Sepanjang jalan menuju kelasnya, Rekal terus tersenyum-senyum sendiri karena memikirkan ucapan Rara saat di parkiran tadi.
Semua orang yang melihatnya merasa ada yang aneh dari Rekal. Karena biasanya Rekal akan memasang wajah sangar nya hingga orang enggan melihatnya. Tapi, hari ini sangat berbeda, Dia menampakkan wajah manisnya yang selalu tersenyum, sehingga banyak siswi yang terpesona saat melihatnya.
Saat Rekal sudah masuk ke dalam kelas, Ia masih sumringah.
"Itu Rekal?" tanya Nando kepada Angga.
Angga hanya membalasnya dengan anggukan saja.
"Kok aneh" ucap Nando yang tengah memperhatikan Rekal dari kejauhan.
Angga yang sedang membaca buku pun kembali mengalihkan pandangannya ke arah Rekal dan mulai menelisik Rekal.
"Aneh"
Hanya itu satu kata yang di ucapkan oleh Angga.
"Kan gue udah bilang, Rekal aneh hari ini"
Tanpa ba-bi-bu lagi, Nando langsung menghampiri Rekal yang sudah berada di tempat duduknya.
"Woy! Lo kenapa?" tanya Nando sembari menepuk pundak Rekal. "Lo nggak gila, kan?"
Senyuman Rekal pun memudar karena Ia baru tersadar kalau Ia sedari tadi sedang senyum-senyum sendiri seperti orang gila.
"Bodoh. Rekal pasti lagi jatuh cinta" ucap Angga bermonolog.
Rekal langsung menggeleng, "Nggak. Gue nggak apa-apa"
"Ah yang bener?" tanya Nando. "Soalnya dari tadi, lo senyum-senyum sendiri"
"Iya bener, gue nggak apa-apa. Udah sono! ganggu lo!"
Dan pada akhirnya Nando pun mendengus, lalu pergi kembali menghampiri Angga yang sedang membaca buku.
"Rekal bener-bener aneh hari ini, Ga" ucap Nando kepada Angga.
"Jatuh cinta"
Nando terkejut, "Hah? apaan? tadi lo ngomong apaan?" tanya Nando.
"Ck, bodoh! Dia itu lagi jatuh cinta. Nggak usah di ganggu!" ucap Angga dengan penuh penekanan.
Mau tak mau, Nando pun langsung diam.
~~~
"Rekal!" panggil Rere yang berada di luar kelas Rekal.
Rekal yang sedang memainkan ponselnya pun langsung menoleh dan tersenyum.
Sekarang sudah waktunya istirahat, jadi kapan pun Rere mau, Dia akan datang ke kelas Rekal.
"Halo" sapa Rere yang sudah berada di depan Rekal.
Rekal hanya menaikkan alisnya dan tersenyum. Rere sudah Ia anggap sebagai adiknya sendiri. Karena sedari SD, Ia sudah saling mengenal. Tapi, bagaimana dengan Rere? Apakah Rere juga menganggap Rekal sebagai kakaknya?
"Kenapa?" tanya Rekal to the point.
Rere tersenyum, "Ke kantin bareng yuk!" ajak Rere.
Kening Rekal mengkerut, "Tumben. Lo lagi gak di temenin sama temen-temen lo?"
"Hah? siapa bilang? gue cuman pengen ke kantin bareng sama lo" ucapnya.
Rekal terdiam. Pasalnya, Ia akan mengajak bidadari nya untuk ke kantin bersama. Karena Rara sudah ingin membuka pintu hati untuknya.
Rekal tampak berpikir, "Hmm, ya udah deh tapi-
"Berdua aja! Jangan ajak temen-temen lo itu, ya" pinta Rere kepada Rekal yang terkesan memaksa.
Rekal semakin terkejut, "Loh? emangnya kenapa?"
"Ya gue males aja. Nanti di cie-cie in." balas Rere yang seolah-olah kesal.
"Mereka gak akan cie-cie in kita berdua, orang gue deketnya aja sama Rara" jelas Rekal.
Deg
"Rara lagi?" batin Rere.
Rere berusaha untuk tertawa.
"Owh. Terus tadi lo tadi mau ngomong apa?" tanya Rere.
"Tapi, gue mau ajak Rara ke kantin juga. Makanya kalau orang ngomong jangan di potong!" ucap Rekal.
Dan sudah di duganya. Rere sudah menduga kalau Rekal akan memintanya untuk ke kantin bersama dengan Rara.
"Harus banget ya?" tanya Rere. "Semenjak lo suka sama Rara, gue kayak udah nggak di anggap lagi"
Rekal terkejut, "Loh? maksudnya?"
"Ya semenjak lo suka sama Rara, lo jadi selalu mikirin Rara dan gak ada waktu buat gue. Apa-apa Rara, dikit-dikit Rara, semua yang lo bahas pasti tentang Rara. Lo itu udah kayak terobsesi sama Dia, lo sadar gak sih?" ucap Rere yang terselip kekesalan.
Untung di kelas sudah sepi, hanya ada Rekal, Rere, dan kedua sahabat Rekal yang Nando dan Angga.
"Ya memangnya kenapa kalau gue selalu bahas Rara? Lo risih? gak suka? Ya kalau gak suka, gak usah jadi pendengar gue lagi. Gampang kan?" ucap Rekal yang sudah mulai emosi.
Rere terkekeh pelan, "Bukan gitu, Kal. Lo pikir aja sendiri! Semenjak lo suka sama Rara, lo udah kayak gak punya harga diri tau gak? Lo jadi selalu ngejar dia, sedangkan Dia aja gak pernah anggap lo ada."
"Ya itu dulu, Re. Sekarang Dia udah mulai mau buka hatinya buat gue kok" balas Rekal.
Rere langsung tertawa remeh, "Owh, jadi begitu. Kal, lagian apa yang lo liat dari Rara sih? Cewek modelan kayak dia itu gak pantes buat lo! Sok-sok an mati rasa, padahal mah siapa tahu dia nyimpen cowo diem-diem"
"DIEM, RE! LO UDAH KETERLALUAN!" bentak Rekal yang sudah tersulut emosi.
Rere dan kedua sahabat Rekal sama-sama terkejut saat mendengar Rekal yang mulai meninggikan suaranya.
Rekal langsung memejamkan matanya dan mengatur nafas nya agar amarah nya kembali mereda.
"Lo gak usah sok ngatur gue, dan gak usah sok tau soal gue. Satu lagi, lo gak tau apa-apa soal Rara, jadi mending diem! Lo hanya teman gue dan akan selalu gue anggap TEMAN gak lebih" ucap Rekal dengan menekankan kata 'teman'.
"Gue gak suka kalau ada orang yang ngejelek-jelekin orang yang gue sayang, sekalipun itu adalah orang terdekat gue" lanjutnya.
"B-bukan gitu, Kal. Gue cuman kasih saran yang terbaik buat lo. Buat apa lo sama Rara yang banyak kekurangannya, contohnya mati rasa, iya 'kan?"
Rekal kembali mengepal tangannya, "Gue gak peduli sama kekurangan yang ada di Rara, intinya gue cinta sama Dia"
Setelah mengatakan itu, Rekal langsung pergi meninggalkan Rere. Rere masih terdiam di tempat. Sedangkan kedua sahabat Rekal pun menghampiri Rere.
"Kalau suka sama cowok, jangan malah ngejelekin orang yang dia suka." ucap Nando.
"Cowok yang cintanya tulus nggak akan permasalahin kekurangan ceweknya. Justru kekurangan itu akan Dia lengkapi bersama-sama" ucap Angga yang berbicara panjang lebar.
"Bener tuh" ucap Nando.
"Lo sok-sok an ngomongin Rara banyak kekurangan, kayak lo sempurna aja." ucap Angga yang nyelekit.
Setelah itu, Angga langsung pergi di ikuti oleh Nando di belakangnya dan meninggalkan Rere yang terdiam di tempat.
"Sialan, tau gitu gue gak akan ikutin omongannya si ular" ucapnya bermonolog.
~~~
"Rara mana?" tanya Rekal kepada salah satu teman sekelasnya Rara.
"Tadi dia udah pergi ke kantin"
"Sama siapa?" tanya Rekal.
"Gue liatnya sendiri sih"
"Ah shit"
Rekal langsung berlari ke arah kantin.
Tapi.. di tengah-tengah saat Ia berlari, Ia melihat Rara yang sedang berbicara dengan Reja. Rekal langsung menghentikan larinya.
"Ra" panggilnya.
Rara menoleh dan terkejut saat orang yang memanggilnya adalah Rekal. Ia takut kalau Rekal salah paham terhadapnya.
"Rekal?"
Reja juga ikut menoleh. Tapi, sedetik kemudian, Ia merangkul Rara dengan sengaja. Dan itu membuat Rara langsung terkejut dan mencoba untuk melepaskan rangkulannya tersebut. Di sisi lain, Rekal langsung melangkah lebih cepat untuk melepaskan rangkulan Reja.
"Lepas!" pinta Rara.
Reja tak menghiraukannya, justru Ia malah semakin mengeratkan rangkulannya sembari melihat Rekal yang berjalan ke arahnya dengan amarah yang tersirat di dalamnya.
"LEPASIN RARA!" sentak Rekal dan langsung melepas paksa tangan Reja dari pundak Rara.
"Gak usah pegang-pegang Rara. Tangan lo kotor!" ucap Rekal dengan penuh penekanan.
Reja terdiam.
"Ara gak apa-apa. Tadi cuman kesandung aja terus di tolong Reja" jelas Rara.
Rekal langsung melihat lutut Rara, "Kesandung atau sengaja di sandung?" tanya Rekal.
Rara langsung terdiam. Seolah paham, Rekal pun langsung berjongkok dan melihat luka tersebut.
"Maaf, gue cuman mau liat luka lo doang" ucap Rekal.
Rara terdiam karena merasa ada yang aneh dari gaya bicara Rekal.
"Gue? Elo?" batin Rara.
Rekal kembali berdiri, "Nanti gue obatin. Ayok ke UKS!" ajak Rekal.
Rara cemberut. Sedangkan Rekal masih menatap tajam Reja sembari menggandeng tangan Rara untuk pergi di UKS.
Di tatapannya menyiratkan kalau tidak ada yang boleh mendekati Rara selain dirinya. Sedangkan tatapan Reja menyiratkan kebencian dan dendam di dalamnya kepada Rekal.
Sesampainya di UKS, Rekal langsung mengambil obat merah untuk mengobati Rara. Sedangkan Rara sedang duduk di brankar. Dan akhirnya, Rekal menemukan obat merahnya.
"Mana yang luka?" tanya Rekal. "Sini gue obatin"
Rara langsung mengambil paksa obat merah yang berada di tangan Rekal.
"Udah gue aja, sini!"
Rekal langsung terkejut.
"Ekal aja, Ra"
"Gak usah, GUE bisa sendiri" ucap Rara dengan menekankan kata 'gue'
Sepersekian detik akhirnya Rekal paham.
"Maaf bidadari" ucap Rekal sembari mengambil obat merah yang berada di tangan Rara.
"Buat?"
"Ara gak suka kan kalau Ekal ngomong lo-gue ke Ara?" tanya Rekal dengan tatapan yang sangat lucu menurut Rara.
Mau tak mau Rara pun mengangguk. Terkadang kita harus jujur dan tidak boleh silent treatment.
Rekal langsung tersenyum hangat, "Makanya itu, Ekal minta maaf yaa"
Rara mengangguk pelan dan menurut Rekal, itu sangat lucu.
Tanpa aba-aba, Rekal langsung memeluk Rara, "You're so cute" bisiknya.
Rara terdiam mencoba untuk mencerna kejadian ini.
"Terkadang, yang di butuhkan oleh seorang perempuan hanyalah kepekaan dari pasangannya" batin Rekal