Read More >>"> Violet, Gadis yang Ingin Mati (24. Pindah) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Violet, Gadis yang Ingin Mati
MENU 0
About Us  

Ide itu datang dari kakek Violet yang memiliki teman di Amerika dan baru saja mendirikan perusahaan cabang. Katanya, perusahaan sedang membutuhkan staf di bagian pemasaran, bidang yang dikuasai Ms. Jane. Mulanya, Violet tidak bereaksi apa-apa, tapi setelah dipikirkan, gagasan itu semakin mengusiknya.

Ibunya mengatakan kalau kehidupan mereka di Amerika tidak akan dimulai dengan mudah. Mereka harus berbagi apartemen kecil dan bertahan dari tabungan sampai Ms. Jane mendapat gaji pertama mereka. Sejenak, Violet merasa jadi anak sekaligus cucu paling menyusahkan—kakek neneknya memberi sejumlah uang dari tunjangan pensiun mereka. Namun, tampaknya tantangan itu memberi waktu pada Violet untuk melupakan masalahnya di Inggris. Lagi pula, dia bisa membantu dengan kerja sambilan jika Ms. Jane mengizinkan.

Terlebih, ayahnya sama sekali tidak berusaha mengajaknya pulang dan masih tetap ingin menikah dengan Magda. Setelah hak asuh Violet jatuh ke tangan sang ibu, lelaki itu semakin jarang menghubungi putrinya. Hanya tunjangan anak yang menunjukkan identitas Mr. Moon sebagai ayah Violet, tidak lebih.

“Kamu yakin kalau kepindahan ini nggak jadi masalah untuk sekolahmu?”

Violet menggeleng. Malam itu, dia sedang mengepak barang-barang yang akan dibawa ke Amerika. Tidak banyak. Hanya beberapa koper. Ibunya sendiri sudah mengirim beberapa barang terlebih dahulu ke apartemen yang sudah dipersiapkan oleh teman kakek Violet di sana.

Violet memang tidak mengatakan pada siapa pun kalau sebenarnya dia tidak sanggup lagi datang ke sekolah. Tempat itu membangkitkan kenangan buruk terlebih Casey dan Dave ada di sana. Mungkin orang-orang akan menganggapnya sebagai pengecut tapi Violet tidak peduli. Dia hanya ingin lari dan memulai hidup yang baru. Sesegera mungkin.

“Bagaimana dengan teman-temanmu? Apa kamu nggak merasa berat berpisah dengan mereka?”

Violet berhenti melipat salah satu kemeja yang biasanya dipakai saat ke sekolah. Sejenak, gadis itu memandang ponsel yang tergeletak di nakas. Asami masih mengirim pesan meski tidak setiap hari. Gadis blasteran itu menanyakan kabar dan Violet masih belum bilang kalau dia akan pindah. Violet pikir, Asami juga akan tahu kabar itu dari Hanz.

“Mom bicara seolah aku punya banyak teman saja.” Violet terkekeh, pedar.

“Vi ….” Ms. Jane meletakkan setumpuk baju di atas ranjang lalu duduk di sebelah Violet. “Aku tahu kalau semua yang terjadi padamu sangat berat. Aku merasa kalau ini terjadi juga gara-gara kepergianku dari rumah dan ….”

“Mom, aku bilang bukan itu, kan?” sergah Violet.

“Aku tahu kamu nggak merasa begitu, tapi tetap saja, aku bersalah karena nggak mendengarkanmu selama ini. Vi, aku bertemu dengan Hanz dan Asami beberapa waktu lalu. Kami bertemu di luar di dekat sekolahmu.”

“Apa?” Violet terperanjat karena Hanz dan Asami tidak pernah cerita. “Kenapa?”

“Mereka benar-benar ingin tahu keadaanmu yang sebenarnya. Aku bisa melihat kalau mereka benar-benar ingin jadi temanmu. Gadis yang bernama Asami itu bahkan berani jamin kalau tidak ada lagi yang akan mengganggumu di sekolah kalau kamu mau kembali. Sepertinya dia sangat ingin datang menjengukmu, tapi khawatir kalau kamu menolak. Dan pemuda itu, bukankah dia yang memberi gelang ini?” Ms. Jane menunjuk gelang yang ada di pergelangan Violet. “Kalau kamu menganggap itu nggak berarti, kamu nggak akan memakainya. Kalau kamu benar-benar nggak mau menganggap mereka teman, kamu nggak akan merasa takut seperti ini. Bukan begitu, Vi? Kamu merasa takut karena mereka adalah teman-teman yang berarti untukmu.”

Air mata mulai menggenang saat Violet memalingkan wajah. Selama ini, dia kira tidak ada yang memahami dirinya tapi ternyata intuisi seorang ibu memang tajam. Ms. Jane bisa menebak perasaan putrinya dengan tepat. Persis seperti yang dikatakan oleh dokter Margareth di pertemuan mereka tempo hari.

“Kemarilah,” Ms. Jane memeluk putrinya yang terisak. “Kamu boleh jujur pada perasaanmu mulai sekarang. Nggak ada yang salah dengan itu, Vi.”

“Bagaimana kalau mereka meninggalkan aku dan pada akhirnya nggak menyukaiku lagi seperti Dad?” suara Violet terdengar serak. “Aku pikir aku tidak sanggup untuk jatuh lagi, Mom.”

Violet bisa merasakan belaian lembut dari tangan ibunya yang mengusap pelan.

“Tidak semua orang seperti ayahmu, Vi. Sekalipun ya, itu bukan salahmu. Apakah itu kamu atau Mom, kita nggak bisa memaksa orang menyukai kita. Dan sebaliknya, kita nggak bisa menyukai semua orang. Itu adalah hal yang wajar dan normal. Mom tahu kamu terluka karena sikap dan penolakan ayahmu, tapi kamu masih punya aku. Ibumu. Dan aku yakin, kamu akan menemukan orang-orang yang tulus menyukaimu, sayang padamu seperti kamu menyukai dan menyayangi mereka.

“Nggak ada yang tahu kalau tidak dicoba. Bukan begitu, Vi? Apakah kamu rela melewatkan kesempatan untuk berbahagia hanya karena ketakutan yang tidak berarti? Kamu mau menyerah sebelum mencoba?”

Violet tidak menyahut dan membenamkan kepalanya di bahu Ms. Jane yang hangat. Hanya dua hari sebelum kepindahan mereka dan gadis itu tidak tahu apakah dia sanggup mengucapkan selamat tinggal atau tidak pada Asami dan Hanz.

Terutama pada Hanz.

***

 

Setelah ibunya pergi tidur, Violet berbaring di ranjang dan terjaga. Pikirannya melayang dan mulai merasa lelah pada perasan-perasaan takut juga cemas yang selama ini menghantuinya. Dan saat memikirkan Hanz, dia merasa kalau sudah bersikap tidak adil pada cowok itu. Begitu juga pada Asami. Mereka berusaha mendekat dan menunjukkan kalau ada di pihaknya tapi Violet malah menjauh. Kalau begitu, bukankah dia bersikap sama seperti ayahnya?

Violet bangkit dari ranjang dan mencari-cari buku hariannya. Sejak kejadian itu, dia jarang menulis. Setelah menjalani sesi konseling dan ada yang mendengarkan keluh kesahnya, Violet merasa tidak membutuhkan buku itu lagi. Cewek itu sadar kalau selama ini hanya itu yang dia inginkan: seseorang yang benar-benar mendengarkan. Hal sepele yang tidak dipahami sebagian besar orang terutama ayahnya.

Violet membuka halaman demi halaman dan melihat catatan tentang Hanz juga Asami. Bagaimana dia bertemu dengan gadis itu, bercanda dan bertukar cerita. Kunjungannya ke rumah perawatan lansia yang menyenangkan, mengetahui kalau Hanz juga menghadapi kehidupan yang tidak mudah setelah ditinggal oleh ayahnya, tapi tetap kuat. Asami yang tegar setelah diperalat orang-orang tidak bertanggung jawab.

Semua orang berjuang dengan caranya sendiri, pikir Violet. Tubuhnya meradang malu saat sadar kalau sebenarnya setiap orang juga memiliki masalah.

Tapi, bisakah aku memberanikan diri untuk bangkit dan percaya lagi pada seseorang?

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Premium
Dunia Tanpa Gadget
10016      2760     32     
True Story
Muridmurid SMA 2 atau biasa disebut SMADA menjunjung tinggi toleransi meskipun mereka terdiri dari suku agama dan ras yang berbedabeda Perselisihan di antara mereka tidak pernah dipicu oleh perbedaan suku agama dan ras tetapi lebih kepada kepentingan dan perasaan pribadi Mereka tidak pernah melecehkan teman mereka dari golongan minoritas Bersama mereka menjalani hidup masa remaja mereka dengan ko...
Niscala
321      209     14     
Short Story
Namanya Hasita. Bayi yang mirna lahirkan Bulan Mei lalu. Hasita artinya tertawa, Mirna ingin ia tumbuh menjadi anak yang bahagia meskipun tidak memiliki orang tua yang lengkap. Terima kasih, bu! Sudah memberi kekuatan mirna untuk menjadi seorang ibu. Dan maaf, karena belum bisa menjadi siswa dan anak kebanggaan ibu.
One-Week Lover
1450      796     0     
Romance
Walter Hoffman, mahasiswa yang kebosanan saat liburan kuliahnya, mendapati dirinya mengasuh seorang gadis yang entah dari mana saja muncul dan menduduki dirinya. Yang ia tak tahu, adalah fakta bahwa gadis itu bukan manusia, melainkan iblis yang terlempar dari dunia lain setelah bertarung sengit melawan pahlawan dunia lain. Morrigan, gadis bertinggi badan anak SD dengan gigi taring yang lucu, meng...
Premium
Titik Kembali
4771      1541     16     
Romance
Demi membantu sebuah keluarga menutupi aib mereka, Bella Sita Hanivia merelakan dirinya menjadi pengantin dari seseorang lelaki yang tidak begitu dikenalnya. Sementara itu, Rama Permana mencoba menerima takdirnya menikahi gadis asing itu. Mereka berjanji akan saling berpisah sampai kekasih dari Rama ditemukan. Akankah mereka berpisah tanpa ada rasa? Apakah sebenarnya alasan Bella rela menghabi...
Drifting Away In Simple Conversation
353      243     0     
Romance
Rendra adalah seorang pria kaya yang memiliki segalanya, kecuali kebahagiaan. Dia merasa bosan dan kesepian dengan hidupnya yang monoton dan penuh tekanan. Aira adalah seorang wanita miskin yang berjuang untuk membayar hutang pinjaman online yang menjeratnya. Dia harus bekerja keras di berbagai pekerjaan sambil menanggung beban keluarganya. Mereka adalah dua orang asing yang tidak pernah berpi...
The Arcana : Ace of Wands
140      123     1     
Fantasy
Sejak hilang nya Tobiaz, kota West Montero diserang pasukan berzirah perak yang mengerikan. Zack dan Kay terjebak dalam dunia lain bernama Arcana. Terdiri dari empat Kerajaan, Wands, Swords, Pentacles, dan Cups. Zack harus bertahan dari Nefarion, Ksatria Wands yang ingin merebut pedang api dan membunuhnya. Zack dan Kay berhasil kabur, namun harus berhadapan dengan Pascal, pria aneh yang meminta Z...
Premium
SHADOW
4839      1587     0     
Fantasy
Setelah ditinggalkan kekasihnya, Rena sempat mencoba bunuh diri, tapi aksinya tersebut langsung digagalkan oleh Stevan. Seorang bayangan yang merupakan makhluk misterius. Ia punya misi penting untuk membahagiakan Rena. Satu-satunya misi supaya ia tidak ikut lenyap menjadi debu.
Aku Menunggu Kamu
133      115     0     
Romance
sebuah kisah cinta yang terpisahkan oleh jarak dan kabar , walaupun tanpa saling kabar, ceweknya selalu mendo'akan cowoknya dimana pun dia berada, dan akhirnya mereka berjumpa dengan terpisah masing-masing
Asmaraloka Jawadwipa (Sudah Terbit / Open PO)
8980      2375     1     
Romance
Antara anugerah dan kutukan yang menyelimuti Renjana sejak ia memimpikan lelaki bangsawan dari zaman dahulu yang katanya merupakan sang bapa di lain masa. Ia takkan melupakan pengalaman dan pengetahuan yang didapatnya dari Wilwatikta sebagai rakyat biasa yang menyandang nama panggilan Viva. Tak lupa pula ia akan indahnya asmara di Tanah Blambangan sebelum mendapat perihnya jatuh cinta pada seseor...
Lebih Dalam
150      130     2     
Mystery
Di sebuah kota kecil yang terpencil, terdapat sebuah desa yang tersembunyi di balik hutan belantara yang misterius. Desa itu memiliki reputasi buruk karena cerita-cerita tentang hilangnya penduduknya secara misterius. Tidak ada yang berani mendekati desa tersebut karena anggapan bahwa desa itu terkutuk.