Read More >>"> Seharap (2. Sebuah Tantangan) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Seharap
MENU
About Us  

“Mau hadiah, enggak?” Adalah kalimat pertama yang Riana ucapkan setelah hampir dua hari tak bertegur sapa dengan sang adik usai dialog penuh emosi mereka.

Tisha yang sedang duduk di pondok belakang rumah sembari memakan camilan berhenti sejenak. Dia mengangkat wajah dan memandang Riana dengan alis terangkat sebelah. Heran. Tak biasa sekali sang kakak memulai berbaikan dengan pertanyaan menggiurkan seperti itu.

Riana duduk di sebelah Tisha dan mengayun-ayunkan kaki. “Teteh bakal turuti satu keinginan kamu, bebas.”

Seketika netra Tisha berbinar. “Termasuk berhenti menceramahi tentang bersosialisasi?” usulnya teramat menggebu.

Riana melipat tangan di dada. Semangat sekali sang adik jika menyuarakan masalah yang sering Riana usik. Sebenarnya Riana ingin sekali mengomel. Namun, mengingat sedang memiliki misi yang sudah dirancang beberapa hari ini, dia pun memilih meredam emosi. “Ya ... termasuk itu,” balasnya ogah-ogahan.

Tisha memindahkan toples yang semula berada dalam pangkuan ke bangku yang diduduki, hendak melakukan selebrasi. Namun, belum juga sorakan dia keluarkan, Riana kembali bersuara, membuat pergerakan Tisha yang akan melompat terhenti.

“Tapi ada syaratnya.”

“Yah ....” Bahu Tisha terkulai.

Riana tersenyum geli melihat mimik sang adik yang lesu. Sembari memperbaiki posisi untuk menyandar pada tiang, dia mengambil alih wadah camilan ke dekapan. “Kamu harus bisa menyelesaikan tantangan yang akan Teteh kasih,” ucapnya di tengah-tengah kunyahan.

Tisha menghela napas dan kembali bersila di hadapan sang kakak. Memang benar ternyata, di dunia ini tidak ada yang gratis. Sangat tidak mungkin ada yang mau memberikan sesuatu secara cuma-cuma, termasuk kakaknya. “Jadi apa tantangannya?"

Riana tersenyum, pandangannya menerawang. “Perpustakaan sekolah tuh punya satu pengunjung setia.”

Tisha mengernyit. Bingung karena bukannya membahas perintah untuknya, Riana malah memberi kabar yang membuat Tisha merotasikan bola mata. Dia sudah sangat bosan dengan cerita-cerita sang kakak terkait pekerjaannya sebagai guru bahasa Indonesia sekaligus pengurus perpustakaan di sekolahnya.

“Terus? Kaitannya sama aku?” Tisha menyerbu tak sabaran. Jengkel dengan ucapan Riana yang terkesan sangat bertele-tele.

“Itu dia!” Riana menjentikkan jari. Sembari mencomot kembali isi toples, dia melanjutkan. “Teteh mau ngasih kamu tantangan untuk mendekati dia. Kamu harus membersamai dia selama dua minggu. Bukan hanya di perpustakaan, tapi juga di luaran, termasuk setelah pulang sekolah. Kamu harus ngikut dia ke mana-mana.”

Bola mata Tisha melebar. “Yang benar saja, masa tantangannya begitu?” keluhnya setengah menjerit.

“Kenapa?” Riana mengangkat dagu.

Tisha mendadak bisu. Lidahnya seketika kelu.

Setelah hening beberapa saat, Riana menajamkan tatapannya. “Sanggup, enggak?” 

“Uhm ... gimana kalau cukup di sekolah aja?” Tisha berusaha menawar. Dia sadar tantangan itu cukup sulit. Namun, mengingat hadiah yang dijanjikan sangat menggiurkan, maka dia tidak mau menolak mentah-mentah.

Mata Riana menyipit. “Oh, kamu enggak berani nerima kesepakatannya?” Nadanya datar.

“Enggak gitu.” Tisha menggeleng-geleng, meralat cepat. “Aku bakal tetap bareng-bareng dia, tapi cukup di sekolah aja. Lagian kan aku pulangnya sama Teteh, ribet nantinya kalau harus ngikutin dia.”

Riana ikut bergeleng-geleng. “Beberapa waktu ke depan Teteh ada urusan di pusat kabupaten.”

“Bawa mobil?” Tisha harap-harap cemas. Batinnya merapal doa, semoga balasan tanyanya adalah ‘iya’.

“Enggak, malas macet. Teteh mau naik motor.”

“Hah?” Mulut Tisha sedikit menganga. “Terus aku gimana?”

Kendaraan yang mereka miliki hanya satu motor dan satu mobil. Sedangkan Tisha hanya bisa mengendarai motor. Jika itu dibawa Riana maka Tisha naik apa? Rumah mereka di pelosok desa, cukup jauh dari pangkalan ojek konvensional, juga belum tersentuh ojek online, sedangkan angkot biasanya lama sekali.

“Ya itu, kamu berangkatnya sama Teteh, tapi pulangnya sama si pengunjung setia. Nanti dia yang bonceng kamu sampai rumah.”

    “Emang dia bakal mau?” gumam Tisha gamang. Tidak percaya akan ada orang yang mau melakukan hal seperti itu, direpotkan oleh sembarang orang. Ya, menurut Tisha dia adalah sembarang orang bagi si pengunjung setia, secara mereka tak saling kenal apalagi akrab.

    Riana mengangguk mantap. “Teteh udah bicara sama Bu Santi selaku bibi dia terkait rencana kebersamaan kalian, terus katanya anak itu oke-oke aja.”

    “Tapi ....” Tisha menggigit bibir. Argumennya lesap di tenggorokan.

    “Aturannya enggak bisa diganggu gugat. Kalau memang sanggup, maka ikuti semua yang sudah Teteh tentukan.” Riana mengalihkan pandangan, pura-pura enggan melihat Tisha. “Dengan melakukan negosiasi, menunjukkan kamu enggak sepenuhnya berani. Jadi, ya udah, kesepakatannya dibatalkan saja.”

    Melihat kekesalan sang kakak, Tisha merendahkan bahu. Harapannya untuk diberikan keringanan ternyata berakhir sia-sia.

    Keberadaan hal yang sangat Tisha sadari bukan perkara mudah untuk dilakukan adalah terus bersama dengan orang lain dalam waktu cukup lama, terlebih di ruang tidak tentu seperti luar sekolah. Tidak pernah terbayang olehnya harus melakukan hal semacam itu lagi, semenjak keputusannya untuk menjadi penyendiri beberapa tahun lalu.

    Tisha benar-benar tidak siap. Rasanya terlalu berat. Namun, dia juga tidak mungkin membatalkan penerimaan tantangan, karena hal itu dapat menghilangkan kesempatannya untuk mendapat hadiah yang sangat diharapkan.

    Sesaat Tisha menghirup udara dalam-dalam, lalu memejam. Setelah merasa lebih tenang, dia membuka mata dan menyahut cukup lantang. “Oke, enggak jadi nawar. Aku sanggupi semua tantangan Teteh!” Secara impulsif Tisha berniat melakukan apa pun demi mendapat kenyamanan hakiki dalam ruang sepi tanpa Riana recoki.

    Riana kembali melihat Tisha. Jempol tangannya terangkat. Sudut-sudut bibirnya tertarik lebar. “Nah, gitu, dong, itu baru adik Teteh yang pemberani.”

    “Uhm, pengunjung setia itu ....” Tisha menggantung kalimatnya. Ingin menanyakan tentang orang yang harus dia hadapi, tetapi segan.

    Bosan mengunggu kelanjutan ucapan sang adik yang entah kapan adanya, akhirnya Riana berkata, “Siswa kelas sebelas.”

    Tisha membulatkan mulut. Oh, kakak kelas ternyata. “Namanya?”

    Riana tersenyum misterius. “Rahasia, dong.”

    Sontak manik mata Tisha melebar. “Lha, kok gitu? Terus gimana caranya aku mendekati kalau namanya aja enggak dikasih tahu?” seru Tisha histeris, tak habis pikir dengan isi kepala Riana yang penuh teka-teki.

    “Kamu bakal bisa langsung tahu dia, kok. Sebab, jarang ada yang lama di perpus. Biasanya setelah dapat buku yang dibutuhkan, mereka akan langsung pergi. Maklum, murid-murid sekolah kita kan pada kurang suka berdiam lama di sana.”

Perempuan berusia 28 tahun itu menjeda sebentar sambil melirik ekspresi Tisha yang tampak kebosanan. Namun, Riana tetap melanjutkan, “Waktu istirahat mereka lebih diutamakan untuk berburu makanan atau ... menyendiri di bawah pohon.” Ada penekanan di kalimat terakhirnya.

Tisha mendengkus tertahan. Secara tidak langsung Riana tengah menyindirnya. Sebab, dia memang termasuk anak yang tidak terlalu menyukai bangunan penuh buku itu. Spot favorit Tisha di sekolah hanya rerumputan di bawah pohon belakang kelasnya. Tempat sepi yang bisa membuatnya cukup tenang.

    Tisha kurang minat bergaul. Dibandingkan harus pergi ke kantin atau makan bersama teman-teman di kelas, dia lebih memilih menyendiri di sana, menikmati santapan yang dibawanya dari rumah.

    “Ish, tetap saja aku takut salah orang,” kata Tisha gusar. “Tolong kasih kisi-kisi sedikit lagi. Misalnya ... gambaran fisik dia.”

    Setelah terdiam menikmati rasa yang baru ditelannya, akhirnya Riana mengangguk. “Oke, deh. Tubuh dia ... tinggi, kulitnya sawo matang, sama punya bekas luka gitu di pergelangan tangan kanannya.”

    “Terus-terus?” Netra Tisha berbinar. Kesenangan menyerap informasi yang diharapkan dapat memperlancar aksinya. Dia bahkan berharap Riana keceplosan menyebut nama orang yang harus didekatinya.

    “Ya, cari tahu sendiri, dong! Enggak guna banget Teteh ngasih kamu tantangan kalau akhirnya Teteh juga yang ngasih jawaban tentang dia.”

    Tisha mendesis. Ternyata sang kakak telah menyadari triknya. Ah, dia jadi pusing. Bagaimana jika dia salah orang?

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Premium
Dunia Tanpa Gadget
7845      2335     32     
True Story
Muridmurid SMA 2 atau biasa disebut SMADA menjunjung tinggi toleransi meskipun mereka terdiri dari suku agama dan ras yang berbedabeda Perselisihan di antara mereka tidak pernah dipicu oleh perbedaan suku agama dan ras tetapi lebih kepada kepentingan dan perasaan pribadi Mereka tidak pernah melecehkan teman mereka dari golongan minoritas Bersama mereka menjalani hidup masa remaja mereka dengan ko...
ASA
2766      1091     0     
Romance
Ketika Rachel membuka mata, betapa terkejutnya ia mendapati kenyataan di hadapannya berubah drastis. Kerinduannya hanya satu, yaitu bertemu dengan orang-orang yang ia sayangi. Namun, Rachel hanya diberi kesempatan selama 40 hari untuk memilih. Rachel harus bisa memilih antara Cinta atau Kebencian. Ini keputusan sulit yang harus dipilihnya. Mampukah Rachel memilih salah satunya sebelum waktunya ha...
Jelek? Siapa takut!
2099      997     0     
Fantasy
"Gue sumpahin lo jatuh cinta sama cewek jelek, buruk rupa, sekaligus bodoh!" Sok polos, tukang bully, dan naif. Kalau ditanya emang ada cewek kayak gitu? Jawabannya ada! Aine namanya. Di anugerahi wajah yang terpahat hampir sempurna membuat tingkat kepercayaan diri gadis itu melampaui batas kesombongannya. Walau dikenal jomblo abadi di dunia nyata, tapi diam-diam Aine mempunyai seorang pac...
The Skylarked Fate
4097      1508     0     
Fantasy
Gilbert tidak pernah menerima takdir yang diberikan Eros padanya. Bagaimanapun usaha Patricia, Gilbert tidak pernah bisa membalas perasaannya. Seperti itu terus pada reinkarnasi ketujuh. Namun, sebuah fakta meluluhlantakkan perasaan Gilbert. Pada akhirnya, ia diberi kesempatan baru untuk berusaha memperbaiki hubungannya dengan Patricia.
Lebih dari Cinta Rahwana kepada Sinta
541      420     0     
Romance
Pernahkan mendengarkan kisah Ramayana? Jika pernah mendengarnya, cerita ini hampir memiliki kisah yang sama dengan romansa dua sejoli ini. Namun, bukan cerita Rama dan Sinta yang akan diceritakan. Namun keagungan cinta Rahwana kepada Sinta yang akan diulas dalam cerita ini. Betapa agung dan hormatnya Rahwana, raksasa yang merajai Alengka dengan segala kemewahan dan kekuasaannya yang luas. Raksas...
Cinta di Sepertiga Malam Terakhir
3702      1080     1     
Romance
Seorang wanita berdarah Sunda memiliki wajah yang memikat siapapun yang melihatnya. Ia harus menerima banyak kenyataan yang mau tak mau harus diterimanya. Mulai dari pesantren, pengorbanan, dan lain hal tak terduga lainnya. Banyak pria yang datang melamarnya, namun semuanya ditolak. Bukan karena ia penyuka sesama jenis! Tetapi karena ia sedang menunggu orang yang namanya sudah terlukis indah diha...
MAMPU
4154      1844     0     
Romance
Cerita ini didedikasikan untuk kalian yang pernah punya teman di masa kecil dan tinggalnya bertetanggaan. Itulah yang dialami oleh Andira, dia punya teman masa kecil yang bernama Anandra. Suatu hari mereka berpisah, tapi kemudian bertemu lagi setelah bertahun-tahun terlewat begitu saja. Mereka bisa saling mengungkapkan rasa rindu, tapi sayang. Anandra salah paham dan menganggap kalau Andira punya...
DI ANTARA DOEA HATI
703      343     1     
Romance
Setelah peristiwa penembakan yang menewaskan Sang mantan kekasih, membuat Kanaya Larasati diliputi kecemasan. Bayang-bayang masa lalu terus menghantuinya. "Siapapun yang akan menjadi pasanganmu akan berakgir tragis," ucap seorang cenayang. Hal tersebut membuat sahabat kecilnya Reyhan, seorang perwira tinggi Angkatan Darat begitu mengkhawatirkannya. Dia berencana untuk menikahi gadis itu. Disaa...
Rembulan
645      342     2     
Romance
Orang-orang acap kali berkata, "orang yang gagal dalam keluarga, dia akan berhasil dalam percintaan." Hal itu tidak berlaku bagi Luna. Gadis mungil dengan paras seindah peri namun memiliki kehidupan seperti sihir. Luna selalu percaya akan cahaya rembulan yang setiap malam menyinari, tetapi sebenarnya dia ditipu oleh alam semesta. Bagaimana rasanya memiliki keluarga namun tak bisa dianggap ...
Gunay and His Broken Life
4551      1852     0     
Romance
Hidup Gunay adalah kakaknya. Kakaknya adalah hidup Gunay. Pemuda malang ini telah ditinggal ibunya sejak kecil yang membuatnya secara naluri menganggap kakaknya adalah pengganti sosok ibu baginya. Hidupnya begitu bergantung pada gadis itu. Mulai dari ia bangun tidur, hingga kembali lagi ke tempat tidur yang keluar dari mulutnya hanyalah "kakak, kakak, dan kakak" Sampai memberi makan ikan...