Loading...
Logo TinLit
Read Story - Chapter Dua – Puluh
MENU
About Us  

Ego yang tertanam jauh dalam dada seringkali menyeruak memenuhi sel dalam diri. Pada akhirnya, dia menyebabkan diri hanya fokus pada diri sendiri. Angan pribadi, kebanggaan akan prestasi, dan nilai diri di atas individu sekitar. Atensi hanya melihat bahwa tujuan di sini memanglah memenuhi hawa di dada. Menggapai asa yang telah ditahan dan dibendung sedari lama. Sehingga, sosok di hadapan tidak mencuri perhatian, tidak menarik atensi, dan mustahil mengalihkan fokus.

Hanya salah satu dari deretan pemuda di hadapanku. Sekilas pandang yang bahkan tak terlalu kuingat bagaimana dirinya memperkenalkan diri. Sebatas ingatan samar akan sosok berbalut kemeja hitam berdiri di hadapan. Apakah menarik atensi?

Ayolah, aku bahkan tak acuh pada apapun di sekitarku jikalau hal tersebut tak memberi keuntungan untukku. Eksistensimu bahkan tak sanggup mengalihkan fokusku. Bahkan caramu memperkenalkan diri ketika games, sungguh tidak menarik minat barang sesaat.

“Perkenalkan, saya Adinata Narendra … Teknik Mesin 2021.”

Ah, jadi itu namanya. Jika tidak salah ingat, dia orang yang biasanya tak menggunakan virtual background selama pengkaderan online. Bahkan, ketika sesi pekernalan terus berjalan, aku hanya fokus untuk mengingat urutan nama karena memang aturan dalam permainan ini untuk menyebutkan kembali nama kader sebelum dirimu memperkenalkan diri. 

“Perkenalkan, saya Nayaka Rinka dari Jurusan Akuntansi 2021.”

Hingga ketika sesi perkenalan sampai pada giliranku, ya, aku sangat tahu bahwa nama yang baru keluar dari lisan sangatlah tidak asing. Bahkan, sejujurnya aku sangat tahu bahwa tidak ada yang tidak mengetahui nama itu sepanjang hampir setahun masa pengkaderan. Sungguh, siapa memangnya yang tidak me – notice calon kader yang selalu mengambil banyak atensi di dalam forum dengan tanggapan dan pertanyaannya?

Sombong, ya?

Tidak, tentu saja bagiku tidak demikian. Tapi, harus diakui, bahwa aku memang cukup tinggi hati karena telah lebih dahulu memulai start pengkaderan organisasi mahasiswa baik dari himpunan maupun Badan Eksekutif Mahasiswa. Sehingga, tanpa sadar, sedikit arogansi lepas dari kendali dan terpancar dari sorot mata.

Seperti sekarang, dalam ruangan ini, seluruh atensi yang mengarah padaku begitu familiar, sehingga mengalihkan perhatian akan sesi perkenalan sebelumnya. Tanpa menyadari bahwa seluruh orang yang ada di ruangan ini kelak akan menjadi partner selama satu periode ke depan setelah pelantikan, perasaan bangga dalam dada masih membara. Bukankah pada masa ini seharusnya aku lebih merendahkan diri dan menyadari bahwa biar bagaimanapun, tempat ini adalah zona baru dari yang sebelumnya. Versi lebih besar dan kompleks dibandingkan zona serupa ketika masih di sekolah. Bukankah aku hanya unggul karena kebetulan memulai garis permulaan terlebih dahulu?

.

.

.

Bagaimanapun sesi pengkaderan beberapa bulan lalu, tidak banyak kenangan yang bisa disimpan dalam memori. Pembatasan interaksi antar lawan jenis sebagaimana organisasi rohis pada umumnya, juga menyebabkan hal yang sama. Bahkan setelah berada di tim formatur, tak ada interaksi berarti dengan seseorang bernama Narendra itu.

Akan tetapi, Allah memang selalu punya rencana sendiri yang tentu saja lebih baik dari rencana makhluk fana semacamku. Koordinator Divisi Kaderisasi tempat dirinya berada memutuskan untuk menjadikan dia sebagai ketua pelaksana kegiatan gathering calon kader baru yang juga merupakan mahasiswa baru. Sesungguhnya, aku tidak tahu menahu bagaimana kegiatan itu direncanakan karena aku bukan bagian kepanitiaan.

“Rin, nomor suratnya aku pake, ya.”

Fokusku pada buku akuntansi syariah untuk persiapan kelas berikutnya teralihkan. Mendekat pada Airra dan monitor laptop yang menampilkan surat peminjaman tempat.

“Ini yang terbaru di room chat, kan? Boleh, pake aja, Ra. Langsung update penggunaan nomornya di drive, ya,” jawabku sekaligus mengingatkan.

Baru saja aku bermaksud kembali pada buku, tingkah laku Airra yang membuka ponsel untuk mencari kontak seseorang berhasil menarik perhatian. Apa yang baru saja Airra lakukan?

“Kamu … kirim ke Narendra langsung?”

“Ya, mau gimana lagi.”

“Kenapa nggak kirim ke grup panitia atau humas aja? Kan, sekalian, tuh, anak humas tahu biar langsung running tanda tangan, udah mepet juga soalnya,” ucapanku justru membuat Airra menghela napas kasar.

“Grup humas ada, tapi grup besarnya nggak ada. Yaudah, aku kirim ke Narendra biar dia tanda tangan, baru lanjut ke humas,” jelas Airra.

Sedikit mengganjal rasanya dengan tidak adanya grup besar seluruh panitia. Kepalaku mencoba untuk berpikir kembali barangkali ketuplak memang lebih memilih menggunakan grup penanggung jawab agar koordinasinya satu pintu. Tetapi, ketika Airra memperlihatkanku grup chatting agenda gathering hanya ditemukan keberadaan grup penanggung jawab dan humas.

Ting!

Suara notifikasi ponsel membuyarkan bingungku, namun begitu nomor asing yang tampak pada bar notifikasi, kernyitan di dahi kembali muncul. Nomor asing yang mengirimkan file dengan nama surat peminjaman tempat. Tunggu, ini surat yang dibuat Airra tadi sore. Dan ketika ikon kontak nomor tersebut ditekan, nama “narendraa.03” muncul pada layar menjawab tanda tanya di dalam kepala. Ah, benar, aku tidak menyimpan kontak orang ini.

Ketika pesan tersebut dibuka, wah, kalimat yang tersampaikan dalam bubble chat sopan sekali, ya. Membuatku cukup canggung sebenarnya, tapi kesampingkan hal itu. Perhatianku terfokus pada permintaannya untuk surat peminjaman yang baru karena terjadi perubahan tempat “lagi”. Sesungguhnya, bisa saja aku merevisi surat ini sekarang, namun di dalam Divisi Administrasi dan Keuangan kami menyepakati untuk setiap sekretaris fokus pada satu kegiatan yang dipegangnya tanpa job – nya diambil alih oleh sekretaris yang lain kecuali keadaan benar – benar mendesak. Melihat bahwa jam menunjukkan pukul delapan malam, ini tidak mendesak. Lagipula, bagian kemahasiswaan sudah tutup dan tidak mungkin Narendra akan running sekarang.

“Ini boleh aku ubah sendiri, nggak, ya, buat waktu sama tempatnya? Soalnya lupa belum ada space buat gladi.”

“Ditunggu aja, ya, Mas, suratnya lagi direvisi sama Airra.”

“Nggak boleh diubah, ya? Sekalian mau aku print mumpung lagi di luar,” pintanya.

Bukannya aku melarang, tetapi bagaimana mengatakannya, ya?

“Oh, sudah, Ukh. Ini baru aja dikirim sama Airra. Makasih, ya.”

Syukurlah revisinya selesai dengan cepat. Tunggu sebentar, aku teringat sesuatu.

“Mas, mau nanya. Ini emang nggak ada grup besar panitia, ya? Soalnya ini aku lihat kalau koordinasi lewat japri terus,” tanyaku sadar percapakan ini hamper saja berakhir.

“Eh, iya, Airra itu sekretaris buat gathering, ya. Aku kira koordinasinya cukup lewat Ukh Rinka aja baru nanti lanjut ke sekrenya.”

Entah kernyitan yang keberapa dalam satu hari ini. Pikiran tidak mengerti dan tidak habis pikir, pasalnya bagaimana bisa seorang yang bertanggung jawab terhadap administrasi kegiatan tidak berada di dalam chatting group panitia. Sungguh tidak wajar, seorang sekretaris tidak berada di dalam jalur komunikasi kalian.

Heh, guyonan apa ini?

“Itu … tetap lewat Airra, Mas. Soalnya aku sama Mbak Nia, kalau udah terjun di kegiatan kita monitoring dari sekben di situ.”

“Eh, gitu, ya, Ukh, baru tahu. Makasih, ya.”

Dengan perasaan dan kejadian itulah menjadi awal mula chatting pertamaku dengannya. Di dalam benak ini, rasanya masih kaget bahwa salah satu anggota divisiku tidak mendapat jalur komunikasi yang layak dengan ketua pelaksananya. Sebatas pesan terkait administrasi dan birokrasi. Tidak lebih, bahkan sangat segar diingatan bahwa aku begitu segan memanggil namamu.

Setelah percakapan via chatting berakhir, rasanya jadi lucu. Padahal seangkatan, namun sebutan “mas” mendahului namanya. Di sisi lain, istilah “ukh” sebagai panggilan lumrah di organisasi rohis yang terlontar ketika interaksi. Rasanya nostalgia mengingat kali terakhir aku mendapat panggilan itu adalah dua tahun lalu saat masih di rohis sekolah.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
The One
319      212     1     
Romance
Kata Dani, Kiandra Ariani itu alergi lihat orang pacaran. Kata Theo, gadis kurus berkulit putih itu alergi cinta. Namun, faktanya, Kiandra hanya orang waras. Orang waras, ialah mereka yang menganggap cinta sebagai alergen yang sudah semestinya dijauhi. Itu prinsip hidup Kiandra Ariani.
A Poem For Blue Day
235      182     5     
Romance
Pada hari pertama MOS, Klaudia dan Ren kembali bertemu di satu sekolah yang sama setelah berpisah bertahun-tahun. Mulai hari itu juga, rivalitas mereka yang sudah terputus lama terjalin lagi - kali ini jauh lebih ambisius - karena mereka ditakdirkan menjadi teman satu kelas. Hubungan mencolok mereka membuat hampir seantero sekolah tahu siapa mereka; sama-sama juara kelas, sang ketua klub, kebang...
Resonantia
402      340     0     
Horror
Empat anak yang ‘terbuang’ dalam masyarakat di sekolah ini disatukan dalam satu kamar. Keempatnya memiliki masalah mereka masing-masing yang membuat mereka tersisih dan diabaikan. Di dalam kamar itu, keempatnya saling berbagi pengalaman satu sama lain, mencoba untuk memahami makna hidup, hingga mereka menemukan apa yang mereka cari. Taka, sang anak indigo yang hidupnya hanya dipenuhi dengan ...
Mari Collab tanpa Jatuh Hati
4810      1786     2     
Romance
Saat seluruh kegiatan terbatas karena adanya virus yang menyebar bernama Covid-19, dari situlah ide-ide kreatif muncul ke permukaan. Ini sebenarnya kisah dua kubu pertemanan yang menjalin hubungan bisnis, namun terjebak dalam sebuah rasa yang dimunculkan oleh hati. Lalu, mampukah mereka tetap mempertahankan ikatan kolaborasi mereka? Ataukah justru lebih mementingkan percintaan?
Memento Merapi
21544      2277     1     
Mystery
Siapa bilang kawanan remaja alim itu nggak seru? Jangan salah, Pandu dan gengnya pecinta jejepangan punya agenda asyik buat liburan pasca Ujian Nasional 2013: uji nyali di lereng Merapi, salah satu gunung terangker se-Jawa Tengah! Misteri akan dikuak ala detektif oleh geng remaja alim-rajin-kuper-koplak, AGRIPA: Angga, Gita, Reni, dan Pandu, yang tanpa sadar mengulik sejarah kelam Indonesia denga...
Amherst Fellows
6469      1752     5     
Romance
Bagaimana rasanya punya saudara kembar yang ngehits? Coba tanyakan pada Bara. Saudara kembarnya, Tirta, adalah orang yang punya segunung prestasi nasional dan internasional. Pada suatu hari, mereka berdua mengalami kecelakaan. Bara sadar sementara Tirta terluka parah hingga tak sadarkan diri. Entah apa yang dipikirkan Bara, ia mengaku sebagai Tirta dan menjalani kehidupan layaknya seorang mahasis...
SABTU
2915      1188     10     
True Story
Anak perempuan yang tumbuh dewasa tanpa ayah dan telah melalui perjalanan hidup penuh lika - liku, depresi , putus asa. Tercatat sebagai ahli waris cucu orang kaya tetapi tidak merasakan kekayaan tersebut. Harus kerja keras sendiri untuk mewujudkan apa yang di inginkan. Menemukan jodohnya dengan cara yang bisa dibilang unik yang menjadikan dia semangat dan optimis untuk terus melanjutkan hidupn...
Kenangan Masa Muda
6992      1938     3     
Romance
Semua berawal dari keluh kesal Romi si guru kesenian tentang perilaku anak jaman sekarang kepada kedua rekan sejawatnya. Curhatan itu berakhir candaan membuat mereka terbahak, mengundang perhatian Yuni, guru senior di SMA mereka mengajar yang juga guru mereka saat masih SMA dulu. Yuni mengeluarkan buku kenangan berisi foto muda mereka, memaksa mengenang masa muda mereka untuk membandingkan ti...
Night Stalkers (Segera Terbit)
718      579     4     
Horror
Ketika kematian misterius mulai menghantui sekolah di desa terpencil, Askara dan teman-temannya terjebak dalam serangkaian kejadian yang semakin tak masuk akal. Dimulai dari Anita, sahabat mereka yang tiba-tiba meninggal setelah mengalami kejang aneh, hingga Ifal yang jatuh pingsan dengan kondisi serupa. Mitos tentang kutukan mulai beredar, membuat ketakutan merajalela. Namun, Askara tidak per...
A Story
312      248     2     
Romance
Ini hanyalah sebuah kisah klise. Kisah sahabat yang salah satunya cinta. Kisah Fania dan sahabatnya Delka. Fania suka Delka. Delka hanya menganggap Fania sahabat. Entah apa ending dari kisah mereka. Akankah berakhir bahagia? Atau bahkan lebih menyakitkan?