuat Tisha jadi terlalu segan untuk sekedar menggores dengan sikapnya. Eh, Tisha mencubit tangan sendiri. Kok pikirannya jadi macam para jantan yang sedang merencanakan rayuan untuk betina begini, sih? Ih, Tisha bergidik sendiri dan menggeleng tanpa sadar.

“Dek!”

“Ah?” Tisha terkesiap karena tepukan Sawala di pundaknya. Dia meringis, yakin tadi Sawala telah mengatakan sesuatu, tetapi belum dia balas karena sibuk melamun. Oleh karena itu, Tisha pun berdeham dan berusaha mengonfirmasi. “Gimana, Kak?”

“Aku tanya kamu dari tadi di mana dan ngapain?”

Itu ... Tisha menggigit bibir dan meremas ujung kerudung. Tidak mungkin dia mengatakan bahwa sejak tadi berada di pojokan untuk menonton aksi Sawala. Egonya tidak mau dianggap kepo, meski memang dia penasaran.

“Oh!” Belum juga Tisha membuka mulut, Sawala sudah kembali bersuara. “Pasti tadi kamu habis hunting buku, ya? Kemarin juga kan kamu keliling-keliling lama di sini sampai kita enggak sempat ngobrol lagi karena keburu masuk. Pasti kamu sangat suka cuci mata dan mencium aroma buku kayak Bu Riana, ya?”

Tisha bersorak dalam hati. Baiklah, dia tidak akan munafik. Ada hal yang dia sukai dari Sawala, yaitu saat dia menjawab sendiri pertanyaaanya, sehingga Tisha yang kebanyakan gelagapan merasa sangat terbantu. Tisha yang sudah terlalu lama tidak mengobrol dengan orang asing bisa merasa nyaman-nyaman saja diserobot Sawala, karena dengan begitu dia tidak perlu terlalu keras memeras otak untuk mengada-ada jawaban. Akhirnya Tisha mengangguk cepat. Membuat mata Sawala jadi berbinar.

“Kalau gitu, ayo ikut aku.” Tiba-tiba Sawala meraih pergelangan tangan Tisha, sehingga Tisha terpaksa mengikutinya dengan terseok-seok. Sampai berhenti di ruangan lain yang berada tepat di belakang meja penjaga.

“Tada ...!” seru Sawala sambil melepas tangan Tisha. “Mari kita berpesta!”

Tisha menaikkan sebelah alis. “Pesta?” gumamnya heran karena di tempat yang baru dipijaknya itu tidak ada balon, dekorasi, apalagi kue. Yang ada malahan berbagai buku yang berserakan memenuhi lantai.

Sawala malah menanggapinya dengan anggukan antusias. “Iya, pesta. Ini semua buku yang baru datang. Kita bisa senang-senang, intip-intip isinya duluan sebelum yang lain.”

“Hah?” Tisha hanya bisa cengo. Bagaimana mungkin mengintip buku bisa menjadi hal semenyenangkan itu sampai Sawala mengganggapnya sebagai pesta. Tisha jadi bergidik.

“Lihat ini, Dek!” 

Tisha tersadar. Dilihatnya Sawala sudah bersila di salah satu sudut sambil mengacungkan sebuah buku. Tisha pun mendekati Sawala. “Apa, Kak?”

“Lihat!” Sawala membuka jilidnya. “Ini tuh novel lama yang aku pengen banget baca, tapi enggak kutemui di toko-toko buku.”

Tisha hanya membulatkan mulut. Matanya memandang buku-buku yang kebanyakan masih terbungkus plastik itu tanpa minat. Sudah dia katakan bahwa dia tidak suka membaca. Dia hanya suka berpura-pura agar menjauh dari Sawala. Perlukah sekarang dia melakukannya lagi? Pura-pura apa enaknya, ya? Apa nyari buku untuk tugas?

Ah, Tisha menggeleng. Dia takut Sawala melapor ke Riana. Nanti, bisa-bisa kakaknya menganggap Tisha tidak mau lanjut tantangan. Akhirnya, dia diam memperhatikan Sawala yang membaca sambil senyum-senyum.

Sekian menit berlalu, Tisha mulai bosan. Sampai tanpa sadar bergumam agak keras. “Emang boleh baca ini sebelum dibereskan ke rak?”

Sawala mengangkat pandangan. “Boleh, asal jangan dibawa pulang. Soalnya kan belum ditandai.” Setelahnya dia menepuk kening. “Astaghfirullah! Tadi tuh sebenarnya aku ngajuin diri buat itu.”

Tisha mengernyit. “Apa?”

“Membereskan buku-buku ini. Aku tadi bilang sama ibu penjaga mau bantu, makanya beliau ngasih izin aku masuk sini.” Sawala melepas buku di tangannya sembari bangkit. “Aduh ... gegara keasyikan baca aku jadi lupa. Bentar, ya,” ucapnya gelisah sebelum menjauh dari sana.

Tidak lama kemudian Sawala kembali dengan beberapa barang. Dia kembali bersimpuh dan menggunakan gunting untuk memotong tali-tali rapia pengikat buku yang bertumpuk. Selajutnya, dia menggunakan cutter untuk membuka plastik sampul buku satu per satu. Kemudian dia memilah-milah hasilnya.

Hati Tisha terusik karena melihat kedua tangan Sawala yang terus bergerak dengan teramat cekatan. Bukan, Tisha bukan iri. Perasaannya kini lebih seperti saat tadi melihat Sawala membawa banyak buku, kasihan dan ... membuatnya jadi ingin membantu.

Tisha mencubit tangan sendiri. Meyakinkan diri untuk tidak melakukan apa yang ada dalam pikirannya. Dia terus menyugesti untuk tetap tak acuh. Ayo, apatis saja, Tisha!

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Pria Malam
1127      681     0     
Mystery
Semenjak aku memiliki sebuah café. Ada seorang Pria yang menarik perhatianku. Ia selalu pergi pada pukul 07.50 malam. Tepat sepuluh menit sebelum café tutup. Ia menghabiskan kopinya dalam tiga kali tegak. Melemparkan pertanyaan ringan padaku lalu pergi menghilang ditelan malam. Tapi sehari, dua hari, oh tidak nyaris seminggi pria yang selalu datang itu tidak terlihat. Tiba-tiba ia muncul dan be...
Premium
MARIA
8219      2380     1     
Inspirational
Maria Oktaviana, seorang fangirl akut di dunia per K-Popan. Dia adalah tipe orang yang tidak suka terlalu banyak bicara, jadi dia hanya menghabiskan waktunya sebagian besar di kamar untuk menonton para idolanya. Karena termotivasi dia ingin bercita-cita menjadi seorang idola di Korea Selatan. Hingga suatu ketika, dia bertemu dengan seorang laki-laki bernama Lee Seo Jun atau bisa dipanggil Jun...
Of Girls and Glory
4252      1692     1     
Inspirational
Pada tahun keempatnya di Aqiela Ru'ya, untuk pertama kalinya, Annika harus berbeda kamar dengan Kiara, sahabatnya. Awalnya Annika masih percaya bahwa persahabatan mereka akan tetap utuh seperti biasanya. Namun, Kiara sungguh berubah! Mulai dari lebih banyak bermain dengan klub eksklusif sekolah hingga janji-janji yang tidak ditepati. Annika diam-diam menyusun sebuah rencana untuk mempertahank...
Premium
Aksara yang Tak Mampu Bersuara
20293      1990     0     
Romance
Ini aku. Aku yang selalu bersembunyi dibalik untaian kata indah yang menggambarkan dirimu. Aku yang diam-diam menatapmu dari kejauhan dalam keheningan. Apakah suatu saat nanti kau akan menyadari keberadaanku dan membaca semua tulisanku untukmu?
AUNTUMN GARDENIA
160      139     1     
Romance
Tahun ini, dia tidak datang lagi. Apa yang sedang dia lakukan? Apa yang sedang dia pikirkan? Apakah dia sedang kesulitan? Sweater hangat berwarna coklat muda bermotif rusa putih yang Eliza Vjeshte kenakan tidak mampu menahan dinginnya sore hari ini. Dengan tampang putus asa ia mengeluarkan kamera polaroid yang ada di dalam tasnya, kemudian menaiki jembatan Triste di atas kolam ikan berukura...
Miracle of Marble Box
3266      1401     2     
Fantasy
Sebuah kotak ajaib yang berkilau ditemukan di antara rerumputan dan semak-semak. Alsa, Indira dan Ovi harus menyelesaikan misi yang muncul dari kotak tersebut jika mereka ingin salah satu temannya kembali. Mereka harus mengalahkan ego masing-masing dan menggunakan keahlian yang dimiliki untuk mencari jawaban dari petunjuk yang diberikan oleh kotak ajaib. Setiap tantangan membawa mereka ke nega...
Tanpa Kamu, Aku Bisa Apa?
127      100     0     
Romance
Tidak ada yang pernah tahu bahwa pertemuan Anne dan Izyan hari itu adalah hal yang terbaik bagi kehidupan mereka berdua. Anne tak pernah menyangka bahwa ia akan bersama dengan seorang manager band indie dan merubah kehidupannya yang selalu menyendiri menjadi penuh warna. Sebuah rumah sederhana milik Anne menjadi saksi tangis dan canda mereka untuk merintis 'Karya Tuhan' hingga sukses mendunia. ...
Romance is the Hook
5019      1658     1     
Romance
Tidak ada hal lain yang ia butuhkan dalam hidupnya selain kebebasan dan balas dendam. Almira Garcia Pradnyani memulai pekerjaannya sebagai editor di Gautama Books dengan satu tujuan besar untuk membuktikan kemampuannya sendiri pada keluarga ibunya. Namun jalan menuju keberhasilan tidaklah mudah. Berawal dari satu kotak cinnamon rolls dan keisengan Reynaldo Pramana membuat Almira menambah satu ...
Kembali Bersama Rintik
3747      1680     5     
Romance
Mendung tidak selamanya membawa duka, mendung ini tidak hanya membawa rintik hujan yang menyejukkan, namun juga kebahagiaan dan kisah yang mengejutkan. Seperti yang terjadi pada Yara Alenka, gadis SMA biasa dengan segala kekurangan dalam dirinya yang telah dipertemukan dengan seseorang yang akan mengisi hari-harinya. Al, pemuda misterius yang berhati dingin dengan segala kesempurnaan yang ada, ya...
SEMPENA
4307      1390     0     
Fantasy
Menceritakan tentang seorang anak bernama Sempena yang harus meraih harapan dengan sihir-sihir serta keajaiban. Pada akhir cerita kalian akan dikejutkan atas semua perjalanan Sempena ini