"Suara?"

apakah Zahra dapat melewati traumanya dan menemukan tempat yang baik baginya?
Read More >>"> Archery Lovers (6. Tipuan ) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Archery Lovers
MENU
About Us  

Azan subuh telah kembali berkumandang dan biasanya di jam segini Zahra sudah siap untuk melaksanakan salat subuh, akan tetapi hari ini ia tidak kunjung bangun dari tidurnya dan malahan menarik selimutnya yang menutupi tubuhnya hingga menutup kepalanya. Baru saja gadis itu menikmati masa tidurnya tiba-tiba terdengar suara langkah kaki dan suara pintu kebuka lalu di susul dengan guncangan lembut di tubuhnya.

“Zahra, bangun nak salat subuh!” panggil Ibu lembut sembari mengguncangkan tubuh Zahra.

Pelan-pelan gadis itu menurunkan selimutnya sampai atas pangkal hidungnya lalu memandang wajah Ibu dengan pandangan masih mengantuk. Lantas gadis itu bangun kemudian memposisikan duduknya menjadi duduk setelah itu menurunkan kedua kakinya, Ibu segera beranjak berdiri lalu berjalan keluar menuju kamar Fani yang berada di seberang kamar Zahra. Masih mengantuk sekaligus kedinginan Zahra langsung berdiri dan pergi menuju kamar kecil untuk mengambil air wudhu, dalam hatinya ia ingin bolos sekolah namun takut jika di tanyai sesuatu oleh Ibu. Setelah salat subuh dan menjalani rutinitas pagi Zahra dan Fani segera berangkat ke sekolah. Baru saja ia menutup pagar tiba-tiba ponselnya bergetar dar dalam saku rok pramukanya, setelah di rogoh dan melihat ada pesan dari Rayla di layar ponselnya. Gadis itu langsung menekan pesan tersebut lalu membacanya, sejenak ia menghela napas sesaat sambil mengetik pesan kemudian mengirimnya ke nomor Rayla. Setelah memasukan kembali ke saku roknya ia mengajak Fani untuk bergegas menuju ke sekolah.

****

Selama pelajaran matematika berlangsung Zahra memandang tulisan di papan tulis berisi rumus dengan pandangan sedikit mual, dari kecil hingga sekarang tidak menyukai pelajaran matematika. Dua jam kemudian bel pergantian pelajaran telah berbunyi, Zahra akhirnya bisa bernapas lega setelah Pak Beni; guru matematika keluar dari kelas. Sambil menunggu guru lain masuk Zahra menompang dagu dengan sebelah tangannya sementara tangan satunya sibuk memainkan bolpointnya dengan cara diputar-putar tapi terjatuh saat mendengar suara Bu Lulu yang mengucap salam. dua jam kemudian akhirnya bel istirahat berbunyi,saat semua keluar kelas Zahra segera menghampiri Bu Laila yang hendak keluar.

“Bu Laila!” Panggil Zahra. Bu Laila menoleh.

“Bu saya mau nanya, ini soal formulir pendaftaran ekstrakulikuler! Bolehkah saya minta formulir lagi!” Pinta Zahra sedikit canggung.

“Oh boleh, kamu bisa ikut saya ke ruang guru!” Ucap Bu Laila. Lantas gadis itu langsung berjalan mengikuti wanita itu menuju ruang guru, saat menelusuri lorong matanya bergerak waspada ke sekitarnya; takut akan berpapasan dengan Aura dan Jasmine. Gadis itu bahkan sesekali menoleh ke belakang untuk memastikan jika mereka berdua datang dari arah belakang, sesampainya di ruang guru Zahra tidak lupa mengucap salam dan mengikuti Bu Laila sampai ke meja kerjanya. Setelah meletakkan bukunya ke atas meja wanita itu membuka laci mejanya dan mengambil salah satu formulir tersebut lalu memberikannya kepada Zahra, dengan senang gadis itu mengucap terima kasih setelah itu pamit untuk kembali ke kelas. Namun sebelum keluar ia melipat formulir itu dan memasukkannya ke dalam saku roknya lalu pergi.

10 menit kemudian bel masuk berbunyi dan pelajaran ke 5 segera di laksanakan. Selama pelajaran Zahra berusaha menahan lapar sebab sengaja tidak pergi ke kantin agar tidak berpapasan dengan Aura dan Jasmine setelah mengikuti pelajaran selama 4 jam bel istirahat kedua kembali berbunyi, bersama dengan teman sekelasnya Zahra ke luar membawa tas mukena dan memakai sandal jepit yang sengaja di bawa dari rumah lalu berjalan menuju masjid. Di dalam hatinya ia berdoa agar hari ini tidak di samperin Aura dan Jasmine sebab bosan dan lelah secara mental saat harus berhadapan dengan mereka berdua. Setibanya di masjid setelah mengambil air wudhu Zahra langsung mengambil barisan dan duduk di shaf perempuan paling depan yang sebagian sudah di tempati oleh siswa perempuan dari kelas lain, dengan cepat Zahra segera memakai mukenah baru yang sengaja di belikan oleh Ibu kepadanya dua hari sebelum masuk sekolah dan setelah itu menunaikan shalat sunnah. Tidak sampai 10 menit Zahra sudah selesai kemudian duduk dengan tenang sambill menunggu Iqomat berkumandang.

“Psst…hei”

Zahra yang sejenak melamun sontak ke arah sampingnya dan melihat seorang gadis memakai mukenah putih dengan motif bunga menatap Zahra dengan ramah dan hangat.

“Kamu anak kelas 10 ya?” Tanya gadis itu.

Merasakan aura tenang dan keibuan yang terpancar dari gadis itu membuat Zahra tanpa sadar mengangguk,”Iya Mbak?” Jawabnya pendek.

“Sudah daftar ekstarkulikuler belum?” Tanya gadis itu lagi. Sekali lagi Zahra mengangguk.

“Wah kau ikut ekstrakulikuler apa?”

Zahra langsung terdiam. Ia sedikit ragu dengan pilihannya namun tidak ada cara lain guna menghindari perundungan dari Aura dan Jasmine kepadanya, tetapi Zahra segera menjawabnya dengan lirih,”Panahan?”. Mendengar jawaban tersebut gadis itu menyungging senyum lalu menepuk bahu Zahra dan bertanya.

“Siapa namamun dek?”

“Zahra Mbak?” Jawab Zahra pendek.

“Senang bertemu denganmu, Zahra! Namaku Fara!” Ucap Mbak Fara memperkenalkan diri dengan ramah. Bersamaan di ujung kalimat suara Iqomat sudah berkumandang membuat semua siswa yang ada di dalam masjid segera berdiri ketika seorang pria muda yang menjadi imam masjid datang dan berdiri paling depan setelah itu bertakbir.

30 menit kemudian semua siswa yang baru saja selesai doa dan zikir segera meninggakan masjid termasuk Zahra yang mempercepat langkahnya lalu menyempil di antara kerumunan siswa menuju kelas—juga berusaha untuk menghindar dari Aura dan Jasmine, setibanya di kelas Zahra langsung duduk di mejanya sembari meletakkan mukenah miliknya di atas meja kemudian mengeluarkan kertas formulir yang ia dapat dari Bu Lulu di dalam saku roknya dan meletakkannya ke atas meja juga mengambil bolpoint dari laci meja, dengan yakin Zahra menulis nama dan kelasnya setelah itu mencentang kolom nama ekstrakulikuler panahan. Setelah mencentang gadis itu lantas mengedarkan pandangan ke sekitarnya juga ke arah jendela kelas guna memastikan dirinya tidak ketahuan oleh mereka berdua, merasa aman Zahra melipat kembali kertas itu lalu memasukannya ke dalam saku roknya kemudian mengeluarkan kertas formulir lain yang di tulis oleh Jasmine kemudian berdiri dan segera menyusul dua teman sekelasnya yang keluar kelas sambil membawa formulir menuju ruang guru. Akan tetapi di tengah perjalanan tiba-tiba tubuh Zahra sedikit terdorong ke depan oleh seseorang, jantung Zahra mendadak berdetak tidak karuan ketika tahu siapa yang mendorongnya tadi—Aura dan Jasmine rupanya, di tangan mereka ada kertas formulir yang tampaknya juga memiliki tujuan yang sama dengan Zahra.

“Nah…gini dong, ini baru yang namanya Teman!” Girang Jasmine sambil menepuk-nepuk bahu Zahra dan kemudian meremasnya dengan kuat membuat Zahra meringis.

Setibanya di ruang Guru mereka segera berpisah karena beda guru dalam mengumpulkan formulir, Zahra mengumpulkan kertas itu di meja Bu Lulu bersama dua temannya sedangkan Aura dan Jasmine mengumpulkan kertas itu ke meja Bu Niswah. Setelah mengumpulkan Zahra berniat menyusul dua temannya yang sudah keluar lebih dulu, tetapi Aura dan Jasmine keburu mencekal pergelangan tangan Zahra kemudian menyeretnya ke sebuah tempat. Dengan perasaan was-was di sertai detak jantung yang cepat membuat gadis itu berpikir jika mereka berdua akan membawanya ke halaman belakang seperti biasanya dan menyiksanya di sana, namun dugaannya meleset saat mereka bertiga tiba di sebuah aula sekolah yang luasnya 20x50 meter, saat berada di dalam ruangan itu Aura dan Jasmine langsung melempar Zahra dengan kencang—ingin gadis itu jatuh mencium lantai aula tapi gagal.

“Kemarin aku dan Aura tidak sengaja bertemu dengan Bu Rumi yang nantinya akan menjadi guru tari kita minggu depan, maka dari itu bagaimana kalau kita latihan dulu!” Saran Jasmine.

“Ah itu ide yang bagus, kalau begitu Zahra yang duluan melakukannya!” Seru Aura bersemangat.

Tubuh Zahra menegang serta ras takutnya muncul setelah mendengar perkataan dari Aura sedang Jasmine yang mendnegarnya tersenyum senang lalu menatap remeh ke arah Zahra,”Tunggu apa lagi, menarilah Zahra!” Titah Jasmine. Tidak mau mengulangi kejadian yang sama gadis itu dengan berani menggeleng kepala,” Tidak mau?! Kenapa tidak kalian saja yang melakukannya. Bukankah kalian selalu juara dan pandai dalam menari di banding aku!” Tepat Zahra menyelesaikan kalimatnya Jasmine dengan ringan tangan mendaratkan tangannya ke pipi kanan Zahra di sertai tatapan merah padam.

“BERANI BANTAH YA…KAMU?! CEPAT LAKUKAN APA YANG KAMI SURUH!” Bentak Jasmine dan kemudian kembali menampar pipi kiri Zahra yang kali ini lebih kuat dibanding tadi.

Merasakan perih di kedua pipinya Zahra tetap berani menggelengkan kepala, sudah cukup rasanya mengalami situasi pahit seperti ini dan sudah saatnya Zahra melawan. Aura dan Jasmine melihat gadis di hadapannya mulai berani melawan mereka dengan geram mereka berniat memukuli Zahra, namun sayangnya bel masuk keburu berbunyi lewat Speaker lorong.

“Arg padahal lagi seru-serunya!” Gerutu Aura kesal,”Kita kembali ke kelas, Jasmine!” Tambahnya seraya jalan keluar lebih dulu.

Jasmine berdecih kesal kemudian berbalik menyusul Aura meninggalkan Zahra sendirian di ruangan itu, ketika dua gadis itu sudah tidak terlihat lagi dari pandangannya Zahra membuang napas lega namun reflek meringis ketika kedua tangannya menyentuh pipin kanan dan kirinya yang kena tamparan lalu segera meninggalkan tempat itu. Tanpa Zahra sadari dari sudut atas ruang aula sebuah kamera pengawas merekam semua kejadian itu yang di lihat oleh seorang pria muda di sebuah ruangan.

“Gadis yang malang!” Gumamnya dengan pandangan masih tertuju pada layar monitor.

Mengambil langkah menelusuri lorong Zahra tidak kembali ke kelas melainkan pergi ke ruang guru, sambil mengucap salam kepada para guru di sana dan mendapat tatapan heran juga menyelidik ketika melihat gadis itu berjalan mendekati meja Bu Lulu yang sudah berada di kelas lain.

“Kamu anak kelas 10 ya? Kok nggak masuk ke kelas?” Tanya Pak Hardi; guru bahasa inggris. Dengan canggung Zahra menjawab,”Saya mau mengumpulkan formulir ke meja Bu Lulu, tadi saya salah mengumpulkan?”

Pak Hardi hanya beroh panjang setelah itu kembali melanjutkan pekerjaannya, tanpa pikir panjang Zahra mencari formulir miliknya di antara tumpukan milik teman sekelasnya lalu mengambilnya ketika berhasil menemukannya setelah itu menukarnya miliknya yang baru dari dalam saku roknya. Sebelum keluar Zahra dengan sopan kembali mengucap salam kepada guru kemudian cepat-cepat kembali ke kelas, seiring langkahnya menelusuri lorong Zahra menatap sekilas formulir yang di tulis Jasmine sebelum akhirnya di lipat dan di masukkannya ke dalam saku roknya.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Cinta Sebatas Doa
541      378     0     
Short Story
Fero sakit. Dia meminta Jeannita untuk tidak menemuinya lagi sejak itu. Sementara Jeannita justru menjadi pengecut untuk menemui laki-laki itu dan membiarkan seluruh sekolah mengisukan hubungan mereka tidak lagi sedekat dulu. Padahal tidak. Cukup tunggu saja apa yang mungkin dilakukan Jeannita untuk membuktikannya.
Magelang, Je t`aime!
594      442     0     
Short Story
Magelang kota yang jauh itu adalah kota tua yang dingin dan tinggal orang-orang lebut. Kecuali orang-orang yang datang untuk jadi tentara. Jika kalian keluar rumah pada sore hari dan naik bus kota untuk berkeliling melihat senja dan siluet. Kalian akan sepakat denganku. bahwa Magelang adalah atlantis yang hilang. Ngomong-ngomong itu bukanlah omong kosong. Pernyatanku tadi dibuktikan dengan data-d...
Konspirasi Asa
2024      641     3     
Romance
"Ketika aku ingin mengubah dunia." Abaya Elaksi Lakhsya. Seorang gadis yang memiliki sorot mata tajam ini memiliki tujuan untuk mengubah dunia, yang diawali dengan mengubah orang terdekat. Ia selalu melakukan analisa terhadap orang-orang yang di ada sekitarnya. Mencoba untuk membuat peradaban baru dan menegakkan keadilan dengan sahabatnya, Minara Rajita. Tetapi, dalam mencapai ambisinya itu...
STORY ABOUT THREE BOYS AND A MAN
11718      2344     34     
Romance
Kehidupan Perkasa Bagus Hartawan, atau biasa disapa Bagus, kadang tidak sesuai dengan namanya. Cintanya dikhianati oleh gadis yang dikejar sampai ke Osaka, Jepang. Belum lagi, dia punya orang tua yang super konyol. Papinya. Dia adalah manusia paling happy sedunia, sekaligus paling tidak masuk akal. Bagus adalah anak pertama, tentu saja dia menjadi panutan bagi kedua adiknya- Anggun dan Faiz. Pan...
Luka di Atas Luka
391      255     0     
Short Story
DO NOT COPY MY STORY THANKS.
Untitled
507      290     0     
Romance
This story has deleted.
AKSARA
3526      1451     3     
Romance
"Aksa, hidupmu masih panjang. Jangan terpaku pada duka yang menyakitkan. Tetaplah melangkah meski itu sulit. Tetaplah menjadi Aksa yang begitu aku cintai. Meski tempat kita nanti berbeda, aku tetap mencintai dan berdoa untukmu. Jangan bersedih, Aksa, ingatlah cintaku di atas sana tak akan pernah habis untukmu. Sebab, kamu adalah seseorang yang pertama dan terakhir yang menduduki singgasana hatiku...
(L)OVERTONE
1747      603     1     
Romance
Sang Dewa Gitar--Arga--tidak mau lagi memainkan ritme indah serta alunan melodi gitarnya yang terkenal membuat setiap pendengarnya melayang-layang. Ia menganggap alunan melodinya sebagai nada kutukan yang telah menyebabkan orang yang dicintainya meregang nyawa. Sampai suatu ketika, Melani hadir untuk mengembalikan feel pada permainan gitar Arga. Dapatkah Melani meluluhkan hati Arga sampai lela...
Smitten With You
8123      1980     10     
Romance
He loved her in discreet… But she’s tired of deceit… They have been best friends since grade school, and never parted ways ever since. Everything appears A-OK from the outside, the two are contended and secure with each other. But it is not as apparent in truth; all is not okay-At least for the boy. He’s been obscuring a hefty secret. But, she’s all but secrets with him.
Reality Record
2161      711     0     
Fantasy
Surga dan neraka hanyalah kebohongan yang diciptakan manusia terdahulu. Mereka tahu betul bahwa setelah manusia meninggal, jiwanya tidak akan pergi kemana-mana. Hanya menetap di dunia ini selamanya. Namun, kebohongan tersebut membuat manusia berharap dan memiliki sebuah tujuan hidup yang baik maupun buruk. Erno bukanlah salah satu dari mereka. Erno mengetahui kebenaran mengenai tujuan akhir ma...