Sudah tiga hari semenjak ia di panggil ke ruang sidang siswa untuk memberi keterangan dan kebenaran atas kejadian yang menimpahnya, hari ini sebuah rumor jika Aura dan Jasmine kena diskors akibat perbuatan mereka langsung melesat cepat melebihi anak panah yang melesat dari busurnya membuat banyak yang bertanya-tanya juga tentang kehadiran Osis keamanan juga ruang sidang siswa yang di bawah naungan langsung oleh guru BK juga guru kesiswaan membuat jadi bahan candaan bagi siswa yang ketahuan berbuat nakal. Zahra selaku siswa yang pergi bersama petugas Osis keamanan langsung jadi sasaran pertanyaan dari teman sekelasnya terutama Rayla saat masuk ke dalam kelas, kini, usia pelajaran terakhir sudah selesai Zahra menyuruh Rayla, Intan, Ahmad dan si kembar untuk duluan sementara ia harus mengerjakan tugs piket. Hanya berlima dalam kelas itu selain Zahra, dengan cepat ia segera membersihkan lantai kelas dengan sapu agar bisa cepat selesai dan pergi ke rumah ekstrakulikuler panahan.
“Zahra!” Panggil Nisa tiba-tiba seraya menghampiri membawa serokan sampah plastik, Zahra berhenti menyapu lalu menoleh ke arah gadis itu.
“Ya…”
“Sebenarnya apa yang terjadi antara kamu sama Aura dan Jasmine?” Tanya Nisa to the point.
“Oh itu, panjang ceritanya. Tapi kusingkat saja agar kamu tahu letak permasalahannya dimana!” Sahut Zahra tenang. Lantas gadis itu menceritakan persis apa yang ia ceritakan pada Rayla juga kejadian pergi bersama tiga kakak kelas OSIS setelah ucapara bendera selesai. Setelah Zahra mengakhiri ceritanya raut wajah Nisa langsung datar lalu berkata,”Aku tidak tahu mana yang benar dan salah di antara kalian bertiga. Tapi yang jelas aku akan mengamati kalian, baru setelah itu aku akan percaya dengan ceritamu!” Ujarnya seraya berbalik dan pergi meninggakan serokan sampah yang sengaja di tinggalkan untuk Zahra.
Zahra diam saja, toh itu sudah keputusan Nisa dan ia tidak memaksa agar temannya itu percaya kepadanya. Kemudian di lanjutkan lagi pekerjaannya hingga selesai setelah itu bergegas pergi menuju A.E.O, akan tetapi alangkah herannya ia saat matanya menangkap sosok Mas Indra yang berdiri bersandar di gerbang sekolah sambil mendengarkan musik lewat headseat yang menyumbat kedua telinganya. Heran juga penasaran gadis itu lantas mendekati lalu menepuk bahu pemuda itu dengan ragu membuat sang empuh langsung menoleh ke arahnya dan langsung mematikan lagu yang sejak tadi di dengarnya.
“Mas Indra kok masih di sini? Nggak masuk ke rumah panahan?” Tanya Zahra penasaran dan heran.
Bukannya menjawab pertanyaan Zahra, pemuda itu dengan santai melepas benda yang menyumbat kedua telinganya dan memasukkan ponselnya ke dalam saku celana setelah itu pergi. Bingung, Zahra langsung mengikuti pemuda itu dan jalan di sebelahnya menuju A.E.O dengan canggung. Sepanjang perjalanan tidak ada sepata kata yang keluar dari salah satu dua insan membuat Zahra diam-diam melirik pemuda di sebelahnya yang menatap lurus ke depan yang diam seribu bahasa namun langsung menyapa satpam penjaga gerbang area ekstrakulikuler olahraga dengan ramah, di tengah keheningan tersebut tiba-tiba terlintas sebuah ide yang muncul di kepalanya. Gadis itu menoleh menatap ke arah Mas Indra yang masih dalam posisi sama kemudian berkata.
“Ng…Mas Indra!” Panggilnya.
Pemuda itu menoleh kemudian bertanya,” Ada apa?”
“Boleh aku tanya sesuatu!” gadis itu balik bertanya, merasa sungkan serta canggung di antara mereka berdua. Pemuda jangkung itu tiba-tiba berhenti membuat Zahra reflek ikut berhenti juga kemudian Mas Indra mengangguk tanda mengiyakan.
“Kemarin bagaimana kamu bisa dapat rekaman suara kami saat di toilet perempuan, terus apa kamu dan Mas Gentar bicara apa dengan pria asing itu saat sabtu kemarin?” Tanya Zahra bertubi-tubi. Mas Indra sedikit terkejut setelah mendengar Zahra menggunakan panggilan “Kamu” kepadanya namun dia seolah tidak memusingkannya lalu segera menjawab.
“Suara kalian terdengar jelas sampai ke toilet laki-laki, kebetulan aku berada di dalam toilet laki-laki dan tidak sengaja mendengarnya jadi kurekam setelah itu datang ke tempatmu buat memastikan kalau diantara suara itu ada suaramu! Lalu hari sabtu aku juga tidak sengaja melihat dan membaca postinganmu di Facebook saat main aplikasi itu, jadi aku dan Gentar bergegas mencarimu sesuai alamat rumahmu yang sebetulnya juga searah dengan ruma kami berdua walau beda blok kemudian mengirim rekaman itu kepada Pak Ryon saat aku melihatmu pergi bersama petugas Osis keamanan?” Jawab Mas Indra ikut menyebut dirinya dengan panggilan “Aku”.
Setelah mendengar penjelasan panjang lebar dari Mas Indra gadis itu hanya beroh panjang kemudian tersenyum sendu, rupanya pemuda itu sudah mengetahui dan melihat sendiri dirinya di bully dan di hajar oleh Aura dan Jasmine sampai-sampai dia memanggil Pak Ryon guna mengusir mereka. Semburat merah tipis terbit di pipinya yang sawo matang.
“Terima kasih, Mas Indra!” Ucap Zahra, mulai grogi dan kemudian lupa harus berkata apa lagi untuk pemuda itu.
Mas Indra menghela napas,”Kenapa kamu berterima kasih seperti itu? Sebaiknya kita bergegas cepat sebelum kena tegur Pak Rayan!” Ajak Mas Indra seraya melanjutkan langkahnya namun dengan cepat agar gadis itu tidak melihat merah tipis yang terlihat jelas di wajah tampannya, sontak Zahra berlari kecil mengejar kakak kelasnya itu menuju rumah ekstrakulikuler panahan yang sudah di depan mata.