Read More >>"> Bimbang (Segera Terbit / Open PO) (Part 16 | Who is He?) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Bimbang (Segera Terbit / Open PO)
MENU
About Us  

Pagi ini Elisa benar-benar disibukkan dengan berbagai macam kegiatan di backstage acara kampusnya yang sudah dimulai sejak sekitar lima jam yang lalu. Diatas panggung utama sedang ada seminar dengan narasumber salah satu Influenser terkenal di Bandung dan juga beberapa Enterpreanur lain di bidangnya masing-masing.

“Elisa, sebentar lagi mereka akan turun dari panggung, jadi lo siap-siap langsung ajak mereka ke ruang yang udah disediakan ya. Dimas juga udah stay di samping panggung lo buruan kesana” terdengar suara tegas Genta mengintrupsinya melalui suara dari interkom yang ada di genggamannya saat ini. Dia yang masih sibuk dengan Karin dan beberapa panitia pun segera mengikuti intrupsi tersebut dan meninggalkan backstage. Sebelum pergi dari tempat itu Elisa tidak lupa juga untuk berpamitan kepada mereka yang ada disana juga.

“Gue ke depan duluan ya guys” pamitnya sebelum dia melangkah pergi mendekati panggung. Dan benar saja disana sudah ada Dimas dan juga beberapa panitia yang tengah menyiapkan beberapa hal.

“Aman semuanya kan Dim?” Elisa langsung mengutarakan pertanyaan setelah berada di hadapan Dimas.

“Over all aman kok, lo sendiri gimana, Masih aman kan?” Elisa menanggapinya dengan senyuman yang begitu lebar dan juga anggukan menandakan bahwa dirinya juga baik-baik saja.

“Tadi Erlan kesini nyariin lo, katanya kalau udah nggak sibuk suruh dateng ke backstage dia soalnya chat dia belum lo bales dari tadi”

“Oh oke makasih Dim, gue dari tadi emang nggak sempet buka HP soalnya”

Disaat mereka sedang asyik mengobrol tiba-tiba saja tepuk tangan audiens menyadarkan mereka jika acara seminar telah usai dan itu artinya mereka harus segera membawa para narasumber menuju tempat yang sudah mereka siapkan untuk mereka istirahat dan menikmati hidangan yang sudah disiapkan oleh panitia. Karena audiens yang cukup banyak dan menginginkan untuk bercengkerama secara langsung dengan beberapa narasumber membuat dirinya dan juga beberapa panitia melakukan pengamanan agar narasumber tidak merasa terganggu. Sampai akhirnya setelah sekitar lima belas menit mereka bisa sampai ke ruangan yang sudah disiapkan dengan selamat. Mereka juga sempat mengobrol sebentar dengan para narasumber yang memang beberapa umurnya tidak jauh beda dari dirinya. Sepertinya sekarang jiwa sosialnya sudah mulai meningkat, dia sudah tidak secanggung dulu saat berbicara dengan orang baru. Ini adalah salah satu hal yang memang Elisa inginkan saat memilih untuk bergabung di organisasi kampus. Dia ingin bisa melatih jiwa sosialnya supaya jika kedepannya dia harus berhadapan dengan banyak orang baru dia bisa menghadapinya bukan justru menghindarinya. Setidaknya hal itu perlahan bisa dia hadapi saat ini, meski masih ada saja sedikit rasa canggung yang menyelimuti perasaannya setiap berbicara dengan orang baru, tapi setidaknya dia sudah tidak memilih untuk menghindarinya, itu jelas kemajuan yang baik bukan?

“El lo dicari Genta tuh” Fajar salah satu panitia yang memang sedang berada tak jauh di depannya menghampiri Elisa sambil menunjuk seseorang yang berada di pojok ruangan ini bersama seseorang yang entah siapa karena orang tersebut memunggunginya sehingga dia tidak dapat mengenali siapa dia.

“Iya bentar” Elisa menanggapi Fajar sebelum akhirnya berpamitan kepada orang yang sedari tadi mengobrol dengannya.

“Kalau gitu aku permisi sebentar ya kak” pamitnya sebelum berlalu meninggalkan tempat dan menghampiri Genta yang masih sibuk dengan seseorang yang sama sejak terakhir kali Elisa melihatnya.

“Eh El sini buru” ternyata Genta lebih dulu menyadari keberadaannya yang berada sekitar dua meter darinya. Sambil terus berjalan Elisa menanggapi Genta dengan mengangguk sambil bergumam pelan.

“Kenapa Kak?” Elisa bertanya setelah dirinya sampai di hadapan Genta dan juga seseorang yang sedari tadi hanya memunggunginya kini juga turut menoleh menatap Elisa dengan ekspresi datarnya.

“Gue kan harusnya handle acara inti malem ini, tapi barusan pak Dekan tiba-tiba aja nyuruh gue buat nemuin dia di ruangannya jadi gue mau minta tolong sama lo buat gantiin gue selama gue nggak ada. Tapi lo nggak perlu khawatir, lo bakal di temenin sama Bang Irgi, dia mantan ketua BEM tiga tahun lalu yang kebetulan baru aja balik ke Bandung, gue juga udah jelasin ke dia jadi lo tinggal mantau aja sama temenin Bang Irgi katanya tadi mau keliling ke stage Band sama beberapa stage lainnya. Lo bisa kan bantuin gue? Gue juga udah minta Fajar buat gantiin posisi lo disana” penjelasan panjang lebar Genta cukup membuat kening Elisa berkerut, bukan karena tidak paham tapi lebih ke bingung kenapa harus dirinya, kenapa bukan Fajar atau anak yang lain yang lebih asyik buat diajak ngobrol. Tapi walaupun begitu Elisa tetap saja menganggukan kepala menyetujui permintaan Genta yang notabene adalah ketua panitia di acara ini. Selain itu juga dia tidak punya alasan untuk menolaknya. Sementara Irgi yang sedari tadi menatap kearah dirinya dan juga Genta hanya diam saja. Sepertinya dia tipe cowok yang tidak suka basa-basi. Batin Elisa

“Ya udah kak, kak Genta mau langsung pergi sekarang?” Elisa yang melihat Genta tengah mengalungkan tas selempang yang ada di kursi sebelahnya bertanya sekilas.

“Iya nih pak Dekan udah tanya-tanya mulu, gue tinggal ya El, Bang gue duluan ya. Elisa anaknya nggak repot kok santai aja” Genta berujar sebelum benar-benar berlalu meninggalkan mereka berdua dalam keheningan. Elisa sedikit canggung melihat Irgi yang hanya diam saja. Sedikit mengingatkannya dengan Erlan dulu sebelum dia mengenalnya lebih dekat.

“Hmm mau ke stage sekarang Kak? Atau....” Belum juga Elisa menyelesaikan ucapannya dia sudah langsung mendapat jawaban yang mengejutkannya.

“Jadi lo pacarnya Genta? Panggil Bang aja gue nggak suka dipanggil kakak” ucapan Irgi benar-benar tidak pernah Elisa duga. Tapi Elisa memilih untuk segera menjawabnya sebelum ada kesalah pahaman diantara mereka.

“Eh iya Bang, gue sama Kak Genta cuma temen aja kok nggak lebih” jawab Elisa sambil mengikuti langkah Irgi yang entah akan menuju ke stage mana.

“Ohh Okay, kalau gitu bisa kasih tahu gue dimana stage Band?” tanya Irgi sekilas menoleh ke hadapan Elisa yang berjalan di samping kirinya. “Gue penasaran kondisi Band kampus sekarang gimana” gumam Irgi lirih tapi masih bisa elisa dengar.

“Depan belok kiri Bang pintu nomor dua” jelas Elisa sambil terus berjalan.

Sampai akhirnya beberapa menit kemudian mereka berdua sampai di hadapan pintu yang masih tertutup rapat. Elisa sekilas melihat ke arah Irgi sebelum mengetuk pintu dihadapannya sebanyak tiga kali. Tanpa menunggu lama mereka langsung melihat pintu tersebut dibuka dari dalam oleh seorang cowok yang tidak lain adalah Aldi. Dia sedikit bingung sepertinya melihat aku ada di hadapan pintu tersebut bersama seorang cowok. Menyadari hal itu Elisa langsung menjelaskannya.

“Hai sorry ganggu bentar ya Al, gue kesini mau nganterin Bang Irgi, dia mau lihat anak-anak-“ lagi-lagi sebelum Elisa menyelesaikan ucapannya Irgi langsung berujar tanpa merasa bersalah sedikitpun.

“Gue boleh masuk?” tanya Irgi tanpa berbasa-basi sedikitpun.

Kemudian ada seorang yang ikut keluar dan langsung menyambut hangat kedatangan Irgi.

“Eh elo Bang, kapan balik? Masuk sini yaelah kayak orang lain aja lo” Andre yang baru saja keluar dari dalam ruangan tersebut langsung merangkul Irgi sok akrab, melihat itu Elisa seakan dibuat melongo melihat Andre yang terlihat sudah mengenal Irgi. Aldi yang seperti sedang berfikir langsung mengejutkannya juga.

“Oh ya ampun gue baru ingat, sorry Bang gue tadi beneran lupa sumpah. Sumpah otak gue emang suka ngelag” Seru Aldi yang langsung berlalu menghampiri Irgi dan juga Andre sahabatnya yang sudah lebih dulu sampai di dalam ruangan. Melihat hal tersebut Elisa mau tidak mau juga mengikuti langkah mereka memasuki ruangan yang tidak terlalu luas itu. Didalam sana dia langsung berhadapan dengan Erlan yang sepertinya juga terkejut melihat kedatangannya. Tapi dia buru-buru menghampirinya dengan senyuman yang sudah lama tidak Elisa lihat.

“Aku kira kamu masih sibuk, tadi aku sempet nanya Dimas tapi katanya kamu masih sibuk” Erlan langsung menyambutnya dengan senyuman yang masih setia menghiasi bibirnya. Dia lalu mempersilahkan Elisa duduk di sofa dekat mereka.

“Iya tadi Dimas udah kasih tahu aku kok, tapi Kak Genta langsung nyuruh aku buat gantiin dia handle acara nanti malem sekalian nemenin Bang Irgi keliling stage”

“Kamu kenal sama Dia?” Erlan langsung menanyakannya setelah mereka duduk di sofa sedangkan anak-anak yang lain sibuk berbincang entah apa di dekat mereka juga.

“Enggak, tapi kata kak Genta dia mantan ketua BEM beberapa tahun lalu”

“Iya, aku juga udah denger dari beberapa orang soal dia yang katanya mantan ketua BEM dan disegani seluruh anak kampus dulu, bahkan sampai sekarang juga pasti yang kenal sama dia akan bersikap sama seperti saat dia masih menjabat sebagai ketua BEM. Padahal aslinya sangat diluar dugaan mereka semua” ujar Erlan dengan melirihkan suaranya pada kalimat terakhirnya bahkan tidak bisa didengar dengan jelas oleh Elisa yang ada disampingnya “Oiya kamu udah makan?” tanya Erlan menyadarkan Elisa yang sebenarnya masih menebak ungkapan lirih kekasihnya barusan, sebenarnya dia masih ingin bertanya tapi sepertinya sekarang bukan waktu yang tepat.

“Belum laper, kamu...” belum sempat Elisa mengakhiri ucapannya dia langsung mendapat panggilan dari anak-anak yang sedari tadi ada di ruangan yang sama dengan mereka.

“El bisa minta tolong fotoin kita nggak?” seru Andre yang sudah bersiap di depannya sambil menyerahkan sebuah ponsel dari tangannya.

“Erlan sini buru elah, pacarannya nanti lagi kan bisa.lo harus kenalan sama Bang Irgi” seru Aldi yang melihat Erlan diam disampingnya. Mendengar itupun Erlan mendengus kasar sebelum akhirnya menghampiri mereka juga dengan Elisa yang seakan bingung dengan sikap Erlan.

Anggota baru ya? Kenalin gue Irgi. Tapi kayaknya kita pernah ketemu nggak sih? Gue ngerasa nggak asing sama lo”

Gue Erlan. Dan masalah pertemuan mungkin lo salah orang” jawab Erlan dengan suara datar bahkan lebih datar dan lebih terkesan dingin membuat Elisa yang berada di belakangnya menjadi makin heran melihat sikap pacarnya.

🐣🐣🐣

Setelah selesai berfoto-foto selama beberapa menit mereka langsung duduk di sofa yang ada disana, sambil terus mengobrol membahas Band mereka yang tidak terlalu Elisa pahami. Dia juga sudah ikut duduk disana di samping kanannya ada Irgi yang terlihat begitu asyik berada diantara mereka sedangkan disamping kirinya ada Erlan yang sejak tadi hanya diam tidak turut menanggapi ucapan teman-temannya. Dia bahkan lebih memilih untuk beberapa kali mengajaknya ngobrol sambil terus menggenggam erat tangannya seolah ada hal yang bisa memisahkan mereka bahkan mereka sedang ada didalam ruangan, atau mungkin Erlan sedang merasa cemburu dengan Irgi? Entahlah Elisa benar-benar dibuat bingung dengan sikap Erlan hari ini. Sesekali Elisa juga mengamati obrolan mereka dan juga ponselnya yang sedari tadi banyak terlihat pesan masuk.

“Kamu kenapa? Kelihatanya gelisah gitu?” tanya Erlan seakan tersadar jika sejak beberapa saat yang lalu Elisa terus saja mengamati ponsel yang ada di genggamannya.

“Aku sebenernya harus cek beberapa hal di sekitar panggung, tadi Fajar chat aku katanya ada beberapa hal yang harus aku cek dulu. Tapi aku nggak enak ninggalin Bang Irgi” lirih Elisa yang tidak mau Irgi mendengar obrolannya dengan Erlan tersebut. Tetapi tiba-tiba saja sebuah suara tepat di samping kanannya mengejutkan dirinya bahkan dia hampir saja terlonjak saking kagetnya.

“Kalau lo ada urusan pergi aja, gue nggak apa-apa disini, kalau lo udah selesai baru lo jemput gue lagi buat ke beberapa stage lainnya. Lo masih ingat pesan Genta kan?”

“Ya udah kalau gitu gue pergi dulu sebentar bang, nanti gue pasti kesini lagi” jawab Elisa sambil menatap wajah datar Irgi sebelum kembali menghadap ke sebelah kirinya.

“Aku pergi dulu ya, nitip bang Irgi juga kalau dia butuh apa-apa kasih aja, kamu bisa kan?” Elisa menatap ke arah Erlan dengan tatapan sedikit memelas dan juga merasa bersalah karena Elisa menatap ada tatapan tidak suka di wajah Erlan. Tapi nyatanya dia tetap menyetujui Elisa dengan mengangguk dan juga mengulurkan tangan kanannya ke atas kepalanya dan mengelus lembut rambut yang dia kepang itu.

“Iya kamu tenang aja, dia aman disini” Setelah itu Elisa berpamitan kepada semua yang ada di ruangan itu untuk segera pergi.

Bisa lo ikut gue sebentar? Ada yang mau gue omongin sama lo” Ujar Erlan kepada Irgi sepeninggal Elisa dari bacstage band dan langsung disetujui oleh Irgi meskipun Erlan sempat mendapat tatapan menyelidik dari Aldi dan juga Andre yang seperti kurang suka dengan sikap dingin dan cuek Erlan kepada Irgi. Tetapi Erlan sama sekali tidak menanggapinya. Dia langsung berjalan keluar dan langsung diikuti oleh Irgi dibelakangnya.

🐣🐣🐣

Sesampainya di dekat panggung ternyata Elisa langsung disambut ocehan panjang dari Karin dan juga beberapa rekannya.

“El gimana dong, masa tiba-tiba aja the Worst cancel buat hadir di acara kita. Padahal kita udah kasih mereka DP mereka juga kemarin-kemarin nggak ada masalah, tapi barusan manajer mereka tiba-tiba kasih kabar kalau mereka nggak bisa dateng dan nggak kasih alesan yang jelas kita harus gimana dong” omel Karin panjang lebar dengan wajah kesalnya.

“Iya tau El, apalagi disini kebanyakan juga fans dari mereka yang hadir. Mereka pasti bakal kecewa banget kalau tahu Band favorit mereka gagal manggung. Khawatir deh gue kalau sampai mereka macem-macem di acara kita bisa gawat pasti El” sambung Gita yang merupakan partner Karin dan juga Dion di acara ini.

Mendengar penuturan mereka Elisa turut merasa khawatir. Dia diam sebentar sambil memikirkan apa yang bisa mereka lakukan untuk meredam emosi para audiens sekiranya mereka akan marah-marah nantinya jika mengetahui hal ini. Cukup lama Elisa diam sampai akhirnya dia seperti menemukan sedikit cara, memang belum tentu akan berhasil tapi setidaknya Elisa harus mencobanya.

“Git boleh minta nomor manajernya the Worst nggak?” Elisa bertanya kepada Gita yang masih setia menunggu keputusannya itu. Sementara Karin beberapa saat yang lalu dia diminta untuk membantu Dimas di bagian para tamu undangan yang seharusnya menjadi tanggung jawab Elisa.

“Buat apa El?” tanya Gita penasaran.

“Gue mau coba hubungin mereka lagi, mau minta penjelasan”

“Serius? Gue tadi udah coba tapi mereka ngotot nggak mau tampil dan nggak mau kasih penjelasan” Gita yang tampak sudah frustasi masih berusaha menanyakan kesungguhannya tetapi Elisa terus saja meyakinkannya sampai akhirnya Gita menyerahkan nomor tersebut dengan malas.

Setelah menerima nomor dari manajer band tersebut Elisa langsung menghubunginya tanpa menunggu lama. Setelah panggilan pertama dan keduanya diabaikan akhirnya disaat panggilan ketiga telfon tersebut menmbuahkan hasil juga.

“Hallo” sapa Elisa sopan.

“Iya, ini siapa ya?”

“Oh maaf sebelumnya perkenalkan saya Elisa, saya dari kampus Citra Bangsa yang beberapa hari lalu mengonfirmasi mengenai kesanggupan band the Worst yang siap tampil di acara kami-“ belum juga Elisa menyelesaikan ucapannya tapi orang diseberang sana langsung menyela ucapannya tanpa permisi.

“Oh iya tapi beberapa saat yang lalu saya sudah menghubungi rekan anda mengenai pembatalan band kami untuk tampil di acara tersebut jadi saya kira anda sudah tidak perlu menghubungi saya lagi mbak”

“Iya saya tahu, tapi apa boleh saya tahu apa alasannya band anda meng cancel acara kami secara sebelah pihak di waktu yang sudah sangat dekat dengan acara pak? Saya kira anda sudah cukup profesional mengenai hal ini. Lalu apa alasan yang cukup masuk akal yang bisa bapak berikan kepada saya agar saya bisa memahaminya? Kami membuat acara ini dengan penuh perjuangan dan juga persiapan pak tidak mungkin kami bisa menyetujui hal tersebut dengan tanpa alasan yang jelas dan saya kira bapak lebih paham mengenai hal ini bukan?” Elisa memberikan tanggapannya dengan setenang mungkin. Dia paham orang seperti apa yang ada diseberang sana sehingga dia tidak bisa hanya berbicara dengan baik-baik saja. Harus ada sedikit penekanan.

“Band saya harus rekaman hari ini dan rekaman kali ini adalah project besar bagi band the Worst yang harus segera kami selesaikan sehingga kami tidak bisa untuk datang ke acara tidak penting anda itu” jawaban yang sangat tidak Elisa inginkan apalagi dia terima.

Membuat dirinya harus berfikir lebih licik lagi dari orang yang sedang berbicara dengannya. Elisa sebenarnya tidak suka menggunakan hal semacam ini, tapi sepertinya kali ini dia harus mengeluarkan sisi lain dari dirinya yang jarang sekali dia keluarkan.

“Bagi anda mungkin acara ini memang tidak penting pak, tapi tidak bagi kami, dan walaupun band bapak ada rekaman hari ini, kenapa jauh-jauh hari bapak menyetujui untuk menghadiri acara kami dan baru meng cancelnya dihari H acara? Apa itu bisa disebut profesionalitas bagi band sebesar the Worst? Apa bapak tidak memikirkan bagaimana kecewanya para penggemar mereka yang sudah menunggu mereka sejak lama? Apa bapak tidak berfikir bagaimana jika saya sampaikan alasan ini kepada para media mengenai ketidak profesionalnya bapak dalam menangani band yang bapak bangga-banggakan ini? Oh ya, mungkin bapak memang mengira kami main-main saat ini tapi asal bapak tahu saja percakapan kami saat ini sudah saya rekam jadi bersiaplah untuk mendapatkan berita yang bapak tunggu besok pagi jika malam ini band bapak benar-benar tidak mengisi di acara kami. Saya kira hanya itu yang ingin saya sampaikan terimakasih”

Dan benar saja, mendengar ucapannya yang sangat tenang ternyata mampu membuat orang tersebut kelabakan hingga pada akhirnnya dapat bersikap seharusnya. Dengan  bertanggung jawab mengenai apa yang sudah dia sanggupi dan sudah seharusnya dia lakukan. Padahal Elisa tidak benar-benar akan melakukannya jika pihak sana tidak akan memenuhi keinginannya. Dia hanya menggertak tapi sepertinya dia berhasil.

“Tunggu, baiklah saya akan pastikan the Worst tampil malam ini”

Setelah itu pihak manajer the worst langsung mematikan panggilannya tanpa permisi.

“Gimana El? Gagal ya?”

Gita yang sedari tadi mengamati dirinya langsung mengajukan pertanyaan setelah dia melihat Elisa menyelesaikan panggilannya.

Elisa tidak langsung menjawab pertanyaan Gita barusan, dia hanya diam sambil mengulurkan tangannya ke bahu Gita dan menepuknya pelan.

“Udah gue duga” gumam Gita pelan tapi masih bisa Elisa dengar dengan jelas.

“Kalian siap-siap aja malam ini  mereka pasti bakal dateng” ucapan Elisa berhasil mengejutkan Gita yang tengah menghadap ke bawah. Mendengar penuturannya membuat Gita langsung menengadahkan wajahnya dan menatapnya tidak percaya. Sampai sepersekian detik akhirnya Gita langsung beranjak memeluknya setelah Elisa memberikan anggukan untuk meyakinkan ucapannya barusan.

“Oh my God El, lo keren banget, sumpah. Gue nggak tahu lagi kalau nggak ada lo. Thank you Elisa”

“Apaan sih pada peluk-pelukan gitu? Kalian udah nemu cara buat gantiin the worst?” Karin yang baru saja datang bertanya dengan wajah bingungnya.

“You know what Rin, Elisa berhasil buat minta the worst tetap tampil malam ini” seru Gita yang sudah melepaskan pelukannya dari tubuh Elisa.

“Serius Ca?” Karin menatap Elisa masih tidak percaya sedangkan Elisa melihat tatapan lebar sahabatnya itu hanya bisa mengeluarkan senyuman dan juga anggukan untuk meyakinkan sahabatnya itu.

“Oh my god Icaaaa, akhirnya lo selametin kita dari omelan kak Genta”

“Udah-udah seneng-senengnya nanti lagi mending sekarang kita siap-siap oke. Good luck guys”

Tanpa sepengetahuan mereka sedari tadi ada yang tengah mengamati percakapan mereka dari jarak yang tidak terlalu jauh dari mereka. Sepasang mata yang cukup tajamnya sedikit menyunggingkan senyum tipis saat melihat ketiga cewek tersebut sedang mengobrol penuh semangat dan juga senyuman yang tidak juga luntur dari wajah ketiganya.

🐣🐣🐣

Selesai dengan urusan the Worst, Elisa langsung kembali ke stage band kekasihnya untuk menemui Irgi. Tetapi saat dia baru saja berjalan beberapa langkah tiba-tiba saja dia dikejutkan dengan kehadiran Irgi dihadapannya. Dengan senyum tipis yang menghiasi wajah datarnya sejak pertama kali mereka bertemu. Membuat Elisa yang melihatnya merasa aneh sendiri.

“Udah selesai urusannya El?” Irgi bertanya sambil sedikit menunduk untuk memandang Elisa yang berdiri lebih rendah di hadapannya.

“Udah bang, bang Irgi kenapa disini?” Elisa yang masih sedikit terkejut melihat kedatangan Irgi berusaha tenang saat menanyakan mengenai keberadaan Irgi dihadapannyasaatini.

“Gue bosen di ruangan band jadi gue keluar aja buat liat anak-anak yang lagi pada sibuk sama kerjaannya siapa tahu gue bisa bantu” Irgi menjawab pertanyaan Elisa dengan sangat tenang. Sementara Elisa mendengar pernyataan Irgi hanya ber oh saja sambil mengangguk-angguk tanda mengerti.

“Jadi sekarang Bang Irgi mau kemana lagi? Biar gue antar” Elisa akhirya kembali mengajukan pertanyaan mengingat bahwa tugasnya juga menemani Irgi. Padahal sepertinya dia juga bisa berkeliling seorang diri tanpa memerlukan bantuan darinya.

“Gue pengen keliling disekitar sini dulu, kalau lo masih sibuk lo bisa lanjutin kerjaan lo dulu. I’m okay”

“Sekarang gue masih bisa nemenin Bang Irgi kok, seenggaknya untuk beberapa saat kedepan”

“Okay. Jadi lo pacarnya Erlan bukan Genta? Atau dia juga teman biasa juga sama seperti Genta yang lo bilang beberapa waktu lalu?”

Pertanyaan Irgi sangat to the point. Membuat Elisa lagi-lagi sedikit terkejut mendengarnya.

“Ehh gue... iya pacarnya Erlan Bang” jawab Elisa sedikit ragu, karena terakhir mereka membahas hubungan mereka memang tidak ada yang bilang mengakhiri hubungan mereka, tapi untuk bisa dianggap masih memiliki hubungan juga sepertinya sedikit canggung karena semenjak masalah kemarin mereka berdua benar-benar belum membicarakan mengenai kelanjutan hubungan mereka. Meskipun semalam Erlan sudah menjelskan semuanya.

Mereka berdua terus berjalan sambil sesekali mengobrol banyak hal dari mulai acara sampai hal-hal yang menurut Elisa tidak terlalu penting. Sampai akhirnya tanpa sadar mereka tiba di sebuah stan makanan yang ada disana. Ada banyak sekali makanan dari makanan ringan sampai makanan berat.

“Lo udah makan?” tiba-tiba saja Irgi bertanya saat mereka berada di dekat stand bakmie. Elisa seketika langsung melihat jam yang ada di ponselnya. Dia sempat terkejut karena mengetahui jika sudah hampir jam enam sore dan dirinya sama sekali belum makan dari pagi tadi selain sarapan sandwich yang dia dapat dari Karin pagi tadi. Pantas saja saat dia melewati banyak makanan perutnya jadi terasa lapar, apalagi mencium aroma-aroma nikmat yang ada disekitarnya saatini.

“Bang Irgi mau makan apa?” bukannya menjawab pertanyaan Irgi, Elisa justru memberikan pertanyaan lain untuk Irgi.

“Gue mau bakmie, lo mau juga nggak biar sekalian gue pesenin?”

“Boleh Bang, kalau gitu biar gue aja yang cari minumnya. Bang Irgi mau minum apa?”

“Gue lemon tea aja, less sugar ice nya jangan kebanyakan”

“Okay. Kalau gitu gue cari minum dulu nanti gue kesini lagi” setelah itu mereka berpisah, Irgi mendekat ke stan bakmie sedangkan Elisa beranjak mencari stan minuman untuk membeli minuman sesuai pesanan Irgi tadi. Sedangkan dirinya lebih memilih air mineral dingin saja.

Tidak perlu membutuhkan waktu lama untuk Elisa bisa membeli minuman dan setelah sekitar lima belas menit Elisa kembali ke meja yang sudah Irgi pilih, disana juga sudah ada bakmie pesanan mereka yang baru saja tiba sebelum Elisa datang. Mereka pun makan dengan tenang dan sesekali mengobrol. Disaat makanan mereka masih tersisa setengah tiba-tiba saja ada yang menghampiri mereka disaat mereka tengah menertawakan sesuatu karena obrolan mereka barusan. Karin dan juga Aldi menghampiri mereka dan Elisa pun mengajak mereka untuk bergabung di mejanya tanpa meminta persetujuan dari Irgi. Di hadapannya Irgi tengah memandang Elisa dengan kesal karena dia seenaknya saja mengajak orang lain untuk bergabung dengan mereka. Lalu tanpa mereka sadari tak jauh dari mereka juga ada dua cowok yang sedang memperhatikan mereka. Satu diantara cowok tersebut tampak kesal melihat seseorang yang sedang bergurau sambil menebar senyuman disana.

“Gue nggak akan biarin lo bikin hidup Elisa hancur sama seperti yang lo lakuin di hidup gue Irgi” gumam laki laki yang masih memperhatikan mereka dari jauh.

🐣🐣��

Akhirnya acara hari ini selesai dengan aman dan lancar. Tidak ada hal yang mengganggu acara mereka, bahkan band the Worst juga datang dan bisa tampil maksimal membuat Elisa bisa bernafas lega. Dan sekarang disinilah mereka berada, di panggung bekas acara meraka, awalnya Genta meminta mereka untuk melakukan evaluasi di ruangan BeM tetapi karena mereka sudah sangat kelelahan akhirnya mereka meminta untuk evaluasi disini saja. Genta yang baru datang sekitar tiga jam yang lalu pun menyetujuinya saja, apalagi mengingat dirinya yang tidak bisa membantu banyak untuk acara malam ini.

Selama evaluasi mereka menuturkan apa saja hambatan yang mereka alami dan juga saran untuk kelanjutan acara yang mungkin terjadi. Sama seperti Karin dan Gita yang kini tengah berantusias menceritakan kejadian tadi sore yang hampir saja membuat acara mereka gagal mengingat mereka adalah seksi acara sehingga mereka yang memang sangat bertanggung jawab mengenai jalannya acara malam ini.

“Tadi tuh kalau nggak ada Elisa mungkin acara kita nggak akan selancar ini tau Kak” Gita mulai menceritakan masalahnya kepada Genta si ketua.

“Loh memangnya kenapa?” tanya Genta penasaran. Soalnya Elisa sama sekali tidak memberitahunya jika ada masalah yang serius.

Gita dan Karin pun langsung menjelaskan mengenai apa yang mereka alami tentang band the Worst penuh dengan semangat. Seakan hanya mengingat kejadian tadi sore saja mampu menggugah emosi kedua perempuan tersebut. Selanjutnya Elisa juga menjelaskan mengenai apa yang dia lakukan karena Genta menanyakan kepadanya juga. Elisa menjelaskan sesuai apa yang dia lakukan sampai semuanya paham.

Mereka selesai evaluasi tepat saat waktu menunjukan sudah hampir jam dua dini hari. Melihat itupun membuat sebagian dari mereka memilih untuk menginap di kampus saja. Beberapa anak lainnya ada juga yang memaksakan diri untuk pulang seperti yang dilakukan Elisa. Dia memilih untuk kembali ke kosannya saja mengingat jarak kosan dan kampusnya yang tidak terlalu jauh dan dia rasa dirinya masih sanggup untuk berjalan sampai ke kosannya. Dan betapa terkejutnya Elisa saat dia melihat ada seseorang yang tengah menunggunya tepat di depan pintu kosnya. Dia berjalan pelan sambil melihat siapa orang tersebut karena lampu di depan kos yang memang tidak terlalu terang sehingga membuat dirinya tidak dapat melihat dengan jelas siapa orang itu sampai akhirnya setelah jarak mereka hanya tersisa sekitar satu meter saja Elisa bisa mengenali siapa yang bertamu di kamarnya jam dua dini hari.

“Baru selesai evaluasinya?” tanya laki-laki yang kini sedang memandangnya lekat-lekat membuat Elisa menjadi sedikit gugup.

“Emm iya. kenapa disini?” setelah cukup lama mencari pertanyaan apa yang cocok ia keluarkan tapi tidak juga menemukannya selain kekepoannya mengenai kenapa bisa orang ini ada disini di waktu selarut ini pula.

“Tadi gue udah mau pulang, tapi lupa kalau gue belum bilang terimakasih sama lo yang udah nemenin gue hari ini jadinya gue kesini” tutur Irgi menjelaskan apa yang membuat Elisa penasaran mengenai keberadaannya. Memang benar jika sekitar jam sebelas tadi Irgi berpamitan kepada Genta yang baru saja sampai di acara, kemudian di pertengahan jalan tiba-tiba saja ingatan Irgi tertuju kepada dirinya yang belum memberikan Elisa ucapan terimakasih dan juga belum sempat berpamitan karena disaat dia akan pulang tadi Elisa tengah asyik menyaksikan band Erlan dan teman-temannya perform. Sehingga tanpa pikir panjang Irgi meminta alamat tempat tinggal Elisa kepada Genta. Dia sudah menunggunya disini sejak jam dua belas lebih dan akhirnya sekarang bisa melihat wajah Elisa yang berdiri kebingungan di hadapannya.

“Kenapa nggak besok aja Bang, atau lewat chat kan bisa” celoteh Elisa yang merasa tidak enak karena membuat orang menunggu. “terus Bang Irgi tau alamat kosan gue darimana? Kok bisa?” sambung Elisa yang memang sedari tadi tengah memikirkan hal tersebut. Pasalnya selama obrolan mereka di kampus tadi dia sama sekali tidak membicarakan mengenai dirinya yang tinggal di kosan apalagi memberitahu alamat kosannya kepada laki-laki yang baru dia kenal hari ini.

Pertama gue nggak punya kontak lo. Yang kedua gue tau alamat lo dari Genta, sorry kalau misalnya lo nggak nyaman gue kesini semalem ini dan kenapa bisa? Ya karena gue nggak mau ngerasa nggak tahu diri aja gue dari dulu lebih suka kalau berterimakasih atau minta maaf sama orang secara langsung jadi gue tahu orang itu beneran maafin gue atau beneran terima ucapan makasih gue atau nggak” Irgi menjeda ucapannya sambil melihat raut wajah Elisa yang masih diam dan sedikit rasa bingung masih berada disana “dan karena gue udah ketemu lo dan udah omongin semua yang gue mau gue mau langsung pamit pulang, lo juga pasti butuh istirahat muka lo keliatan banget kecapekan soalnya”

“Iya Bang, maaf ya udah bikin Bang Irgi nungguin lama”

“Its okay. Gue harap lo nggak kapok ketemu gue. karna mungkin gue pengen ketemu sama lo lagi lain kali”

“Eh iya Bang”

“Good night Elisa. Hari ini lo keren and i like it” ucapan Irgi dengan senyum yang menghiasi wajah tampannya membuat Elisa heran pasalnya selama mereka bersama hari ini baru kali ini Elisa melihat senyum tulus dari seorang Irgi yang lebih sering dikenal dengan sosok coolnya. Dia masih terdiam melihat Irgi yang mulai menjauh dan menghampiri motornya yang dia parkirkan di dekat gerbang kos Elisa. Irgi menyalakan motornya dan langsung tancap gas meninggalkan Elisa yang masih terdiam mengurai pikirannya yang sebenarnya sudah tidak ingin berfikir. Sehingga dia tidak menyadari jika sudah ada orang lain di hadapannya dan sekarang tengah menatapnya dengan mata tajam dan juga raut sedikit kesal dan juga sama lelahnya dengan Elisa.

“Sampai segitunya liatin cowok lain, padahal cowoknya sendiri ada disini” sindir seseorang yang tak lain adalah Erlan. Ya, sebenarnya Erlan sudah berada disana sejak Irgi masih mengobrol dengan Elisa, tapi karena dia tidak mau mengganggu akhirnya dia memilih untuk menunggu sampai mereka selesai berbicara. Walaupun sebenarnya hatinya tidak suka melihat ceweknya berduaan dengan laki-laki lain apalagi dia bisa melihat jika tatapan Irgi kepada Elisa menyiratkan sesuatu yang berbeda kepada gadisnya.

“Eh, Erlan kamu dari kapan ada disini?” Elisa berusaha menenangkan dirinya yang masih gugup mendapati pacarnya ada dia didepannya sekarang.

“Dari tadi. Kamu nggak suruh aku duduk?” Erlan berusaha untuk tenang seakan-akan dia tidak mengetahui apapun.

“Eh iya sebentar aku ambil kunci dulu, aku belum buka kamar aku soalnya” Elisa pun langsung sibuk mencari-cari kunci kamarnya yang ada di dalam tas selempangnya.

“Nggak perlu Sa, udah malem aku mau langsung pulang. Aku kesini cuma mau ngecek kamu udah sampai apa belum, aku khawatir soalnya dari tadi HP kamu nggak aktif” ujar Erlan menghentikan Elisa yang sedang sibuk dengan isi tasnya. Dia memandang wajah lelah gadisnya sebentar sebelum mengangkat tangannya ke kepala Elisa dan mengelus lembut rambut hitam itu. “Aku pulang ya, kamu istirahat. Besok siang aku mau ngajak kamu pergi”

Setelah mengucapkan itu Erlan benar-benar langsung meninggalkan Elisa. Dia menaiki motornya yang dia parkirkan di seberang jalan. Dia langsung melesat dengan cepat meninggalkan Elisa yang lagi-lagi terbengong-bengong melihat kelakuan cowoknya.

Karena dia memang sudah sangat lelah dan juga mengantuk akhirnya dia memutuskan untuk melanjutkan aksinya mencari kunci kamarnya dan segera masuk ke kamar dan bersih-bersih badan sebelum beralih ke alam mimpi.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Rain, Maple, dan Senja
888      528     3     
Short Story
Takdir mempertemukan Dean dengan Rain di bawah pohon maple dan indahnya langit senja. Takdir pula yang memisahkan mereka. Atau mungkin tidak?
Mutiara -BOOK 1 OF MUTIARA TRILOGY [PUBLISHING]
11997      2363     7     
Science Fiction
Have you ever imagined living in the future where your countries have been sunk under water? In the year 2518, humanity has almost been wiped off the face of the Earth. Indonesia sent 10 ships when the first "apocalypse" hit in the year 2150. As for today, only 3 ships representing the New Kingdom of Indonesia remain sailing the ocean.
Gunay and His Broken Life
4800      1910     0     
Romance
Hidup Gunay adalah kakaknya. Kakaknya adalah hidup Gunay. Pemuda malang ini telah ditinggal ibunya sejak kecil yang membuatnya secara naluri menganggap kakaknya adalah pengganti sosok ibu baginya. Hidupnya begitu bergantung pada gadis itu. Mulai dari ia bangun tidur, hingga kembali lagi ke tempat tidur yang keluar dari mulutnya hanyalah "kakak, kakak, dan kakak" Sampai memberi makan ikan...
Cinta Aja Nggak Cukup!
4708      1508     8     
Romance
Pernah denger soal 'Triangular theory of love' milik Robert Sternberg? The one that mentions consummate love are built upon three aspects: intimacy, passion, and commitment? No? Biar gue sederhanakan: Ini cerita tentang gue--Earlene--dan Gian dalam berusaha mewujudkan sebuah 'consummate love' (padahal waktu jalaninnya aja nggak tau ada istilah semacam itu!). Apa sih 'consummate love'? Penting...
AKU BUKAN ORPHEUS [ DO ]
679      374     5     
Short Story
Seandainya aku adalah Orpheus pria yang mampu meluluhkan hati Hades dengan lantutan musik indahnya agar kekasihnya dihidupkan kembali.
NADI
5271      1398     2     
Mystery
Aqila, wanita berumur yang terjebak ke dalam lingkar pertemanan bersama Edwin, Adam, Wawan, Bimo, Haras, Zero, Rasti dan Rima. mereka ber-sembilan mengalami takdir yang memilukan hingga memilih mengakhiri kehidupan tetapi takut dengan kematian. Demi menyembunyikan diri dari kebenaran, Aqila bersembunyi dibalik rumah sakit jiwa. tibalah waktunya setiap rahasia harus diungkapkan, apa yang sebenarn...
How Precious You're in My Life
11628      1984     2     
Romance
[Based on true story Author 6 tahun] "Ini bukanlah kisah cinta remaja pada umumnya." - Bu Ratu, guru BK. "Gak pernah nemuin yang kayak gini." -Friends. "Gua gak ngerti kenapa lu kayak gini sama gua." -Him. "I don't even know how can I be like this cause I don't care at all. Just run it such the God's plan." -Me.
PROMISE
560      394     2     
Short Story
ketika sebuh janji tercipta ditengah hubungan yang terancam kandas
Guguran Daun di atas Pusara
427      286     1     
Short Story
Tentang Hati Yang Mengerti Arti Kembali
451      292     4     
Romance
Seperti kebanyakan orang Tesalonika Dahayu Ivory yakin bahwa cinta pertama tidak akan berhasil Apalagi jika cinta pertamanya adalah kakak dari sahabatnya sendiri Timotius Ravendra Dewandaru adalah cinta pertama sekaligus pematah hatinya Ndaru adalah alasan bagi Ayu untuk pergi sejauh mungkin dan mengubah arah langkahnya Namun seolah takdir sedang bermain padanya setelah sepuluh tahun berlalu A...