Rekal dan Rehan sudah ada di depan gerbang rumah Rara. Setelah perdebatan kecil itu, Rara memutuskan untuk mengusir mereka berdua dari rumahnya.
Bundanya terkejut saat Rara mengusir Rekal dan Rehan dari rumahnya.
"Kamu kenapa ngusir mereka, Nak?" tanya Bundanya yang merasa tidak enak.
Rara yang baru menutup pintu itu langsung menoleh ke arah Bundanya.
"Abisnya Mereka berdua berisik, ganggu aja!" gerutu Rara.
Bundanya menggeleng-geleng tak percaya kalau anaknya bisa sampai segitunya.
"Kamu jangan kayak gitu sayang, Bunda itu sebenarnya mau ngajakin mereka makan malam loh! Mereka juga baru dateng kan?" tegur sang Bundanya.
Sedangkan di depan gerbang Rara, masih saja Rekal dan Rehan bergaduh.
"Gara-gara lo, sih! Coba aja lo gak ribut soal panggilan Bunda!" tuduh Rekal kepada Rehan.
"Lah! Itu juga gara-gara lo! Siapa suruh panggil nama Bundanya Rara pake nama 'Bunda'. Panggil tante aja apa susahnya sih?" ucap Rehan yang masih tidak terima karena di salahkan.
"Ya terserah gue dong, Bunda Rara aja gak masalah kalau Gue manggil beliau pake kata Bunda," ucap Rekal membela diri.
"Heh! Markonah! bilang aja lo cemburu kan, gara-gara lo belum akrab sama Bundanya Rara!" ledek Rekal kepada Rehan
"Au ah, gue mau pulang!" ucap Rehan yang kesal dengan Rekal.
"Gih, sono!"
Rehan menyalakan motornya dan pergi dari rumah Rara. Sedangkan Rekal masih berada disana, berharap kalau Rara datang keluar dan meyuruhnya kembali masuk.
Dan benar saja, Rara kembali membuka gerbangnya.
"Kal, Han! masuk lag-
Saat Rara melihat ke arah Rekal, ternyata sudah tidak ada Rehan.
"Loh, si Rehan kemana?" tanyanya kepada Rekal yang masih ada di situ.
"Pulang."
"Owh.. lo gak pulang?" tanya Rara.
Rekal menoleh ke arah Rara.
"Ngusir nih ceritanya?" tanya Rekal dengan menaikkan satu alisnya.
"B-bukan gitu, tapi kan-
"Kalau gue pulang, gue belum pamit sama Bunda lo! Kan gak sopan kalau mau pulang tapi belum pamit sama yang punya rumah," jelas Rekal dengan panjang lebar.
"Gue gak kayak si Markonah, pulang langsung pulang. Kagak pamit dulu sama Bunda," ucapnya yang bermaksud mengarah ke Rehan.
Rara sebenarnya kagum dengan ucapan Rekal barusan, Ia merasa kalau laki-laki ini mempunyai etika yang baik. Tapi, Dia masih bingung Siapakah Markonah itu.
"Markonah itu siapa?" tanya Rara yang masih belum tahu siapa 'Markonah'
Rekal terkejut dan terkekeh pelan.
"Markonah itu si Rehan, gue cuman plesetin namanya aja."
"Oh."
"Oh iya, lo di suruh Bunda gue buat masuk! Inget! Bunda yang nyuruh bukan gue!" jelas Rara dan itu membuat Rekal tersenyum.
"Siap, Bidadari ku!" ucap Rekal sambil tersenyum menggoda.
Bagi para wanita yang melihatnya pasti akan terpesona dengan senyuman Rekal, tapi tidak dengan Rara.
"Aneh," gumam Rara.
~~~
Sekarang sudah ada Rekal, Bunda Rara dan Rara di meja makan.
"Ini gak papa kalau Rekal makan bareng disini?" tanya Rekal ragu.
Ia merasa tidak enak karena Dia hadir di meja makan dan makan bersama malam ini di rumah Rara. Bunda yang meminta Rekal agar makan malam bersama.
"Ya gak papa dong! Bunda malah seneng banget," ucap Bundanya.
Rara yang melihat Bundanya senang seperti itu pun ikutan senang. Ia melihat di mata Bundanya, Binar di matanya belum pernah Rara lihat sebelumnya.
Bundanya tidak pernah sesenang ini. Dan Ini adalah pertama kalinya, Rara melihat Bundanya sesenang itu. Padahal hanya bertemu dengan Rekal.
"Ayok makan!" ucap Bunda Rara mempersilakan
Rekal dan Rara pun makan dengan penuh khidmat.
Di sela-sela saat makan, ada saja obrolan mereka. Dimulai dari Rekal yang membuat lelucon dan lain-lain.
"Rekal baru pertama kali makan makanan yang seenak ini" ucap Rekal menatap sendu makanannya.
Bundanya paham, dan mengelus punggung Rekal.
"Lebay lo!" cibir Rara.
"Emang nyokap lo gak pernah masak?" tanya Rara sekali lagi.
Rekal menggeleng.
"Gak pernah, Ra. Dan belum pernah sama sekali," lirih Rekal sembari menatap makanan di depannya.
"Kenapa?" tanya Rara.
"Nyokap kandung gue udah gak ada."
Rara pun terdiam, Ia merasa bersalah karena membahas soal itu.
"Sorry."
Hanya itu satu kata yang di ucapkan oleh Rara.
"Gak apa-apa, Ra," ucap Rekal sambil tersenyum hangat ke arah Rara.
Karena tak ingin menambah kecanggungan, Bundanya pun angkat bicara.
"Ngomong-ngomong, sejak kapan kalian pacaran?" tanya Bundanya.
Uhuk uhuk