Memang benar jika matahari dan pelangi itu selalu ber iringan
Seperti itu pula tangis dan tawa
Juga suka dan duka
Lalu apa kabarmu hati???
Masihkah kuat untuk tetap bertahan?
~Veronika~
*****
“Ver, kapan-kapan kita doubble date yuk, gue pingin dinner sama Hitto di tempat yang yah... bisa di bilang sweet gitu” ujar Sandra saat sedang berada di kantin dengan Vero.
“Aku sih mau-mau aja, cuman akhir-akhir ini kan mereka lagi sibuk sama pertandingan mereka, lagian bentar lagi juga kan ujian semester San, pasti mereka bakal sibuk terus”.
“Gimana kalau lagi liburan semesteran aja, ya... hitung-hitung mereka refreshing dulu sebelum sibuk persiapan buat UN gitu, gimana menurut lo Ver?”
“Boleh juga tuh, ya udah nanti aku coba ngomong dulu sama Kak Valdo deh”
Setelah selesai makan mereka berdua kembali ke kelas.
“Heh... Lo yang namanya Ver anak kelas XI IPS 2?” tanya seorang cewek yang tiba-tiba menghalangi Vero dan Sandra saat mereka berada di tangga menuju kelas mereka.
“Iya” jawab Vero bingung.
“Gue ingetin sama Lo! jangan berani-berani Lo deketin Valdo! karna Valdo itu pacar gue ngerti!” ujar Sesil yang tiba-tiba ada di belakangnya.
“Tapi bukannya kakak cuma teman sekelasnya Kak Valdo?”
“Gue ngomong gitu karena gue nggak mau nyakitin perasaan lo yang lagi happy kemarin, kalau Lo nggak percaya Lo tanya aja sama Valdo”
Tapi kata Kak Hitto Lo cuman mantannya Kak Valdo yang udah ngejar ngejar dia dari SMP?” celetuk Sandra yang teringat dengan cerita Hitto kemarin.
“Nggak usah sok tahu deh Lo” seru Sesil yang tidak terima mendengar ucapan Sandra barusan.
Setelah itu Sesil dan teman temannya pun pergi meninggalkan mereka berdua.
*****
“Kak Valdo dimana? Ada yang mau aku omongin sama kakak. Aku tunggu di taman sekolah”
Vero menutup telefonnya dan langsung berjalan ke taman belakang sekolah sesuai yang dia ucapkan kepada Valdo tadi.
“Vero, kenapa kamu sakit lagi?” Valdo berlari menghampiri Vero yang sedang duduk di salah satu kursi panjang yang ada di tamansambil terus menunduk.
“Kamu ada hubungan apa sama Kak Sesil?”
“Maksud kamu apa sih? Aku kan udah jelasin waktu itu, aku sama Sesil itu cuma teman sekelas aja nggak lebih”
“Temen sekelas? Tapi aku nggak yakin kalau kalian cuma teman sekelas aja” Sinis Vero.
“Emang Sesil ada ngomong apa aja sama kamu?”
“Dia udah cerita semua sama aku Kak” Seru Vero dengan penuh emosi.
“Jadi kamu lebih percaya sama Sesil dari pada aku cowok kamu sendiri?” tanya Valdo yang juga mulai ikut terbawa emosi.
“Iya... karena aku juga udah liat semuanya, apa yang kamu lakuin sama dia” ujar Vero dengan suara parau karena tidak bisa lagi menahan air mata yang dari tadi sudah siap membasahi pipinya.
“Sayang kamu ngomong apa sih? aku bener-bener nggak ngerti” tanya Valdo yang berusaha menurunkan emosinya.
“Ini apa, Kamu bisa jelasin sama aku?” tanya Vero sambil menunjukan beberapa lembar foto yang dia terima dari Sesil tadi saat dia berada di toilet.
“I...ini, Sayang aku bisa jelasin, foto ini itu udah lama banget”
“Jadi aku harus percaya sama kamu setelah aku lihat ini semua? Aku kecewa sama kamu Kak, kamu bener-bener jahat tahu nggak” ujar Vero sebelum meninggalkan Valdo.
*****
“San, kamu duluan aja, aku nanti nyusul”
“Tapi Ver”
“Udah aku nggak papa kok, kamu ke kelas aja duluan”
“Ya udah, kalau gitu lo hati-hati ya, kalau ada apa-apa lo langsung kabarin gue ya” bisik Sandra pada Vero. Sandra pun dengan terpaksa meninggalkan Vero sendiri di toilet.
“Kalau Lo masih nggak percaya sama gue, nih Lo liat baik-baik, Valdo kemarin jalan sama gue” ujar Sesil sambil memberikan beberapa foto.
Vero tidak percaya dengan apa yang dilihatnya, Valdo sedang bermesraan dengan Sesil dan di dalam foto tersebut tertera 28-04-2016 pukul 22:30 tepat pada malam yang sama saat Valdo mengantar Vero pulang setelah mereka jalan waktu itu.
“Gimana? Lo masih belum percaya sama apa yang lagi lo lihat?”
“Enggak... nggak mungkin, aku lebih percaya sama pacar aku daripada foto nggak jelas ini”
“Ya.... gue nggak bisa maksa lo buat percaya, tapi... gue juga udah tidur sama Valdo, jadi Lo siap-siap aja buat mundur” lirih Sesil, tapi langsung membuat Vero terdiam.
“Valdo juga udah janji sama gue kalau dia bakal ngelakuin apa aja biar gue bahagia” ujar Sesil sambil berlalu meninggalkan Vero yang masih tidak percaya dengan apa yang baru saja dia dengar, Vero mengusap air matanya dan menelefon Valdo. dia berusaha berbicara dengan tenang, tapi tetap tidak bisa, karena emosinya naik saat mendengar suara Valdo yang bersikap khawatir padanya.
*****
San aku pulang duluan, tiba2 kepala aku pusing lagi
VeroπΌ
Sandra terkejut saat membaca pesan yang baru saja dia terima, dia pun langsung membalas chat Vero untuk memastikannya.
Lo diapain sama nenek lampir itu Ver? Biar gue jambak dia
Sandra cantikπ
Pulang sekolah gue ke rumah lo ya
Sandra cantikπ
Nggak usah San, aku nggak di apa-apain kok
Aku cuman lagi pengen sendiri aja
VeroπΌ
Ya udah baik2 lo klo gitu
Tapi inget klo lo butuh temen gue bakal selalu siap buat lo
Sandra cantikπ
Thank's San, klo ada apa2 aku pasti kabarin kamu kok
VeroπΌ
Setelah mengakhiri percakapannya dengan Sandra, Vero langsung mematikan hpnya. Sampai di rumah Vero pun langsung masuk ke dalam kamarnya, dan menjatuhkan tubuhnya ke tempat tidur dan menangis sejadi-jadinya sambil memeluk guling.
“Ver, lo kenapa? lo sakit lagi?”
Tanya Randi yang melihat adiknya pulang lebih awal tidak seperti biasanya.
“Aku nggak papa kak, cuma pusing dikit aja kok, nanti di bawa tidur juga sembuh” ujar Vero berbohong.
“Kok suara lo beda? Lo habis nangis ya?”
“Enggak kok kak, mendingan kak Randi pergi aja deh, aku mau tidur” ujar Vero berusaha meyakinkan kakaknya. Randi pun langsung meninggalkan kamar adiknya. Tapi karena penasaran dia pun langsung menelefon pacar adiknya itu saat di mobil akan kembali ke kantor.
“Sayang, makan dulu sudah jam tujuh, kata Kak Randi kamu belum makan dari tadi siang” ujar mamanya saat Vero tidak juga keluar dari kamarnya.
Valdo sudah bercerita semuanya kepada Randi, tapi dia tidak bercerita kepada siapa pun.
“Iya ma, Vero udah makan kok tadi” ujar Vero kembali berbohong.
Dia bangun jam 5 sore tadi dan langsung mandi. Selesai mandi dia duduk di depan cermin di meja riasnya sambil terus menangis saat mengingat kejadian tadi siang.
“Vero sayang mama boleh masuk ya, kata Kak Randi kamu pusing lagi?” ujar mamanya yang mulai khawatir.
“Iya Ma masuk aja, nggak di kunci kok”
Mama pun langsung membuka pintu kamar Vero dan masuk ke dalam, menghampiri Vero yang sedang berbaring di ranjangnya dengan selimut menutupi wajahnya.
“Kenapa sayang? Cerita dong sama mama, siapa tau mama bisa bantu, mama tahu kok kalau kamu bohong sama kak Randi waktu bilang kamu pusing kan” ujar mamanya sambil membelai kepala anak perempuannya itu.
“Enggak papa kok Ma, Vero Cuma lagi capek aja” elak Vero sambil memeluk mamanya.
“Jadi masih belum mau cerita sama mama? Apa Valdo udah nyakitin anak mama yang cantik ini sampai-sampai matanya bengkak gara-gara nangisin dia?”
“Hhmmm mama, nggak usah bahas-bahas dia dulu ya, aku lagi nggak mau denger nama dia dulu sekarang, mama ngerti kan” rengek Vero pada mamanya.
"Ya sudah kalau kamu memang belum mau cerita sekarang, mama cuma mau kasih tahu kamu, kalau Valdo itu anak baik kok, setelah mama ketemu sama dia beberapa kali dan ngobrol-ngobrol sama dia, mama bisa tahu kalau dia itu beneran sayang sama kamu, kamu nggak usah mikirin yang enggak-enggak, kalaupun sekarang kalian lagi ada masalah, itu wajar dalam sebuah hubungan tapi coba deh kalian selesaiinnya dengan kepala dingin jangan sampai emosi, karena kalau kita menyelesaikan masalah dengan emosi pasti ujung-ujungnya yang ada penyesalan, kamu ingat baik-baik perkataan mama ya sayang, ya sudah kamu istirahat gih, mama tinggal ya”
*****
“Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif, cobalah beberapa saat lagi” Valdo terus saja mencoba menghubungi Vero, tapi dari tadi hanya operator yang menjawabnya.
Akhirnya Valdo menghempaskan tubuhnya ke atas kasurnya karena merasa putus asa.
“Valdo makan dulu nak, sudah ditungguin sama papa di bawah” suara sang mama dari luar kamarnya berhasil menyadarkan Valdo dari lamunannya.
“Iya Ma”
Valdo pun keluar dari kamarnya dan berjalan menuju ruang makan yang berada di bawah dengan malas-malas.
Setelah selesai makan Valdo kembali ke kamarnya, hal pertama yang dia lihat adalah hpnya, apakah ada balasan dari Vero tapi ternyata nihil. Valdo pun kembali mencoba menghubungi Vero beberapa kali tapi tetap saja tidak aktif.
*****
Setelah hampir jam 11 malam Vero akhirnya memutuskan untuk masuk ke kamarnya, hatinya sudah agak tenang setelah melihat ribuan bintang yang seperti sedang menghiburnya, seperti biasa dia lebih suka bercerita dengan para bintang yang selalu setia menemaninya dan yang bisa menenangkan hatinya selain Valdo.
Sesampainya di kamar, Vero langsung merebahkan tubuhnya di tempat tidur, tapi saat baru beberapa menit, Vero teringat hpnya yang dari tadi siang dia matikan, dia pun beranjak ke meja riasnya yang berada di samping jendela supaya Vero tetap bisa melihat bintang kalau sedang belajar. Saat dia menghidupkan hpnya dia kaget melihat ada banyak sekali missed call dan chat yang semuanya adalah dari Valdo, orang yang sedang dia hindari. tiba-tiba ada satu lagi chat masuk, Vero pun reflek langsung membukanya tanpa melihat pengirimnya.
Ver, sebenernya ada yg mau aku omongin sama kamu, tapi aku nggak tau masih ada kesempatan apa nggak buat aku. Aku cuma mau bilang klo besok pagi aku sama keluargaku bakalan pindah ke jogja, dan aku berharap sebelum aku pergi kamu bisa maafin aku
Valdoπ
Vero masih belum percaya dengan apa yang baru saja dia baca, dia mengulang-ulang sampai hampir 5 kali tapi tetap saja rasanya dia tidak mau percaya dengan chat dari Valdo.
“Kenapa kamu baru ngomong sekarang sih? Terus hubungan kita gimana?”
Saat Vero hendak mengirimkan balasan untuk Valdo tiba-tiba ada keraguan yang membuatnya menghapus kembali kata-kata yang hendak dia kirim.
“Kalau aku balas, dia bisa kegeeran, tapi apa aku harus diem aja saat pacar aku bakal ninggalin aku, aish.... tapi sebenarnya apa yang Sesil bilang sama aku, aku nggak percaya 100% sih, bisa saja kan kalau foto-foto yang dia kasih itu editan” ujar Vero dalam hati.
“Ah.... bodo kalau Valdo memang sayang sama aku, dia tidak mungkin ninggalin aku gitu aja” ujar Vero berusaha meyakinkan dirinya sendiri tapi tetap saja gagal, sampai akhirnya dia pun tertidur sendiri saat sedang bingung memikirkan apa yang akan ia lakukan.
*****
“Ver bangun, udah siang nih, kita mau jemput Radit di bandara, Lo mau ikut nggak?!” suara Randi berhasil membuat Vero terganggu dari tidurnya.
“Ah... brisik aja sih Kak, aku mau tidur, lagian ini kan libur” ujar Vero yang masih belum sadar sepenuhnya.
“Ye... lagian siapa juga yang nyuruh Lo sekolah, kita mau jemput Radit Lo mau ikut nggak!” Randi mengulangi kata-katanya lebih keras lagi.
“Apa jemput kak Radit?” tanya Vero yang sudah sadar.
“Iya udah siang nih cepetan Lo mau ikut nggak?”
“Siang? Ya ampun aku lupa hari ini kan Kak Valdo bakal pergi”
Vero pun langsung bergegas menuju kamar mandi sambil menyuruh kak Randi duluan.
“Iya Kakak duluan aja deh nanti aku nyusul”
*****
Sudah hampir 15 menit Vero berdiri di depan rumah Valdo, tapi dia seperti kehilangan keberaniannya untuk mengetuk pintu yang ada di depannya. Setelah bersiap-siap tadi Vero menelefon kakaknya kalau dia ada janji dan tidak bisa ikut menjemput kakaknya di bandara. Saat hendak mengetuk pintu, tiba-tiba ada seseorang yang membukanya dari dalam, membuat Vero yang sedari tadi sedang gugup langsung tidak bisa bergerak sedikitpun saking kagetnya.
“Loh, ada Vero? kenapa nggak masuk saja sayang, kebetulan kamu kesini, tante mau minta tolong sama kamu” ujar mama Valdo yang juga kaget melihat kedatangan Vero.
“Mi-minta tolong apa tante? tanya Vero gugup.
“Gini, tante sama om kan mau ke pindah ke jogja, tapi Valdo nggak mau ikut, jadi tante nitip dia ya, jagain dia biar nggak nakal-nakal”
“Mama lagi ngobrol sama siapa Ma?" Tanya Valdo dari dalam.
“Ve...Vero? Valdo juga sama kagetnya saat melihat Vero ada di hadapannya.
“Eh ada nak Vero, kok nggak di suruh masuk Val, kasian tuh” ujar papanya Valdo.
“Ya sudah tante sama om pergi dulu ya sayang, titip Valdo ya” ujar mamanya Valdo sambil mencium kedua pipi Vero.
*****
Sudah hampir 15 menit mereka berdua di depan rumah Valdo karena Vero yang menolak saat Valdo mengajaknya masuk dan sudah selama itu juga mereka hanya saling diam tanpa ada yang mau berbicara lebih dulu.
“Ver, aku mau minta maaf, apa yang Sesil bilang sama kamu itu nggak bener Ver serius, aku sayang sama kamu, please... kamu mau ya maafin aku” ucap Valdo setelah lama saling diam.
“Terus maksud kamu apa sih pake bohongin aku, bilang kalau mau pindah ke jogja segala” ujar Vero akhirnya tidak bisa lagi untuk tidak bertanya apa yang dari tadi ada di pikirannya.
“Iya aku tahu aku salah tapi aku nggak ada maksud buat bohong sama kamu, karena awalnya aku beneran mau ikut pindah mereka ke jogja tapi akirnya aku memilih untuk tetap disini karena aku pikir aku nggak mungkin bisa ninggalin kamu,dan kalau aku nggak ngirimin chat kayak gitu sama kamu, sekarang kamu nggak bakal ada di sini Ver, aku janji bakal ngelakuin apa aja asalkan kamu mau maafin aku” ujar Valdo sambil menggenggang tangan Vero.
“Bener apa aja?”
“Iya, aku janji”
“Ya udah sekarang kamu mandi sana aku mau jalan-jalan” ujar Vero sambil mendorong Valdo masuk.
“Jadi kamu maafin aku?” tanya Valdo meyakinkan.
“Enggak mau kalau kamu nggak mau mandi, cepetan sana mandi Kak, bau tau”
“Makasih Vero sayang, aku sayang banget sama kamu” ujar Valdo sambil memeluk Vero.
“Kak Valdo lepasin ih, bau tau nggak, cepetan sana mandi, dasar jorok” ujar Vero berusaha tetap bersikap biasa padahal dalam hati dia juga bersorak-sorak bahagia.
*****
Malam......
Dapatkah aku bertanya, tentang rasa yang kini sedang bersemayam dihatiku?
Tentang kegundahan ini?
Juga rasa rindu ini yang begitu menyesakkan hati?
Salahkah jika ku simpan rinduku ini hanya untuknya?
Seseorang yang selalu bisa membuatku khawatir,
Membuatku bahagia,
Dan yang selalu memarahiku jika aku cerewet,
Namun... apakah dia merasakan apa yang kini aku rasakan juga?
Bintang....
Dapatkah ku titipkan rasa rinduku ini,
Dengan penuh harap...
Semoga tuhan selalu menjaga hatiku dan juga hatinya
17 Mei 2016 At:21:14
Satu lagi kebiasaan Vero sebelum tidur, yaitu menulis diary. Tapi bukan curhatan tentang apa yang dilakukannya seharian, melainkan kata-kata yang ada pada pikirannya yang ia tuangkan menjadi tulisan-tulisan yang indah. Setelah menyelesaikan tulisannya Vero segera menutup buku diary-nya dan langsung beranjak menuju tempat tidurnya. Saat Vero hendak berbaring ponsel yang berada di meja berbunyi, Vero pun segera mengambilnya.
“Hallo” sapa Vero lembut.
“Hallo, aku nggak ganggu kan?” tanya seseorang di seberang sana.
“Enggak kok, emangnya kenapa?”
“Enggak, tadi aku lagi main gitar terus tiba-tiba kangen pengen denger suara kamu” ujar seseorang yang tak lain adalah Valdo.
“Gombal...” ujar Vero sambil ketawa.
“Serius, kalau kamu nggak percaya biar aku nyanyi ya, nih aku lagi bawa gitar beneran”
“Boleh” ujar Vero sambil merebahkan tubuhnya di ranjang.
“Kamu mau lagu apa?”
“Terserah kamu deh”
“Oke, dengerin ya, jangan ditinggal tidur loh”
“He-em” ujar Vero yang sudah mulai ngantuk.
Valdo mulai menyanyikan lagunya entah siapa, tapi Vero sangat menikmatinya sampai tertidur saat Valdo baru menyanyikan beberapa bait.
Ketika kau tertawa
Ku pandang dengan pasti
Hoo dirimu menarik hati ku
Dan biarkan ku menatapmu dengan perasaanku
Yang membeku tiada henti
Aku pemujamu disini
Yang tak engkau kenali sedikitpun sepercikpun itu
Dan biarkan ku menatapmu dengan perasaanku yang membeku
Tiada henti.....