Rekal hanya memandang datar ke arah Nando. "Sialan lo! gue manusia, bukan bebegig!"
Rara hanya memutar bola matanya malas, Ia benar-benar cuek dengan siapa pun, apalagi dengan lelaki.
Karena malas dengan perbincangan absurd mereka, Rara pun pergi meninggalkan mereka semua. Tadinya, Rekal ingin mengejar, tapi Nando menahannya.
"Biarin aja! dia cuman mau ke kelas."
Ternyata ada satu wanita yang memandang Rekal dengan pandangan yang aneh. Entahlah, wanita itu masih mencintainya, tapi untuk kembali bersamanya, sepertinya hal mustahil.
~~~
Rara yang sedang berjalan santai menyusuri lorong sekolah menuju kelasnya. Dan tanpa Ia sadari ada seorang lelaki yang mengikutinya dari belakang. Rara memang bersikap biasa saja, Ia tidak merasa ada yang mengikuti.
Dan saat beberapa langkah di lorong, ada sebuah kaki yang menyelengkat kakinya dan membuat Rara tersandung jatuh.
Gubrak
"Raraaaa!!" Teriak Rehan yang tadi mengikuti Rara dari belakang sedari tadi.
Rehan langsung berlari cepat dan menghampiri Rara yang sudah terjatuh. Rehan melirik seseorang yang masih berdiri di samping Rara dengan berkacak pinggang.
"APA-APAAN LO, ZIA!!" Gertak Rehan yang membuat Zia terkejut dibuatnya.
"APA?! GUE G-GAK NGAPA-NGAPAIN!" Elak Zia.
Rehan sangat tidak mau berdebat dengan wanita, tapi ini sudah menyangkut dengan orang yang Ia cintai.
"LO—
Ucapannya terpotong saat Rara mengatakan, "STOP!"
Rehan menoleh ke arah Rara yang masih terduduk dengan kaki yang bertekuk.
"Lo gak apa-apa?" Tanya Rehan khawatir.
Rara menghempas tangan Rehan yang berada di pundaknya, "Gak usah pegang-pegang!"
"Gue gak apa-apa kok" Lanjut Rara.
Rara langsung berusaha berdiri sendiri, tapi saat setengah berdiri, entah kenapa lututnya begitu ngilu dan Rara meringis pelan.
Karena melihat hal itu, Rehan langsung reflek menuntun Rara. Tapi, Rara menolaknya.
"Gue bisa sendiri!"
"Kalau lo bisa sendiri, gak mungkin lo meringis kesakitan kayak tadi." Ucap Rehan.
Rara pun pasrah, karena memang lututnya sangat nyeri akibat terbentur lantai.
Rehan menatap Zia dengan tajam, "Gue tandain lo!" Dan Zia hanya terdiam dan mengangkat dagunya dengan sombong.
Rehan tak memperdulikan Zia, Ia sedang fokus kepada Rara. Urusan Zia bisa Ia urus nanti, tau sendiri kalau Rehan adalah seorang ketos.
Rara di tuntun oleh Rehan untuk pergi ke UKS. Tapi, seorang wanita yang tadi berada di belakang Rehan yang berniat menyapa Rehan pun hanya terdiam lemas. Pagi-pagi Hana sudah melihat pemandangan yang kurang mengenakan.
"Gini ya rasanya friendzone" ucap Hana bermoolog dengan diakhiri tawaan hambar.
~~~
"Shh aww.., pelan-pelan!" Ucap Rara yang meringis karena luka di lututnya sedang di beri obat merah oleh Rehan.
Rehan terkekeh, "Katanya anak PMR, tapi baru di kasih obat merah dikit doang langsung meringis."
Hanya tatapan datar dari Rara lah yang Rehan dapatkan.
Memang Rara masuk eskul PMR, Dia sudah tertarik tentang bidang kedokteran sejak dini.
Saat Rehan sedang mengobati luka yang berada di lutut Rara, tiba-tiba ada yang membuka pintu UKS.
Ceklek
Sontak, Rehan dan Rara menoleh kaget.
Dan ternyata, seorang lelaki yang masuk secara tiba-tiba ke ruang UKS adalah Rekal Dirmagja.
Rekal menatap mereka berdua dengan tatapan yang sulit di artikan. Tapi, tatapan itu seketika pudar saat Rekal melihat luka yang berada di lutut Rara.
Rekal langsung mendekati Rara dengan wajah yang terlihat sangat khawatir. "Kenapa bisa jadi kayak gini, Ra?" Tanya nya dengan nada yang khawatir.
Rara menatap bingung ke arah Rekal, bagaimana laki-laki ini bisa ada di sini?.
"Lo ngapain kesini?" Tanya Rara
Rekal mendongakkan kepalanya, "Tadi.., ada yang bilang kalau Rara Gleriska jatuh tersandung, makannya Rekal langsung kesini."
Rara dan Rehan mengerutkan dahinya, "Siapa yang bilang?" Tanya mereka secara bersamaan.
Itu membuat Rekal sedikit terhenyak saat mereka mengucapkan sesuatu secara bersamaan. Dengan menghela napasnya yang berat, Rekal pun mengatakan "Gak tau, gak kenal"
Dahi Rara mengerut, "Lo gak kenal sama orang yang ngomong itu, tapi lo percaya?" Tanya Rara dengan tatapan yang heran.
"Iya, asalkan itu menyangut tentang Rara." Ucapnya
Rara terdiam. Tapi setelah itu, Ia mengatakan kata-kata yang mungkin bisa saja menyakitkan hati yang mendengarnya. "Berarti lo bodoh!"
Rekal terkejut saat mendengarnya, "Maksudnya?"
"Ya lo bodoh! percaya aja sama orang yang gak di kenal. Kalau lo di bodohi gimana?" Kesal Rara.
"Tapi, kenyataannya Dia bener kan? Ini Rara ada di sini beneran" ucap Rekal.
Rara menghela napasnya dan mulai beranjak dari ranjang tersebut.
Tapi 2 pangeran itu langsung sigap membantu Rara yang ingin berdiri. Rara yang di perlakukan seperti itu bukannya senang malah risih.
"Ck, gak usah pegang dan bantuin gue!!" Ucapnya sambil menghempaskan tangan Rehan dan Rekal.
Rekal dan Rehan sama-sama terkejut. Dan mereka langsung melepaskan tangannya dari tangan Rara.
Saat Rara perlahan berdiri dan mulai berjalan satu langkah ke depan, entah kenapa lututnya kembali sakit dan Rara hampir terjatuh. Ets, sebelum Rara terjatuh, Rekal dan Rehan langsung menahan Rara.
Rehan memegang lengan kanan Rara, dan Rekal memegang lengan kiri Rara. Rara terdiam sebentar, Ia sedang merasakan rasa nyeri di lututnya.
Sedangkan Rehan dan Rekal sedang saling menatap tajam.
"Gue bakal buktiin kalau gue duluan yang bakal dapetin Rara" Batin Rehan
"Gue bakal pastiin kalau Rara jadi milik gue duluan" Batin Rekal.
Mereka berdua saling membatin dan tetap saling menatap tajam. Dan sepertinya Rara merasa kalau ada tangan yang menahan lengannya. Dan saat Rara menyadari akan hal itu, Rara langsung menghempaskan tangan Rekal dan Rehan.
"Makasih" Ucapnya singkat.
Setelah mengatakan itu, Rara langsung berjalan pelan dan sedikit agak pincang. Setalah Rara tidak terlihat di balik pintu, Rekal yang ini pergi dari sana pun di tahan bahunya oleh Rehan.
"Tunggu!" Tahan Rehan.
Rekal menoleh dan langsung menghadap Rehan dengan tatapan yang tidak bersahabat.
"Kenapa?" Tanya Rekal dengan tatapan dinginnya.
"Lo gak bakalan bisa dapetin Rara, karena Dia udah mati rasa. Gue aja yang sekelas sama Dia susah dapetinnya, apalagi lo yang notabenya anak bandel!" ucap Rehan dengan nada meremehkan.
Rekal terkekeh pelan, "Santai bro! gue memang bandel, tapi itu gak bakalan mempengaruhi Rara. Mungkin lo aja yang kurang usaha deketin Dia makannya sampai sekarang lo gak bisa dapetin Dia."
"Heh!" Ucap Rehan dengan sedikit mendekatkan dirinya kepada Rekal.
"Lo gak usah belagu! Rara gak suka cowok berandalan! Dia suka cowok yang rajin dan pintar, jadi lo gak usah merasa percaya diri dulu!" Ucap Rehan dengan menekankan kata 'pintar'
Lagi-lagi Rekal tidak terpancing dengan kata-kata Rehan. Untuk saat ini Ia harus bisa mengendalikan rasa emosinya.
"Gue memang berandalan dan gak pintar. Tapi, gue tau cara ngehargain cewek dan ngelindunginnya. Ternyata ini ya cara lo biar gue mundur? Lo ngebuat gue ngerasa gak pantes ngejar Rara."
"Padahal lo sendiri lebih gak pantes dapetin Dia, Laki-laki mana yang masih pakai cara cewek begini? pakai cara ngerendahin gue segala? emangnya lo sempurna?" Ucap Rekal dengan senyum miringnya.
Rehan terdiam.
"Gimana? sadar sama kelakuan lo? Katanya OSIS, tapi kok ngerendahin orang. Emangnya lo bisa di anggap sempurna dengan pangkat lo sebagai OSIS? bagi Rara Enggak!" Ucap Rekal yang nyelekit.
Dengan menaikkan jari telunjuknya di depan muka Rekal, Rehan mengatakan, "Lo—
Ceklek
Rekal dan Rehan langsung terkejut saat pintu UKS yang kembali terbuka. Dan ternyata sudah ada Rara yang menatap mereka berdua datar.
Rara kembali masuk dengan jalan yang agak pincang. Ternyata Rara kembali masuk ke UKS karena tasnya yang ketinggalan.
Rara berbalik badan dan ingin kembali keluar, tapi saat di ambang pintu, Ia kembali membalikkan badannya dan menatap Rekal serta Rehan yang masih terdiam.
"Jangan suka sama gue, dan jangan berusaha buat dapetin gue. Kalian cari wanita yang bisa menerima kalian, karena mengejar wanita yang udah mati rasa itu gak ada gunanya.Gue udah gak mau buka hati lagi. Gue udah mati akan rasa." ucap Rara dan kembali keluar.
Lagi-lagi kedua pria ini terdiam. Mereka masih bergulat dengan pikirannya masing-masing.