Saat Rara berjalan, ada seorang wanita yang langsung menarik dirinya ke suatu tempat.
"Lepas! lo siapa?!" Tanya Rara yang kesal.
Wanita itu langsung melepaskan tangannya dan menatap tajam kearah Rara.
"Gue Charmila, gue mantannya Rekal. Kenapa memangnya?!" Ucap Mila dengan nada yang menantang.
"Terus apa hubungannya sama gue? lo ngapain tarik-tarik gue segala?" Tanya Rara
"Gue tarik lo kesini karena mau kasih pelajaran ke lo!" Ucap Mila dengan tatapan tajamnya.
"Maksudnya?" Tanya Rara dengan alis yang mengerut.
Mila mendekat ke arah Rara, terus mendekat, mendekat, dan..
Dug
"Aww!!" Ringis Rara saat lututnya yang masih terluka di tendang keras oleh Mila.
Mila terkekeh pelan, "Gimana? sakit?" Tanya Mila.
Rara tak bisa menahan air matanya yang akan turun dari matanya. Rara sedikit mengeluarkan air matanya karena rasanya memang benar-benar sakit sekali.
"Haha, sakit kan? Tapi.., itu gak seberapa dengan sakitnya gue saat liat lo sama Rekal!!" Gertak Mila.
"Shh.., Gue bukan siapa-siapa dia! Ambil aja sana! gue juga gak minat!" Ucap Rara yang masih memegang lututnya.
"Terus kenapa lo deket-deket sama Rekal?!!"
"Gue gak deketin dia! dianya yang ngedeketin gue!" kesal Rara.
"Cih, lo udah deket sama Rekal, deket sama ketos pula!. Dasar murahan! sasimo lo!"
Rara terhenyak saat mendengar kata 'murahan' dan 'sasimo'. Cukup! ia tidak ingin di bully seperti dulu lagi. Ia hanya bisa mengepal tangannya kuat-kuat.
Menahan amarah adalah cara terbaik agar segala sesuatunya tidak hancur berantakan.
Setelah mengatakan hal tersebut, Mila langsung pergi meninggalkan Rara yang tak berdaya.
Rara hanya menatap kepergian Mila dengan tatapan yang sulit diartikan. Setelah itu, barulah Ia menangis. Tidak ada siapa pun di tempat ini, karena memang lorong ini agak sepi. Rara duduk dengan kaki yang di tekuk.
"Hiks.., sakit.., hiks.., sakit ayah.." Tangis Rara sambil menyentuh lututnya yang sedikit berdarah.
Lukanya belum kering, di tambah lagi dengan tendangan kuat dari Mila. Sungguh kejam si Mila itu!.
Seorang wanita berjalan pelan dan menatap kasihan Rara.
"Ini! obatin luka lo!" Ucap wanita itu sambil memberikan betadine.
Rara mendongak. "Lo siapa?"
"Gak penting gue siapa, obatin aja luka lo!"
Rara pun menurut. Ia langsung mengobati lukanya sendiri. Dan tak lama kemudian, Ia pun selesai dengan kegiatannya.
Wanita cantik itu masih setia di sampingnya. Rara pun menoleh dan memberikan kembali betadine tersebut. "Terima kasih ya" Ucap Rara sambil tersenyum.
Wanita itu menoleh dan mengambil betadine tersebut. "Sama-sama". Setelah mengatakan itu, Wanita tersebut ingin beranjak pergi dari sana, tapi tangannya di tahan oleh Rara.
"Kenapa?" Tanyanya.
"Nama lo siapa?" Tanya Rara.
Wanita itu tersenyum, "Nama gue hampir sama kayak nama lo. Lo pake "A" kalau gue pake "E"."
Rara mengerutkan dahinya. Apa maksud dari perkataan wanita ini. Tapi sedetik kemudian Ia pun paham.
"Owh.., nama lo Rere?" Tanya Rara
Rere pun mengangguk. Dan langsung menjulurkan tangannya, "Kenalin ya nama gue Rere Jihana"
Rara pun mau tak mau membalas, "Iya, kenalin juga, nama gue Rara Gleriska"
"Gue tau kok" ucapnya singkat. "Oh iya gue gak bisa lama-lama, ada urusan soalnya. Bye" Ucap Rere dan langsung meninggalkan Rara.
Rara terdiam, sejenak Ia berfikir. "Gimana Dia tau nama gue?" Ucapnya bermonolog.
~~~
Kehebohan kelas Rara saat ini adalah karena kelas mereka akan kedatangan murid baru. Katanya sih murudnya laki-laki.
Bu guru pun masuk ke dalam kelas dengan murid laki-laki baru tersebut.
"Aaaa ganteng bangett"
"Omegat omegat!!! cogan woyy!!"
Kira-kira itulah yang di teriaki oleh para siswi yang ada di dalam kelas Rara saat murid lelaki itu masuk.
Rara seperti menulikan pendengarannya, Ia tidak menoleh sama sekali ke depan saat para wanita berteriak histeris akan ketampanannya.
"Sudah-sudah! biarkan Dia memperkenalkan dirinya terlebih dahulu!" Ucap Bu Nana.
Murid laki-laki itu pun mulai buka suara.
"Hai semuanya.., perkenalkan nama saya Reja Mahendra, pindahan dari Surabaya. Salam kenal ya semuanya.." Ucap Reja dengan senyum manisnya.
Deg
"Reja Mahendra? Gak mungkin!" ucap batin Rara
Rara pun langsung mendongakkan kepalanya dan melihat siapakah lelaki tersebut. Dan benar saja, dialah Reja Mahendra. Mantan Rara yang pernah menyelingkuhinya.
Dan tanpa sengaja, mata Reja menatap Rara, wanita yang pernah Ia sakiti. Reja terhenti sebentar dan menatap Rara dengan tatapan yang sulit diartikan.
"Nak Reja! kamu bisa duduk di pojok sebelah sana" Ucap Bu Nana sambil menunjuk bangku di belakang Rara.
Rara dan Reja terkejut. Apa ini? mereka akan duduk depan-belakang?
"B-baik bu" Ucap Reja gugup.
Reja pun berjalan untuk duduk ke bangku tersebut. Saat melewati Rara, Ia pura-pura tidak melihat Rara, begitu juga dengan Rara.
"Apa ini Tuhan? aku harus bertemu kembali dengan lelaki yang pernah menyakitiku waktu itu?" Dirinya membatin.
"Kenapa gue bisa sekelas sama Rara?" Batin Reja.
~~~
Istirahat pun dimulai..
Rara bingung harus berbuat apa. Tapi, Ia harus berbuat seperti biasanya. Rara pun pergi ke kantin.
Untuk hari ini dan seterusnya, Ia akan pura-pura tidak mengenali Reja.
Reja menatap kepergian Rara yang keluar dari kelas. Ia masih menatap kosong ke arah depan. Kenapa Rara tidak mengatakan apa-apa?
Tapi, tatapannya buyar saat ada wanita yang mengejutkannya.
Dialah Zia.
"Hahaha kaget ya?" Tanya Zia dengan tawaan.
Reja hanya tersenyum kikuk.
"Oh iya, kenalin ya nama gue Zia!" Ucap Zia kepada Reja.
"Nama gue—
"Udah tau, Reja kan?"
Skip—
Sekarang sudah saatnya untuk pulang..
Sudah tau bukan kalau tadi pagi Rara di antar oleh Rekal, maka pulang pun akan diantar oleh Rekal.
Rara sedang membereskan buku-bukunya ke dalam tas. dan tak berselang lama, Rehan menghampirinya. Pembicaraan mereka berdua tak luput dari pandangan Reja.
"Ra, lo pulang sama siapa?" Tanya Rehan.
"Rekal" Jawabnya singkat.
Rehan sedikit terkejut. Dan pada saat Rara ingin pergi, Rehan menahan tangannya. "Tunggu!"
Rara berbalik badan dan menghempaskan tangan Rehan. "Kenapa?"
"Pulang bareng gue aja!" Ajak Rehan.
"Gak usah! gue berangkat sama Rekal, jadi pulang juga harus sama Dia" Ucap Rara
Sedikit melirik Reja yang sedang melihatnya, lalu Rara pun langsung pergi meninggalkan Rehan.
Rehan hanya menghela napasnya kasar. Saat Rehan ingin mengejar Rara, tiba-tiba ada yang menahan tangannya. Lantas Rehan pun menoleh.
"Aku nebeng ya!"
Rehan pun menghela napasnya, dan mengiyakan permintaan Hana.
~~~
Di parkiran sudah ada Rekal yang setia menunggu bidadarinya. Rara berjalan dengan langkah malasnya. Tak lupa juga dengan langkah yang masih terpincang-pincang.Senyum Rekal agak memudar saat melihat bidadarinya berjalan seperti itu.
"Masih sakit ya Ra?" Tanya Rekal.
"Hm"
Rekal masih melihat luka Rara, dan Rara risih saat dilihat seperti itu. "Ish ngapain ngeliatin kayak gitu?"
Rekal pun langsung menatap serius Rara, "Kok lukanya kayak makin membesar?" Tanya Rekal
Mampus!
Rara mulai bingung ingin menjawab apa. "Y-ya mana gue tau"
"udah mana helm nya sini!" Lanjutnya.
Rekal pun langsung memberikan helmnya kepada Rara.
Saat Rara memakai helm nya dan duduk menyamping, Rara melihat kalau ada Reja yang sedang memandanginya dari kejauhan.