Keesokan harinya, setelah bel istirahat berbunyi dan di saat teman-temannya bergegas ke luar kelas menuju kantin Zahra tetap di bangkunya dan segera mengeluarkan kotak bekal serta botol air dari dalam tas usai memasukkan buku pelajarannya ke dalam laci meja, Rayla yang baru saja memasukkan bukunya ke dalam tas dan menatap penasaran melihat teman sebangkunya membawa bekal.
“Kamu nggak jajan ke kantin?” Tanya Rayla.
Alih-alih menjawab Zahra menyendok potongan tempe bersama nasi ke dalam mulutnya, mengunyahnya setelah itu menelannya kemudian dia menjawab,”Nggak, mau hemat pengeluaran?” Setelah jawab gadis itu lantas memotong telur dadar menjadi banyak bagian lalu kembali menyendoknya bersama nasi serta sambal tomat dan memasukkannya ke dalam mulutnya. Seolah paham dengan kondisi Zahra hari ini Rayla memutuskan untuk tidak bertanya lagi dan pamit pergi ke kantin bersama teman-teman, seketika suasana di kelas itu berubah menjadi sepi dan hanya dia sendirian namun memilih untuk mengabaikan suasana tersebut dengan menghabiskan bekalnya. Sayangnya gadis itu tidak menyadari ada dua gadis yang mengintip dari balik ambang pintu setelah itu masuk ke dalam kelas mendekati meja Zahra kemudian mengebrak meja tersebut dengan keras membuat Zahra yang sedang mengunyah makanan terakhir hampir saja tersedak karena kaget yang kemudian buru-buru meneguk air dalam botol miliknya.
“Kenapa? Kaget ya? Tenang, itu hanya awalannya saja kok!” Ucap Aura riang.
“Lagipula ini hanya hukuman ringan akibat kamu tidak menuruti kemauan kami!” Sambung Jasmine tersenyum dan setelah itu berubah menjadi senyum sinis kemudian langsung menarik kerah seragam Zahra dengan kuat; dengan maksud membuat gadis di hadapannya berdiri. Sayangnya Zahra justru tidak bergeming di kursinya dan hanya seragamnya yang di tarik ke atas menyebabkan kancing bajunya lepas bagian atas sebab kuatnya cengkeraman Jasmine, untungnya Zahra memakai kaos hijau sebagai daleman.
“Ho’o…lihat, dia mau melawan rupanya!”Cicit Jasmine sambil menyeringai.
“Tahan dia, Jasmine!” setelah mengatakan itu Aura langsung melayangkan tamparan di pipi kiri Zahra dengan keras dan meninggalkan bekas merah setelah itu bertanya,”Katakan pada kami, kamu ikut apa? Apa kau sengaja menghindari kami? Padahal kau sudah tahu kalau kamu nggak bisa lepas dari kami karena apapun yang terjadi kamu adalah mainan kami yang paling berharga!” Ucap Aura yang kemudian kembali melayangkan tangannya ke pipi satunya; yang kali ini lebih keras agar Zahra mau menjawab, akan tetapi Zahra memilih untuk bungkam dan menerima serangan fisik dari Aura. Melihat gadis itu tidak mau menjawab Aura tanpa pikir panjang memasukkan tangannya ke dalam jilbab Zahra lalu menarik rambut panjang gadis itu dengan kuat. Sontak Zahra menjerit kesakitan dan berniat untuk melepas tangan Aura, akan tetapi Aura dan Jasmine dengan kompak menahan kedua tangan Zahra dengan cara menusuknya menggunakan garpu dan sendok milik Zahra. Ketika Aura dan Jasmine asyik membully Zahra tiba-tiba dari arah pintu kelas Rayla yang baru saja kembali dari kantin dan masuk membawa tiga kantung plastik berisi makanan kaget meliha Zahra di bully oleh Aura dan Jasmine. Marah melihat temannya di perlakukan seperti itu tanpa pikir panjang Rayla berseru.
“PAK RYON DATANG…PAK RYON DATANG!” Teriak Rayla, Aura dan Jasmine reflek menoleh ke belakang dan terkejut melihat kehadiran Rayla di kelas ini juga menyebut nama Pak Ryon. Panik, mereka berdua langsung lari terbirit-birit keluar dari kelas itu, takut akan di laporkan kepada guru BK karena ketahuan membully. Setelah dua gadis itu sudah pergi Rayla bergegas menghampiri Zahra yang segera merapikan seragamnya juga jilbabnya akibat perbuatan Aura dan Jasmine.
“Zahra, kamu nggak apa-apa?” Tanya Rayla khawatir.
“Iya nggak apa-apa?” Jawab Zahra singkat sembari meneguk air dari dalam botol, tanpa dua gadis itu sadari Pak Ryon yang melihat kejadian itu melalui kamera pegawas yang terhubung ke ruang BK tersenyum dan setelah itu berkata,”Hm menarik, bapak tandain wajahmu, Rayla!” iris cokelat terangnya masih memandang layar monitor melihat interaksi Zahra dan Rayla.
****
Di rumah ekstra panahan, setelah doa pembuka Zahra dan teman satu kelompoknya kembali ke posisi seerti kemarin memakai seragam olahraga sekolah asal serta membawa busur Horsebowi, lima set anak panah dan tas panah ( Quiver ) juga sepatu sport—Zahra memakai sepatu miliknya yang masih setia melekat di kakinya. Menahan nyeri di kedua jarinya saat menarik anak panah mengunakan Srtingbow saat memusatkan konsentrasinya dalam membidik ke arah papan target dan kemudian melepasnya membuat anak panah itu meresat dengan cepat dan menancap di lingkaran putih angka 3. Sekali lagi Zahra mengambil anak panah lalu memasangnya ke Stringbow dan menariknya dengan dua jari serta punggung ibu jarinya yang bergesek di bawah pipi serta iris mata cokelatnya yang fokus membidik dan…
CTAK…CLEEP…
Kali ini anak panah Zahra berhasil menancap di angka 6, tersebit perasaan puas setelah melihat anak panahnya membuat Zahra menyungging senyum. Lantas gadis itu kembali mengambil anak panah dari tas panah ( Quiver ) lalu mengulangi cara yang sama seperti tadi, saat hendak menembak kembali tiba-tiba bahu kanannya di tepuk dari belakang di iringi suara serak dan berat.
“Lebarkan sedikit kedua kakimu dan tegakkan punggungmu, jangan bungkuk!” Tegur Mas Indra. Otomatis Zahra langsung noleh ke arah Mas Indra, akan tetapi pemuda itu keburu balik badan setelah membenarkan posisi yang seharusnya Zahra lakukan, walau sempat kaget namun hanya mendengar suara Mas Indra barusan membuat jantungnya berdebar kencang serta merah tipis di kedua pipinya serta konsentrasinya yang mulai goyah. Tidak mau berpikir tidak-tidak Zahra memusatkan kembali konsentrasinya lalu menembak anak panahnya ke papan target. Dua jam kemudian latihan sore ini segera berakhir, selesai doa Zahra segera mendekati Mbak Fara yang tengah membongkar busur Standarnya beserta lima set anak panah dan tas panah ke dalam tas berbentuk persegi panjang berwarna hitam serta ada nama Mbak Fara di sana.
“Mbak Fara!” Panggil Zahra. Yang di panggil mendongak lau berdiri,”Ada apa, Zahra!”
“Mbak, Horsebow harganya berapa ya?” Tanya Zahra to the point.
Sebelum menjawab Mbak Fara berpikir sejenak setelah itu dia menjawab,”Kalau di toko online harganya berkisar 200 sampai 600 ribu? Tapi saran Mbak mending kamu beli busur yang kemarin kita datangin sebab takutnya kena penipuan?” Jawab Mbak Fara memberi saran.
“Lalu kalau harga busur kayak punya Mbak sama Mas Juna berapa?”
“Busur punya Mbak harganya satu juta lima ratus, kalau busur Mas Juna yang Recuvebow kalau tidak salah harganya dua atau tiga jutaan?” Jawab Mbak Fara. Zahra hanya beroh panjang setelah mendengar penjelasan harga busur dari Mbak Fara kemudian pamit pulang, menelusuri lorong rumah bernuansa klasik ia menarik napas dalam-dalam setelah mengingat harga busur tersebut sebelum menyadari empat pasang kaki berhasil menyusulnya membuat Zahra langsung noleh melihat Ahmad dan Intan yang jalan di sampingnya.
“Tadi kamu tanya apa ke Mbak Fara?” Tanya Intan penasaran. Begitu juga dengan Ahmad yang sebenarnya cuek-cuek saja tapi juga ikut penasaran. Sadar kalau ia di perhatikan saat sedang bicara dengan Mbak Fara.
“Bukan apa-apa, hanya soal harga busur yang kita pakai pas latihan?” Jawab Zahra. Intan dan Ahmad hanya beroh panjang setelah itu mengobrol membahas di luar kegiatan mereka sedangkan Zahra sibuk dengan pikirannya sendiri guna mencari solusi untuk mencari uang tanpa ketahuan Ibu. Setelah keluar dari A.E.O kaki Zaha lantas menelusuri jalan trotoar lalu belok kanan menuju ke arah rumahnya, namun dari kejauhan mata Zahra menangkap siluet seorang wanita muda yang sedang belanjaa di sebuah rumah warung memakai kaos oblong warna merah serta rok hitam panjang juga memakai kerudung berwarna merah. Tahu siapa wanita itu Zahra mempercepat langkahnya mendekati wanita tersebut kemudian menyapanya.
“Mbak Nita!” Panggil Zahra, agak ragu—takut salah orang. Mendengar ada yang memanggilnya wanita itu menoleh kemudian tersenyum ramah melihat kehadiran Zahra yang berdiri tidak jauh darinya.
“Hei, kenapa kau ada di sini? Baru pulang sekolah?” Tanya Mbak Nita. Merasa lega gadis itu dengan sopan mencium tangan wanita itu kemudian menjawab,”Iya Mbak? Lagi belanja?”.Mbak Nita mengangguk mengiyakan, lantas wanita muda itu mengajak Zahra pulang bersama-sama karena arah rumah mereka sama walau hanya beda belokan.
“Bagaimana sekolahmu tadi?” Tanya Mbak Nita.
“Alhmmdulilah baik, hanya saja tadi…aku di bully lagi secara fisik sama Aura dan Jasmine! Tapi itu sudah bukan apa-apa kok, lagipula aku mulai senang dengan kegiatan ekstra yang aku pilih?” Jawab Zahra riang.
“Oh begitu, Mbak sangat senang mendengarnya. Lalu ada kejadian apa di kegiatanmu hingga kamu bisa sesenang ini?” Tanya Mbak Nita lagi. Tanpa pikir panjang Zahra menceritakan semuanya pada Mbak Nita di sekolah sedangkan wanita itu hanya diam mendengarkan, membiarkan Zahra menuangkan beban yang di pikulnya. Setelah Zahra selesai bicara barulah Mbak Nita mengajak gadis itu mampir ke toko kecil yang menjual burger dan martabak yang baru saja buka kemarin, meski ingin pulang karena lelah namun Zahra tidak mau melewatkan kesempatan ini untuk mendapat traktiran gratis dari Mbak Nita. Setelah burger pesanan sudah jadi mereka berdua lantas duduk di bangku panjang samping toko itu dan menikmati burger selagi masih panas, baru satu gigitan sebuah ide muncul dalam benaknya kemudian menatap sejenak burger di tangannya.
“Kayaknya aku harus memikirkan modal kalau mau buat yang seperti ini!”Pikir Zahra menimbang. Setelah makanan itu habis sebelum pamit Zahra mengucap terima kasih kepada Mbak Nita setelah itu pergi,”Setelah mandi dan istirahat aku harus buat rencana untuk mencari uang dan nabung!”Pikirnya mantap dan kemudian mempercepat langkahnya menuju ke rumah.