Musim buah mangga datang lagi, bunga-bunga yang bertahan meski hujan jatuh sudah mengandung bijinya masing-masing. Dulu, buah yang masih renik saja sudah terpisah dari pohonnya karena dicaplok oleh Gadis Bersinglet Putih yang muncul dari rumah bercat biru langit, dan gadis itu adalah aku. Seorang Andira yang akan menyerang tanaman besar milik randa cantik anak satu yang bernama Bunda Yohana.
Sekarang, pohonnya bisa membuahkan hasil transenden bahkan berhasil pada titik kematangan yang diasan. Aku seorang pencaplok mendadak pensiun, dan saat kuperiksa tempat ini, buahnya yang matang justru dibiarkan sampai jatuh dan membusuk.
Bukan hanya aku yang kesepian, tampaknya pohon mangga ini juga merasakan hal serupa. "Anan, buahnya pada busuk, hehe." Sambil berdiri di pinggir jalan yang 'tak jauh dari keberadaannya, aku bisa merasakan hantaman keras menyakiti hatiku. Tentang sangkala yang pernah kami lintasi bersama, tentang catatan manis di penghujung senja dengan pohon itu, juga tentang sebuah rasa yang mana rinduku jadi semakin meroket.
Pohon itu mampu terus berbuah saat musimnya, lantas mampukah aku tanpa dia untuk musim-musim buah mangga selanjutnya?
✪ ✪ ✪
Selamat datang di cerita MAMPU, tentang Andira dan Anandra yang mengasah kisah untuk menggapai satu kemauan bersama. Ceritanya biasa aja dan ringan seperti cerita-cerita saya yang lain, begitu juga saat kalian bersedia membacanya sampai habis, meski itu pilihan, tapi saya akan tetap sangat berterima kasih.