A L A C E L E N
LIFE IS TO BAD FOR US
Ini kisah ku, di mana semua tak berpihak pada diriku, dimana semua orang tak tahu bahwa ada aku disini, “Semuanya aku ada di sini !!!” Ingin rasanya berteriak seperti itu. Aku hanyalah anak yang tak di inginkan, aku hanyalah anak yang membawa kesialan, begitulah kalimat yang terlontar padaku saat aku kecil dulu. Namun apakah itu semua akan berubah seiring berjalan nya waktu? Aku tak yakin itu akan berubah seperti seindah yang ku harapkan.
“Hey bangun, lagi apa sih lo? Masa guru killer gini berani tidur sih! ” Teriakan itu lah yang membangunkan ku dari tidur siang yang sangat nyenyak itu.
“Ah, iya, jam berapa ini?” Tanya ku kepada... yah bisa di bilang dia sahabatku sih.
“Udah jam 2 , bentar lagi pulang” Begitu ucap Amara, dia adalah tetanggaku yang baru pindah saat umur nya 8 tahun dan pada saat itu juga kami menjadi teman bermain, yah walaupun amara itu orangnya ketus dan arogan tapi dia itu sebenernya.... emang ketus dan arogan hahahaha.
"Akhirnya pulang juga ya Mar" ucapku pada Amara namun secara tak sengaja ada lelaki yang menabrak ku, tubuhnya sangat tinggi, mungkin sampai 2 meter lebih, dia juga berbadan sangat besar dan memiliki kumis yang tebal. Mengerikan sekali, tubuh ku sampai gemetaran. Untung saja ada Amara di sana jadi ia langsung membangunkan aku yang terjatuh dan kita langsung lari begitu saja.
“Fyuh”Aku pun menghela napas saat sudah lari melewati beberapa gang dekat rumah ku.
“Mara, makan ayam goreng di rumah ku dulu yuk, kita kan abis lari-lari nih lagian kamu kan suka banget sama ayam goreng bikinan mamah aku” Ajak ku kepada Amara.
“Iyaaa”Jawabnya dengan muka datar sambil memainkan game di hp nya yang tak seru sama sekali itu.
Saat selesai makan Amara dan aku pun langsung naik kekamar ku yang berada di lantai 2, Amara langsung menduduki tempat favorit nya yaitu buntalan kapuk raksasa yang berbentuk seperti bebek di bawah jendela yang besar.
“Eh, tau ga sih mar tadi waktu nabrak orang yang tinggi banget aku tuh denger dia kaya bergumam gitu tau, dia selalu bilang life is to bad for us secara berulang-ulang gitu, serem deh” Ucap ku sambil duduk di kasur dan memeluk sebuah boneka anjing kesayangan ku yang berwarna kuning itu.
“Udah lah lupain aja, ribet banget sih mikirin kaya gituan” Ucap Amara.
“Life is to bad for us, maksudnya apa ya? hidup ini sangat buruk untuk kita ? kita itu siapa aja? Aku dan orang yang tinggi itu? Masa sih? Tapi buruk nya dimana? Udah 17th aku hidup tapi ga ada yang buruk tuh, hmmm aneh banget sih” Bertubi-tubi pertanyaan pun muncul di kepala ku yang kecil ini.
2 bulan pun berlalu dengan sangat cepat dan dengan begitu pula ujian SNMPTN dan SBMPTN juga semakin dekat,
“Mara, gimana nih SBMPTN udah 2 bulan lagi ajarin gw dong kan lu juara umum sekolah ini” Aku pun mulai merayu Amara yang kemampuan otaknya sangat berbeda dengan ku
“Kebiasaan lo, makannya kalo dikelas jangan tidur aja perhatiin tuh guru ngomong” Amara pun mulai menceramahi ku seperti biasanya dan aku pun hanya tertawa kecil karena aku tahu kalau Amara sudah berbicara seperti itu maka ia akan datang ke rumah ku lalu mengajari ku berbagai pelajaran.
‘Kuingin cinta hadir untuk slamanya bukan hanyalah untuk sementara menyapa dan hilang terbit tenggelam bagai pelangi yang indahnya hanya sesaat tuk kulihat dia mewarai hari’
“Oy, hp lu bunyi tuh angkat sana” Amara pun menghalangi lamunanku tentang pria besar waktu itu.
“Ah iya, ini mamah” Ucapku sambil tergesa-gesa mengangkat hpku “halo iya mah, kenapa tiba-tiba nelpon ? Aku masih di sekolah nih, tapi lagi istirhat sih” Tanya ku kepada mamah.
“Ce..cepet.. cepet kamu ke rumah sakit sekarang, alamatnya u..udah mamah kirim le...lewat chat. Cepet yaaaa” Ucap mamah ku diselimuti isak tangis yang tak kunjung berheti.
“Iya ma, aku ke sana sekarang” Langsung saja aku pergi ke kantor guru dan meminta ijin, lalu aku pun langsung ke rumah sakit yang di diberitahu oleh mamah.
“Mah, siapa yang sakit mah ? Siapa yang masuk ICU mah ?” Tanya ku sambil ingin ikut menangis.
“Pa.. papah.. papah masuk I.. ICU “ Mamah ku pun menjawab sambil memeluk ku secara erat.
“Apa kata dokter mah? Papah sakit apa? Kan tadi pagi papah ga kenapa-kenapa mah” Tanya ku ingin memastikan.
“Papah kena stroke, mamah telat bawa papah ke rumah sakit jadi papah kamu udah susah untuk di sembuhkan, kata dokter hidup papah kamu ga lama lagi”Setelah mendengar perkataan mamah, aku pun merasa kehilangan 1 kebahagiaan di hidup ku dan aku pun menjerit dalam hati ku yang paling dalam.
Tak lama setelah itu papah pun meninggal dunia dengan kata-kata terakhir yang papa ucapkan dengan terbata-bata kepadaku “Life is to bad for us” yang membuat ku teringat kembali kepada pria tinggi itu. "Apakah ini termasuk kedalam keburukan itu?" seketika pertanyaan itu muncul dalam pikiranku.
Hari-hari yang ku lalui terasa sangat berat setelah kehilangan malaikat yang selalu melindungiku dan juga karena aku tak lulus ujian SBMPTN dan SNMPTN sekeras apapun aku mencoba dan berusaha aku tak pernah berhasil. Amara pun pergi ke luar negri untuk kuliah di sana, aku benar-benar seperti tak tahu siapa aku sebenarnya apakah aku benar-benar anak yang sial? apakah dunia sebenarnya tak ingin aku ada? Keburukan dunia apa lagi ini?
“Permisi, ada orang di rumah ?” Tiba-tiba suara yang tak asing pun terdengar dari luar pintu rumah yang membuat lamunanku terpecah
“Itu ada tamu yang nyari kamu” Panggil mama kapada ku
“Siapa ma?” Tanya aku penasaran sambil menuruni tangga
“Ngga tau, orang nya ganteng, tinggi, putih, masih muda juga tapi kayaknya ngga asing sih” Jelas mama pada ku.
“Haloo, kamu masih inget aku ga?” Ucap nya dengan girang dan ramah.
“Si..siapa ya?” Aku pun bingung dengannya.
“Ini Ryan, masa kamu lupa sama aku sih. Ih bete banget deh, dulu waktu kecil kita main bareng tau Mar” Jelas nya sambil memegang tanganku.
“Mar? Siapa tuh? Nama gw aja ga ada mar nya, salah rumah kali lu” Ucapku sambil terheran-heran.
“Hah? Masa salah rumah sih? Kalo Amara tinggal di sini kan ?” Tanya nya dengan sedikit malu.
“Oh Amara dia sebelah sana tuh, beda 1 rumah dari sini. Tapi orangnya lagi kuliah di luar negri” Aku pun menjawabnya,
Lalu ia pun berpamitan padaku namun sebelum berpamitan kita sudah bertukar kontak.
Setiap 1 minggu sekali aku selalu videocall-an sama Amara, dan udah 4 bulan ini aku menceritakan tentang Ryan pada Amara, karena selama kurang lebih tiga bulan ini Ryan terus jalan bareng sama aku, entah jalan-jalan ke mall, atau hanya makan di depan rumah. Jujur aku sangat senang sekali sampai suatu ketika aku mengalami kecelakaan yang menyebabkan semua ini terjadi.
‘nit nit nit nit nit’ “Amara tolong tante, kamu kan lagi di indonesia, tolong ke rumah sakit sekarang. Tante lagi di airport lagi nunggu penerbangan ke indonesia yang secepetnya” mamah ku yang sedang berada di L.A dengan bisnis nya pun langsung saja meminta tolong ke Amara.
“Bangun, bangunn jangan tinggalin aku, aku mohon jangann” Suara Ryan yang seperti tak ada harapan ini terdengar sangat dalam ke hatiku.
“Maaf anda tidak bisa masuk ke dalam, silahkan tunggu di depan" Suster pun menyuruh nya.
Lalu aku pun mulai di oprasi di bagian kepala ku. Semuanya mulai rabun sampai aku terbangun dalam ruangan yang luas dan sangat terang namun berkabut itu
"Hai ALACE, life is to bad for us right ?” Suara berat terdengar sangat jelas, aku pun mencoba melihat siapa kah dia namun aku tak dapat melihat dengan jelas, kepala ku sangat sakit sampai aku pun merasa tak kuat untuk berdiri lagi.
"Alace, kamu tahu mengapa aku baru memanggil nama mu sekarang?” Suara itu pun bertanya kepada ku
“Tidak, namun mengapa aku tak dapat menyebutkan namaku di awal cerita ini?” Aku merasa heran akan semua ini.
“Cerita ini?, jadi sejak awal kau tahu Alace bahwa semua ini hanyalah cerita yang di buat oleh seseorang membuatmu hidup?” Ia pun bertanya kepada ku dengan tertawa kecil
“Ya, aku tahu semua nya,’life is to bad for us’ hanya lah sebuah kalimat yang di lontarkan untuk kita yang tak di inginkan dunia ini" Aku pun menjawab tanpa tahu apa yang telah aku ucapkan “Sekarang apakah kau siap untuk menyudahi semua ini Alace?” Ia berbicara padaku dan aku melihat bayangan hitam yang besar dan tinggi mendekati ku dari kabut yang sangat terang itu. “Tunggu, bolehkah aku melihat mamah, Ryann dan Amara?” Satu permintaan yang aku ajukan padanya.
‘Nit nit nit nit nit’ suara itu terdengar samar-samar ditelinga ku, “Mara?” Aku memanggil nya dengan nada yang sangat pelan “Ya ampun Alace lo udah bangun? Bentar gw panggil suster nya dulu” Amara yang sedang menunggu itu pun langsung meninggalkanku dalam ruangan yang terang dan sepi ini “Apa yang sebenarnya terjadi?, apa tadi aku bermimpi ?” Pertanyaan itu terlintas dalam pikiranku. Hari-hari yang kulalui di rumah sakit berjalan Sangat menyakitkan karena kecelakaan itu aku lumpuh. Teman-teman ku , bahkan Ryan menjauhi aku.
Aku pun pulang ke rumah dan menjalani perawatan jalan. Namun aku berfikir ‘sebenernya siapakah orang yang berbicara pada ku dalam cahaya terang dan kabut putih itu? Dan apakah aku haus bertemu dengannya lagi? Tapi bagaimana?...'
Sampai akhirnya pada malam hari itu aku bertemu dengan pria itu lagi secara tak sengaja di sebuah taman dekat rumah.
"Alace, kamu sudah siap?" Ia bertanya padaku dengan menjulurkan tangan nya yang besar untuk ku pegang.
"Apakah bisa? Lalu bagaimana dengan Mamah, Amara, Ryan, dan teman-teman ku yang lainnya? " Ucap ku padanya.
"hahahahaha... Tenang Alace semuanya sudah aku atur, aku akan mengubah semuanya kita anggap saja kau tak pernah ada di dunia ini Alace. Mamah mu, Amara, Ryan dan teman-teman mu akan baik-baik saja tanpa dirimu Alace lagipula mereka tak baik padamu" Ucap pria itu meyakinkan aku.
"Mari kita pergi!" Akupun dengan mantap dan tanpa ragu lagi mengucapkan hal itu.
Wah keren de ceritanya hihihi 😘