Rara masih terdiam membisu. Dia bingung dengan apa yang Ia rasakan sekarang. Kupu-kupu yang menjadi liontin di kalungnya itu ternyata ada juga di dalam perutnya. Paham maksudnya? Ya! Rara sudah mulai merasa kalau ada kupu-kupu yang terbang di perutnya.
"G-gue kenapa?" batin Rara.
Rekal yang melihat Rara terdiam pun malah menjadi heran, "Apa gue ada salah ngomong sama Dia?" batin Rekal. "Kok Dia tiba-tiba diem ya?" lanjutnya dalam hati.
Sampai pada akhirnya Rekal menepuk pundak Rara dengan pelan, "Ra"
Rara langsung tersadar, "Hah? apa? kenapa?"
"Kok Ara diam? Ekal ada salah ngomong ya?" Tanya Rekal dengan hati-hati.
Rara langsung menetralkan jantungnya kembali. Suara lembut Rekal mampu menghinoptisnya. Rara pun malah membalasnya dengan suara yang ikut lembut pula. Padahal Rara selalu judes saat menjawab pertanyaan dari Rekal.
"Nggak kok, Ara gak apa-apa" balas Rara dengan lembut. Sedetik kemudian, Ia mulai tersadar kalau nada bicaranya agak aneh.
Rara diam, tetapi Rekal malah senyum-senyum sendiri.
"Udah mulai cair nih kayaknya" ucap Rekal yang meledek Rara.
Rara kembali memasang mukanya yang judes se judes-judesnya. Ia mulai mengubah lagi nada suaranya menjadi cuek.
Rara melipat kedua tangannya, "Enggak ada yang cair. Masih beku kok kayak biasanya" ucapnya judes.
Setelah itu, Rara langsung kembali masuk ke dalam rumahnya dengan muka yang terlihat jengkel.
~~~
"Udah cair? pasti udah mulai cair, kan?" tanya Rekal menggoda. "Cair gak? cair gak? cair lah masa enggak?"
Rara hanya memutar bola matanya malas, "Diem lo! Gue sumpel mulut lo pakai sambel nih"
"Nggak apa-apa sumpel aja. Asalkan yang nyumpel itu Ara, Ekal mah gak akan marah" ucapnya dengan tersenyum.
Rara hanya memutar bola matanya dan kembali fokus mengulek. Saat ini mereka bedua sedang berada di dapur untuk menyiapkan makan siang.
Sedari tadi, Rekal belum pulang dari rumah Rara. Dia sih bilangnya masih betah.
"Sana pulang!" usir Rara. "Nyebelin lo lama-lama di sini" lanjutnya sembari mengulek.
Rekal menggeleng dengan lucu, "Ndak mau! Ekal ndak mau pulang"
Ia pun langsung duduk di meja makan, melihat Rara mengulek dari belakang.
"Kalau di lihat-lihat, Ara udah cocok jadi istri Ekal nih" ucapnya menggoda.
Rara pun berbalik badan sembari membawa cobek yang berisi sambal dan langsung menaruhnya dengan kasar di meja makan.
"Istri matamu! Mimpi lo!" kesal Rara. Rara pun langsung berbalik badan karena berniat ingin mengambil piring untuk makan.
"Ya mimpi mah gak apa-apa kali, kan semuanya juga berawal dari mimpi" balas Rekal diakhiri dengan cengiran khasnya yang hanya bisa di lihat oleh Rara.
Rara pun menaruh piring di meja makan dan langsung duduk.
Ia langsung menatap Rekal dengan intens, "Gue mau nanya sama lo!" ucapnya serius.
Rekal pun langsung memajukan sedikit badannya, "Mau nanya apa, cantik?"
Deg
Rara langsung diam terpaku. Cantik? ada apa dengan Rekal? tumben sekali menyebutnya cantik. Dan ada apa juga dengan Rara? Ia langsung diam terpaku saat kata itu terlontar dari mulut Rekal.
"C-cantik?"
Rekal mengangguk, "Kenapa? ada yang salah?" Rara pun langsung mengangguk.
"Salah apanya? Ara kan memang cantik" jelas Rekal yang membuat Rara kembali terkejut.
Rara langsung membuang muka ke arah depan, "Gak perlu panggil cantik, Gue gak se-cantik itu"
Rekal langsung berdecak sebal, "Ara cantik! siapa bilang Ara gak cantik? Pokoknya Ara cantik pake banget." ucapnya menggebu-gebu.
"Ara adalah wanita tercantik setelah Almh. mamah" ucapnya dengan tulus.
Rara langsung diam membisu. Tatapan dari Rekal mampu menghipnotisnya.
"E-ekal tulus ngomong ini?" tanya Rara dengan ragu.
Apa ini? gaya bicaranya menjadi berubah.
Rekal pun membalasnya dengan senyuman yang manis, "Tulus. 100% tulus kok"
"Ar- ehm maksudnya gue masih takut buat buka hati lagi." ucap Rara dengan jujur.
"Gue terlalu sering di sakitin sama cowo, sampai-sampai gue gak akan percaya kalau ada orang yang bener-bener tulus sama gue" ucap Rara dengan tatapan kosongnya.
Rekal perlahan memegang tangan Rara dengan lembut, "Percaya deh, lelaki yang tulus itu ada"
Rara menoleh, "Mana? Dimana lelaki yang di sebut tulus itu?"
"Ekal, Ra. Ekal bener-bener tulus sama Ara. Tapi sayangnya, Ara udah gak percaya akan cinta"
"Gimana mau percaya sama cinta kalau yang datang ke gue gak ada yang serius. Mereka datang karena penasaran doang." ucap Rara yang seakan akan sedang curhat.
"Kenapa sih gue selalu dapat cowok yang brengsek. Cowo yang cuman manis di awal doang, cowo yang cuman bisa janji tanpa bukti, dan cowok yang gak cukup sama satu cewe." lanjutnya.
"Dimana cowo yang tulus itu? Kenapa Dia gak datang ke gue aja? Kan enak kalau orang yang sama-sama tulus di persatukan" ucap Rara.
Rekal menghela nafasnya, "Ekal nggak di anggap?" tanya Rekal kepada Rara.
Rara terdiam dan menunduk, "Lo terlalu tulus, Kal. Gue takut. Gue takut banget."
Heran, Rekal sangat-sangat heran dengan wanita yang satu ini. Apa yang Ia takutkan darinya? Apakah karena Ia adalah ketua geng motor?
"Takut kenapa?" tanya Rekal.
"Gue takut, gue takut kalau gue yang jadi jahatnya." lirih Rara.
Rekal terdiam. Rekal tak menyangka kalau itu lah jawaban yang akan di lontarkan dari mulut Rara.
"Ngga apa-apa. Itu kan udah konsekuensi nya saat mencintai seseorang" ucapnya.
"Di saat kita mencintai seseorang, maka kita harus siap dengan rasa sakit yang di berikan oleh orang yang kita cintai" Lanjutnya.
Entah kenapa Rara mulai berkaca-kaca, "Jangan sama gue, Kal" larangnya.
"Kenapa? Ekal pilih Ara tulus dari hati. Entah kenapa Ara selalu ada di pikiran Ekal, dan Ekal nggak bisa lupain Ara" balasnya.
Rara menggeleng, "Gue kasian sama lo, Kal."
"Kasian apa lagi?"
"Lo selalu berjuang buat dapetin gue yang udah mati rasa kayak gini. Kasihani hati lo, Kal. Nggak ada gunanya perjuangin cewek mati rasa kayak gue" ucap Rara yang melarang.
"Berjuang sendiri memang melelahkan, tapi itu adalah keputusan seseorang yang sedang mencintai." ucapnya. "Dan soal kasihani hati Ekal kayaknya itu salah, harusnya Ara yang kasihani hati Ara karena udah mulai mati rasa"
Rara menggeleng, "Nggak apa-apa. Biarkan hati gue mati rasa, kan, gue udah biasa"
"Rasa biasa itu hanyalah kata pemanis. Padahal aslinya Ara juga mau tau rasanya tulus di cintai seseorang, bukan?" tanya Rekal.
Rara menaikkan kedua pundaknya, "Nggak tau"
"Nggak usah munafik, setiap orang butuh cinta. Setiap orang juga mau tau rasanya di cintai dengan tulus itu kayak gimana, tapi sayangnya rasa trauma itu jadi pemenangnya"
Rara terdiam. Sebenarnya kata-kata Rekal selalu benar. Ia juga ingin di cintai dengan lelaki yang benar-benar tulus.
"Ekal gak salah, Ra. Ekal juga butuh cinta sama kayak orang pada umumnya, bukan Ekal doang, tapi Ara juga butuh." ucapnya.
Tanpa sadar, sebutir air menetes dari matanya, "Lo benar, Kal" ucapnya di iringi dengan isakan kecil.
"Jangan nangis, cantik" ucap Rekal dengan lembut sembari mengelus kepala Rara.
"Gue butuh seseorang, tapi takut kejadian di masa lalu malah terulang"
Grep
Tanpa ba-bi-bu lagi, Rekal langsung memeluk Rara dari samping.
"Maaf lancang, tapi Ekal nggak mau Ara nangis karena sedih." ucap Rekal yang berusaha menenangkan.
"Ekal sayang Ara" ucap Rekal yang masih memeluk Rara dari samping.
Isakan Rara mulai kencang. Ada rasa bersalah menyelimuti Rara.
"Kenapa malah makin kenceng nangisnya? Hm?" tanya Rekal dengan lembut.
"Gue ngerasa bersalah sama lo, Kal." ucap Rara.
Rara langsung melepaskan pelukannya, "Masih mau sama gue?"
Rekal langsung mengangguk dengan antusias, "Mau! mau banget" ucapnya
"Ara bakal buka hati, tapi ada syaratnya" ucap Rara.
Tentu saja Rekal langsung terkejut di buatnya. "A-ara serius? Gak lagi bercanda, kan?"
Rara mengangguk, "Ara serius."
"Kalau gitu, apa syaratnya?" tanya Rekal dengan sangat antusias.
"Jangan pergi dari Ara ya!" pinta Rara. "Dan tolong cukup sama satu cewek aja"
Rekal terdiam membisu, bukan karena Dia tidak mau tetapi karena Ia begitu terkejut kalau Rara benar-benar akan membuka hati untuk dirinya.
"PASTI! EKAL JANJI" ucapnya yang langsung menautkan jari kelingkingnya dengan jari kelingking Rara.
Awalnya Rara terkejut, tapi setelahnya Ia langsung tertawa bersama dengan Rekal.
"Mmmm.., Ekal mau ngomong sesuatu"
"Apa?"
"Mau nggak jadi pacar Ekal? Biar Ekal ajarin apa itu cinta. Jawabannya cuman dua, Iya atau mau" ucap Rekal
"Hah?"