"Bunda aja diam." ucap Rara.
Bunda pun hanya bisa menghela nafasnya.
"Bunda bingung harus bilang apa. Kamu yang merasakan dan kamu juga yang trauma, semua keputusan ada di kamu, nak" Ucap Bundanya.
Dengan tatapan kosongnya, Rara menjawab "Keputusan yang aku ambil barusan, bunda gak setuju kan?" Tanya Rara.
"Kalau bunda boleh jujur, Bunda memang gak setuju sama keputusan kamu yang benar benar menutup hati 100% karena mau bagaimana pun, hidup itu harus berwarna jangan gelap. Ngerti kan maksud bunda?" Tanya Bundanya.
Entahlah, Rara bingung harus apa.
"Jadi?"
"Ya kamu harus bisa membuka hati untuk lelaki yang mencintaimu saat ini." Ucap Bunda
Rara tersenyum remeh, "Lelaki yang mencintaiku dan datang padaku hanya karena penasaran, bukan karena cinta beneran"
Bunda pun terdiam.
"Semua lelaki sama aja, cuman manis di awal kayak permen karet." Jelasnya.
Bundanya terkejut, "Gak baik menjelek-jelekkan lelaki seperti itu, nak"
"Lalu? perlakuan dan sikap mereka yang brengsek itu harus aku bangga-bangga kan gitu?" Tanya Rara
Bunda pun bersabar untuk menjelaskannya.
"Ra.." Panggil Bundanya.
Rara pun menoleh kembali.
"Jangan hanya karena satu lelaki yang menyakitimu, kamu malah menutup hati untuk seribu lelaki yang mencintaimu." Peringatan Bundanya.
"Pertimbangkan ucapan bunda barusan. Selebihnya keputusan ada di kamu. Tapi jangan sampai keputusan itu malah membuat kamu menyesal." Ucap Bundanya.
Bunda pun beranjak dan langsung pergi ke kamarnya meninggalkan Rara yang masih terdiam dengan kata kata bundanya.
~~~~
Terdengar suara sorakan orang orang yang kesenangan karena memenangkan lomba balap motor pada malam ini.
Rekal sang ketua lah yang memenangkan perlombaan tersebut.
"HIDUP REKAL!!"
"HIDUP!!"
"HIDUP REKAL!!"
"HIDUP!!"
Rekal masih setia dengan wajah datarnya. Tidak ada ekspresi yang menandakan bahwa Ia senang atau sedih.
"Heh orang mah kalau menang gembira kek apa kek. Ini datar banget kek triplek." Ucap Nando yang ngawur.
Nando ini memang pencair suasana. Jokesnya pasti lucu-lucu walaupun kadang suka gak nyambung.
"Lo ada masalah?" Tanya Angga yang masih tak ada jawaban dari Rekal.
Angga dan Nando saling lirik. Jika Rekal terdiam seperti ini, maka ada sesuatu yang mengganjal di pikirannya.
"Kenapa bro? soal cewek?" Tanya Nando yang to the point.
Dan Rekal hanya berdeham pelan.
"Soal Rara?" Tanya Angga yang masih stay cool.
"hm" Balasnya singkat.
Nando langsung menghela nafasnya.
"Kenapa lagi emang?" Tanya Nando.
Rekal diam.
Nando yang kesal akhirnya menendang pelan betis Rekal.
Dug
"Akhh.. BANGS*T!! SIAL*N LO!" Teriak Rekal yang mengaduh.
Nando langsung pergi ke belakang Angga untum berlindung jika di serang balik oleh Rekal.
"Ck, lo ngapain si?!" Tanya Angga kepada Nando.
Nando masih tetap bersembunyi di belakang Angga sembari melirik-lirik ke arah Rekal yang menatapnya tajam.
"Berlindung dari godaan syaiton yang terkutuk" Jelasnya.
Dan Rekal yang mendengar itu langsung kesal bukan main.
"SINI LO MONYET!! NGATAIN GUE SETAN HAH?!!" Teriak Rekal dan berusaha untuk mengejar Nando.
Tapi tangannya di cekal oleh Angga.
"Udah gak usah di ambil jantung. Nando cuman bercanda, Kal" jelas Angga.
Rekal langsung menghempas tangan Angga dengan kasar. Entahlah dirinya sangat emosional malam ini.
"Lo kenapa lagi?" Tanya Angga.
Rekal masih diam, dan Nando sudah kembali lagi hadir di antara mereka.
"Jangan di pendem sendiri, Kal" Ucap Nando.
Rekal terdiam dan mengehela nafasnya.
"Si bangsat itu dateng ke rumah Rara." Ujarnya
Angga dan Nando langsung melongo tak percaya. Jadi dari tadi Dia diam karena hal itu?
"BWAHAHAHAAHAHA" Nando tertawa.
Rekal menatapnya bingung, "kenapa lo ketawa?"
Nando pun menghentikan tawanya. "Jadi lo sekarang udah bisa cemburu?"
Angga hanya tersenyum kecil, Dia sudah paham kalau temannya ini sedang merasakan cemburu.
Rekal terdiam.
"Gila si, cemburunya Rekal ngeriii ah" Ucap Nando.
Rekal dan Angga mengernyitkan dahinya.
"Maksud lo?" Tanya Rekal.
"Cemburunya lo itu bikin ngeri, Kal. Soalnya lo abis cemburu langsung kesini buat balapan. Padahal jadwal balapan lo aja masih minggu depan. Ngeri gak tuh?"
Rekal terdiam, omongan Nando ada benarnya.
"Kelazz, tumben lo bener" Ucap Angga kepada Nando.
Rekal masih diam tanpa ekspresi.
"Eh.., bebeb jesi telepon, angkat dulu ah" Ucap Nando dan langsung menjauhkan diri dari kedua lelaki tersebut.
Saat Nando pergi, Angga langsung memberi nasihat kepada Rekal.
"Kal" Panggilnya.
"hm"
"Cemburu itu wajar, Tapi jangan di lampiasin langsung ke hal yang berbahaya." Ucap angga
Rekal langsung mendelik, "Kayak lo gak gitu aja."
"Oh iya, lupa" Ucapnya yang masih stay cool.
Rekal pun langsung beranjak pergi.
"Mau kemana lo?" Tanya Angga yang ikut berdiri
"Mati" jawabnya singkat.
Dug
"Akh Sialan!!" Umpatnya.
Angga kesal, pasalnya Rekal mengucapkan kata itu dengan sangat santai.
"Lo kalau ngomong jangan ngawur!!" Ucap Angga dengan wajahnya yang kesal.
Rekal hanya memutar bola matanya malas, "Alay lo. Gue mau pulang lah, ngapain lagi coba"
Angga hanya diam.
Di saat Rekal berjalan menuju keluar, tiba tiba hp nya berbunyi.
Ting
Reva
Bang..
Abang dimana? Abang balapan lagi? Kalau abang balapan, mending jangan pulang dulu deh..Papah lagi marah besar sama Abang..
Tapi kalau bisa pulang aja deh, Papah serem bang kalau lagi marah
Ehh pulang aja deh bang..
Papah nyariin abang..
bang??
Bang rekal masih balapan ya?
20 panggilan tak terjawab
Bang...
ABANG DIMANA IH??
Pulang dongg😭 papah serem nih
=Otw dek
CEPETAN BANG!! Papah marah besar sama abang karena belum pulang..
aku takut abang di pukul lagi😭
=Tenang, abang udah kebal kok
Ihh gak gt bang..
=udah gak usah dipikirin. Reva tidur!! bentar lagi abang pulang
read
Dengan kecepatan tinggi, Rekal melajukan motornya. Tak peduli dengan yang lain lagi. Sekarang, Ia hanya bisa pasrah jika di pukul lagi habis habisan dengan papahnya.
~~~
Tok Tok Tok
"Assalamualaikum" Ucap Rekal memberi salam.
Tak ada yang menjawab. Rekal pun berinisiatif untuk membuka pintunya secara langsung.
Ceklek
Dan ternyata pintunya tidak di kunci. Wah kesempatan emas untuk Rekal yang baru pulang.
Tapi, sepertinya Ia merasa ada yang aneh.
Rekal pun melangkah secara perlahan. Saat di langkah yang ketiga..
"Dari mana aja kamu?" Tanya seseorang dengan suara nya yang berat.
Langkah Rekal terhenti.
Ia menoleh ke arah sofa, "P-papah" Ucapnya terbata-bata.
Ternyata di sofa sudah ada ayahnya yang duduk sembari menatapnya dengan tatapan marah.
Rekal tak munafik, sejujurnya Ia takut dengan tatapan tersebut. Apakah Ia akan mandi dengan berlumuran darah lagi?
"Sialan, Papah belum tidur" Ucapnya dalam hati.
"SAYA TANYA, ABIS DARI MANA KAMU?!!" Tanya Papahnya yang teriak.
Suaranya menggelegar ke segala penjuru rumah. Reva yang sedang berada di dalam kamarnya pun ikut mendengarnya dan ketakutan. Ia takut kalau papahnya kembali memukul abangnya.
"Rekal abis dari rumah teman" Ucapnya santai.
"Liat jam?" Tanya papahnya dengan nada yang masih sama.
"gak"
"DASAR ANAK SIAL*N!!"
Papahnya langsung menyeret Rekal ke dalam kamar mandi.
Rekal pasrah, Ia tau kalau akhirnya Ia akan di pukul habis habisan sampai berdarah.
Menangis? haha
Rekal tidak menangis, Ia justru tertawa dengan perlakuan dari papahnya saat ini..
"DASAR ANAK GAK TAU DIRI!! UDAH DI URUS BUKANNYA NURUT!!" Ucap Papahnya yang di ambang kemarahan sambil memukul wajah Rekal.
Benci? ya mungkin papahnya sangat membenci Rekal hingga saat ini.
"Haha, haha, hahahhahaha"
Rekal tertawa. Ia tertawa terhadap perlakuan papahnya yang seperti setan.
Sakit? sudah pasti. Tapi Ia menutupinya dengan tawaan.
"DASAR ANAK GILA! BUKANNYA MIKIR MALAH TERTAWA!!" Umpat papahnya yang masih terus memukul Rekal
*Hiks, author gak tega:(
Tak ada balasan, Rekal masih diam menerima segala tinjuan dari papahnya. Ia hanya hanya tertawa remeh.
Sampai pada akhirnya...
Ia pingsan karena lemas. Dia pun manusia, jika di tinju habis-habisan seharusnya sudah tiada, tetapi Rekal masih bisa bertahan.
"Huh dasar!" Ucap Papahnya dan langsung pergi meninggalkan Rekal di kamar mandi.
Darah yang bercucuran masih ada di lantai, bagaimana nasib Rekal selanjutnya?