Keesokan paginya selesai sarapan Zahra langsung berangkat ke sekolah bersama Fani, gadis itu sempat mengirim pesan singkat kepada Rayla dan dijawab bahwa dia sudah sampai didepan gang. Saat hampir sampai ia melihat Rayla sudah berdiri di samping mulut gang, gadis itu langsung menyapanya dan mengajak Rayla untuk berangkat bersama-sama.
“Dia adikmu ya?” Tanya Rayla saat melihat Fani yang berjalan disamping Zahra.
Zahra langsung menoleh ke arah Fani sekilas lalu kembali menoleh ke arah Rayla,” Iya, dia adikku yang paling kecil tapi rada ngeselin?” Jawab Zahra enteng.
Fani yang mendengar jawaban dari Kakaknya sontak langsung memukul pinggang Zahra dengan kencang membuat yang dipukul langsung mengaduh kesakitan. “Mbak juga ngeselin kok, malah lebih parah!” Bela Fani.
Zahra berniat membalas namun dia uruangkan karena ada Rayla, sementara Rayla tersenyum melihat interaksi kakak-adik itu lalu melihat ke depan. Beberapa menit kemudian Fani segera berpisah dengan Zahra dan Rayla, sepeninggal Fani mereka kembali melanjutkan perjalanan lalu belok ke kiri dan sampai di sekolah. Setelah melintasi halaman sekolah mereka menelusuri lorong lantai dasar akhirnya mereka sampai di kelas 10-3 IPS, kedatangan mereka sempat disapa oleh teman mereka yang sudah lebih dulu tiba di kelas juga suasananya di dalam kelas yang hanya beberapa siswa yang hadir. Setelah meletakkan tas diatas meja kemudian duduk mereka berdua mengobrol sebentar sambil menunggu bel masuk berbunyi, 10 menit kemudian bel segera berbunyi dan para siswa di sekitar kelas maupun di lapangan segera masuk ke dalam kelas termasuk teman sekelas Zahra. Setelah semua sudah duduk secara bersamaan Bu Laila masuk ke dalam kelas membawa dua tas beda ukuran; tas jinjing dan Totebag seraya mengucap salam, semua siswa termasuk Zahra segera menjawab, pandangan mereka seketika tertuju pada Totebag yang dibawa oleh guru mereka yang tampak tebal.
“Sebelum Ibu mulai pelajaran pagi ini Ibu akan memperkenalkan diri dulu. Perkenalkan nama saya Laila Nur Azizah, kalian boleh memanggil saya Bu Laila! Hari ini sebelum saya memulai pelajaran Bahasa Indonesia izinkan Ibu untuk membagikan formulir pendaftaran ekstrakulikuler kepada kalian, di sini kalian boleh memilih kegiatan yang ingin kalian ikuti dan masing-masing boleh memilih dua ekstrakulikuler yang berbeda. Ibu beri waktu seminggu buat kalian untuk memilih, jadi pikirkan baik-baik. Paham semuanya!”
“Paham Bu..”
Lantas Bu Laila satu per satu menghampiri meja para siswa sembari membagikan formulir tersebut, suara siswa yang saling berbisik mulai terdengar membahas soal kegiatan tersebut. Saat sampai di meja Zahra dan Rayla wanita muda itu memberika mereka berdua masing-masing formulir kemudian beralih ke yang lain.
“Zahra kamu mau ikut ekstrakulikuler apa?” Tanya Rayla setelah membaca isi dalam formulir tersebut.
Akan tetapi Zahra tidak menjawab. Matanya masih membaca deretan daftar nama ekstarkulikuler yang sebagian besar adalah bidang olahraga serta kolom jawaban yang harus di isi sesuai pilihan.
“Zahra!” Panggil Rayla.
Zahra menoleh, “Apa?”
“Kamu mau ikut ekstrakulikuler apa?” Rayla mengulang pertanyaannya.
“Aku nggak ikut apa-apa sepertinya?” Jawab Zahra dingin.
Kening Rayla seketika bertaut heran mendengar jawaban Zahra barusan, ditambah raut wajah temannya yang mendadak menjadi dingin ketika menatap kertas ditangannya. Rayla berniat bertanya kepadanya tetapi Bu Laila sudah keburu memulai pelajaran Bahasa Indonesia sehigga Rayla mengurungkan niatnya dan memerhatikan gurunya didepan kelas.
****
Ketika jam istirahat tiba semua siswa termasuk kelas 10-3 IPS segera keluar kelas menuju kantin, namun ada sebagian yang pergi ke lapangan untuk bermain bola. Di saat yang lain pergi ke kantin Zahra justru pergi ke masjid sekolah yang berada di samping sekolah dan diikuti Rayla.
“Zahra kamu nggak ke kantin?” Tanya Rayla saat mereka tiba di masjid, setelah melepas sepatu lalu masuk dan duduk di dalam masjid. “Terus kita ngapain disini?”
“Bukan apa-apa, aku merasa tenang saja jika beristirahat di dalam masjid! Kamu kalau mau ke kantin nggak apa-apa kok, kamu pasti lapar!” Ujar Zahra.
Rayla memang berniat pergi ke kantin namun dia tidak bisa meninggalkan temannya sendirian, akan tetapi perut Rayla sudah merengek minta di isi sampai akhirnya dia memutuskan untuk izin pergi ke kantin. Sepeninggal Rayla gadis itu menikmati suasana tenang dan hening sementara di sekitarnya tidak ada siapapun selain dirinya. Masjid itu tidak terlalu besar namun memiliki dua lantai, Zahra sengaja datang ke sini agar dirinya tidak bertemu dengan Aura dan Jasmine. Tetapi di sisi lain ia juga mulai kepikiran soal formulir pendaftaran ekstrakulikuler yang mengingatkan kembali tentang masa lalunya serta luka yang disebabkannya, tidak berselang lama Zahra melihat Rayla dari kejauhan yang sudah kembali dari kantin membawa kantung plastik transparan berisi banyak makanan. Setelah Rayla melepas sepatunya dan duduk disamping Zahra gadis itu mengambil salah satu roti rasa cokelat dari dalam kantung plastik lalu menyodorkannya pada Zahra.
“Aku nggak bisa makan sendiri kalau melihat temanku tidak makan! Ini, aku sengaja membelikannya untukmu. Kamu juga pasti lapar!” Ucap Rayla sambil tersenyum ramah.
Pepatah mengatakan rezeki jangan ditolak. Membalas senyum Zahra menerima roti tersebut seraya mengucap terima kasih lalu membuka pembungkusnya, suasana kembali hening dan hanya semilir angin yang lewat dan masuk ke dalam masjid serta membuat suasana didalam sana terasa sejuk dan damai. Selesai makan mereka segera kembali ke kelas sebelum bel masuk, namun setibanya di kelas seorang gadis bertubuh pendek; sama seperti dirinya tiba-tiba datang menghampiri mereka berdua.
“Zahra tadi ada yang nyariin kamu loh!” ujar Intan.
“Siapa?” Tanya Zahra penasaran.
“Hm…kalau tidak salah ingat namanya Aura sama Jasmine, mereka tadi ke sini buat nyariin kamu tapi kamu nggak ada, jadi mereka nitip pesan kalau kamu disuruh pergi ke halaman belakang sekolah buat menemui mereka sepulang nanti?” Jawab Intan.
NYUT…dada Zahra seketika terasa sakit mendengar kabar itu, sambil memasang senyum paksa ia mengucap terima kasih kepada Intan dan kemudian kembali ke mejanya. Selama pelajaran Bahasa Inggris Zahra tidak bisa fokus memerhatikan pelajaran yang disampaikan Pak Wawan karena pesan dari Aura dan Jasmine,’Kenapa selalu di halaman belakang sekolah’,Pikir Zahra gusar. Gadis itu sudah tahu apa yang ingin Aura dan Jasmine katakan kepadanya nanti, sambil menghela napas gusar serta malas ia berusaha untuk mengalihkan pikirannya dengan menyimak materi didepan kelas. dua jam kemudian bel pergantian pelajaran berbunyi, setelah guru ke luar kelas Zahra tidak bisa memerhatikan materi yang di terangkan akibat pikirannya yang sibuk dengan kemungkinan terburuk selepas pelajarn berakhir, bahkan gadis itu tidak sadar jika guru lain sudah masuk kelas dan pelajaran terakhir pun dimulai.