Seminggu setelah menjalani MOS dan di tutup dengan menginap di sekolah selama satu malam akhirnya Zahra bisa kembali bernapas lega walau sempat kembali was-was saat pembagian kelas dan sudah tidak sekelas dengan Aura dan Jasmine. Pagi ini seperti biasa Zahra berangkat lebih awal untuk bisa mengambil kursi paling depan, untungnya kelasnya berada di lantai dasar sehingga ia hanya melewati lapangan bendera lalu menelusuri lorong dan sampai di kelasnya, sesampainya disana ia melihat suasana kelas barunya yang masih sepi dan ia adalah siswa pertama disana. Tanpa pikir panjang Zahra langsung menghampiri meja paling depan barisan kedua dari kiri kemudian meletakkan tasnya dikursi dan disusul dirinya yang segera duduk disana, merasa punya waktu luang gadis itu memutuskan untuk mengambil ponselnya dari dalam tas kemudian membuka aplikasi Youtube memakai WIFI sekolah. Suasana yang tenang dan sepi di dalam kelas dan hanya terdengar suara ponselnya membuat Zahra sangat menikmatinya, akan tetapi pandangannya langsung berpaling saat mendengar suara gadis dikenalnya yang baru saja mengucap salam, Rayla.
“Wa’alaikumsalam!” Balas Zahra, tidak lupa ia mengPause video yang ditontonnya.
Rayla langsung menghampiri meja Zahra lalu duduk disampingnya,”Aku duduk sebangku denganmu ya!” Cicitnya kepada Zahra.
Zahra mengangguk saja dan setelah itu melanjutkan menonton video. Hening beberapa saat hingga Rayla membuka suara,”Ngomong-ngomong kita keliling sekolah yuk, mumpung masih pagi!” Ajak Rayla. Zahra kembali mengPause videonya lalu menoleh kearah Rayla dengan tatapan penuh tanya. “Bukannya waktu MOS kemarin kita sudah diajak keliling sekolah oleh Kakak panitia?” Tanya Zahra.
Sambil tersenyum polos Rayla menjawab, “Aku sebenarnya anak pelupa! Jadi aku harus datang ke banyak tempat sebanyak lima kali agar bisa ingat?”
Zahra seketika melongo setelah mendengar jawaban Rayla, namun di sisi lain ia masih punya waktu luang ditempat lain selain dikelas. Lantas dengan senang hati Zahra mematikan video lalu memasukkannya ke dalam saku rok Birunya kemudian mengajak Rayla keluar kelas. Sekolah itu memiliki tiga lantai, lantai pertama ada ruang kelas 10 dengan jumlah 4 ruangan. Dilantai tersebut juga ada ruang guru, ruang kepala sekolah serta wakil kepala sekolah dan paling ujung ada dua ruang kamar mandi dengan plang papan kamar mandi perempuan dan kamar mandi laki-laki. Lalu di lantai dua ada kelas 11 dengan jumlah 5 kelas serta terdapat ruang bimbingan dan konseling alias BK, ruang OSIS, ruang laboratarium, ruang komputer dan ruang bahasa sementara di lantai 3 ada kelas 12 dengan jumlah 5 kelas dan ruang perpustakaan. Ketika mereka berdua sampai di lantai tiga Zahra bisa melihat pemandangan kota Cirebon serta tiupan angin pagi yang terasa dingin di banding lantai sebelumnya. Selain itu bentuk sekolahnya seperti huruf ‘L’.
“Rayla kita kembali ke kelas yuk! Mungkin di kelas teman-teman sudah datang!” Ajak Zahra menghampiri Rayla yang tengah mengintip ruang perpustakaan lewat jendela. Masih posisi mengintip Rayla menjawab,”Iya sebentar?”
Sambil menunggu gadis itu puas mengintip Zahra kembali memandang hamparan bangunan di sekolahnya, awanya ia berjalan ke ujung lorong dan melihat halaman belakang sekolah yang menyatu dengan kantin; yang berukuran sedang tapi sedikit luas dengan banyak meja, selain itu terdapat masjid besar di samping sekolah yang jaraknya sedikit jauh dari kantin. Gadis itu sesekali menoleh ke belakang untuk memastikan Rayla selesai mengintip ruang perpustakaan yang masih terkunci, rupanya gadis polos itu tidak bergeming ditempatnya berdiri—masih asyik mengintip, lantas Zahra beralih ke ujung lorong satunya dan melihat banyak bangunan serta lapangan di sampingnya yang tampak sangat berbeda satu sama lain. Zahra teringat saat MOS kemarin Kak Bayu; kakak panitia MOS pernah mengatakan jika sekolah ini memiliki area khusus olahraga karena memiliki banyak kegiatan ekstrakulikuler bidang olahraga sehingga sekolah ini diberi julukan ‘SEKOLAH OLAHRAGA’ oleh warga setempat. Sayangnya sekolah ini justru tidak terlalu diminati dan dianggap sebagai sekolah anak buangan, kini Zahra mengamati tempat itu dengan tatapan takjub sekaligus tidak percaya karena bisa sekolah di tempat yang berbeda dari sekolah lainnya.
“Rayla balik ke kelas yuk!” Ajak Zahra untuk kedua kalinya.
“Iya!” Sahut Rayla singkat.
****
Bel pulang sudah berbunyi, semua siswa di sekolah itu mulai berhamburan memenuhi koridor kelas, Zahra masih merasa gugup setelah memperkenalkan diri di depan semua teman-temannya. Untungnya perasaan itu langsung leyap saat Bu Lulu; wali kelas Zahra yang baru membagikan jadwal pelajaran baru kepada siswa didiknya, wanita yang memakai hijab segi empat dengan kacamata tipis yang bertengger di pangkal hidungnya yang pesek selain itu wajahnya yang tampak sangat ramah dan tenang membuat semua siswa di kelas itu merasa sangat nyaman.
“Zahra rumahmu dimana?” Tanya Rayla yang berhasil membuyarkan lamunannya, saat ini mereka berdua baru saja keluar dari kelas menelusuri lorong menuju gerbang sekolah.
“Oh rumahku di gang 4 jalan bunga anggrek?” Jawab Zahra.
“Wah lumayan dekat rumahku dong, rumahku di gang 6 jalan bunga matahari!” Timpal Rayla. “Besok berangkat bareng yuk!” Sambungnya.
“Boleh...boleh, kalau begitu aku boleh minta nomormu nggak!” Gadis itu sangat senang ada teman yang searah dengan rumahnya.
“Boleh!” gadis itu lantas menurunkan tas yang bertengger dipunggungnya untuk mengambil ponselnya, setelah mengaduk isi tas tersebut dan mengeluarkan ponselnya yang memakai Casing telinga kucing. Sontak mata Zahra langsung tertuju pada telinga kucing tersebut.
“Wah imut sekali Casingmu!” Puji Zahra.
Rayla yang mendengarnya langsung melirik Casing ponselnya kemudian tersenyum,”Terima kasih. Tapi ini sebenarnya udah lama kok, aku berniat mampir ke toko aksesoris HP buat beli Casing baru!” Sahut Rayla. “Nah ini nomorku!”
Cepat-cepat Zahra mengeluarkan ponselnya dari dalam saku roknya lalu membuak telepon dan menekan tombol angka saat Rayla menyebut nomor ponselnya, setelah Rayla selesai gadis itu langsung memberi nama pada nomor itu lalu menyimpannya di kontak ponselnya. Lantas mereka segera keluar dan berpisah karena Rayla pergi ke arah lain untuk mampir ke toko aksesoris HP, beberapa menit kemudian Zahra sampai di gang 4 dan langsung belok ke kanan. Perasaan senang di hari pertama dengan memiliki teman baru membuat Zahra bersemangat, akan tetapi semangatnya seketika luntur dan langkahnya berhenti saat ia teringat dengan Aura dan Jasmine. Walau mereka berdua sudah tidak sekelas lagi dengannya namun ada kemungkinan mereka akan terus mem-bullynya dan memalak uangnya.
“Kuharap mereka berhenti mengangguku lagi!” Gumam Zahra seraya kembali melanjutkan langkahnya menuju ke rumah. setibanya di rumah setelah melepas sepatu Zahra langsung menghampiri Ibu yang sedang memasak untuk makan malam kemudian pergi ke kamarnya untuk ganti baju kemudian membantu Ibu dalam menyiapkan makan malam