Mereka berdua pergi ke sebuah kedai es krim yang cukup terkenal di pasar malam tersebut, karena antriannya yang panjang Genandra meminta agar Akira menunggunya di sebuah tempat duduk dekat sana, biar dirinya saja yang memesankan es krim untuknya.
Sambil menunggu kedatangan Genandra, Akira tetap duduk di sana sama seperti apa yang laki-laki itu perintahkan. Karena dia mulai merasa bosan, Akira kembali memainkan handphonenya seraya mengayun-ayunkan kaki.
Tiba-tiba saja, tanpa diundang tiga orang laki-laki dengan satu perempuan datang menghampiri Akira yang sedang duduk sendirian.
Tampilan mereka acak-acakan, terlihat seperti anak nakal. Akira sedikit merasa ketakutan, ditambah lagi Genandra belum juga kembali.
"Hai Kakak cantik," sapa salah satu anak laki-laki dari mereka terdengar genit.
"Sendirian aja nih, main sama kita yuk!" ajaknya sengaja semakin berjalan mendekat kepada Akira.
Karena merasa tidak nyaman, Akira langsung berdiri dari tempat duduknya mengambil langkah mundur menjauhi mereka.
"Eng-enggak makasih," jawab Akira takut.
"Kok nolak sih? Hati Abang jadi sakit nih," ucapnya dan mendapat respon tawa dari ketiga temannya yang berdiri di belakang laki-laki tersebut.
"Sudah, main sama kita yuk! Kakak ngapain sih sendirian di sini?" Laki-laki itu terus berusaha untuk bisa memegang tangan Akira.
"Kok gak mau dipegang sih tangannya? Kakak pasti belum punya pacar kan? Sudah sini sama aku aja."
"Gue cowoknya, lo mau apa?" terdengar suara Genandra masuk di telinga Akira, ia dibuat terkejut dan juga lega, tahu-tahu anak itu sudah berdiri di belakangnya.
Genandra menaruh satu lengannya di pundak Akira, seperti menunjukkan kepada mereka kalau gadis itu adalah miliknya.
"Ck ah, gak asik," decak laki-laki tersebut lalu mengajak teman-temannya pergi menjauh dari sana.
"K-Kak Genan, makasih."
"Iya sama-sama, maafin gue ya sudah buat lo nunggu lama," balas Genandra merasa bersalah, dari raut wajahnya saja dia sudah tahu kalau gadis itu sempat merasa ketakutan.
"Udah, mereka gak bakal berani ganggu lo lagi, nih es krimnya biar mood lo kembali tenang," sambung Genandra memberikan es krim tersebut kepada Akira.
"Terima kasih Kak," balas Akira seraya menerima es krim tersebut.
"Gue gak tahu lo suka rasa apa, jadi gue pakai feeling aja," Genandra membelikan es krim rasa stroberi bercampur vanilla untuk Akira, karena salah satu alasannya adalah semua perempuan pasti menyukai paduan rasa itu.
"Sudah kelar makan es krimnya?" tanya Genandra.
"Sudah," jawab Akira sudah melahap habis es krim tersebut. Sangat manis!
"Ikut gue yuk!" Genandra langsung menggenggam tangan gadis itu, mengajaknya pergi ke suatu tempat.
"Ke... kemana Kak?" tanya Akira hanya bisa pasrah, tangannya digandeng oleh Genandra. Senang? Tentu saja.
"Kita naik itu!" Genandra menunjuk kepada sebuah wahana komedi putar. "Mau kan?"
"Oke, Akira mau."
Akhirnya, seluruh wahana yang ada di dalam pasar malam itu sudah dijelajahi satu-persatu oleh kedua remaja tersebut. Mereka berdua bersenang-senang di sana, sampai bergurau dan bercanda tawa bersama.
Sesekali ketika perut mereka lapar, Genandra membelikan makanan terlebih dahulu untuk Akira dan dirinya. Tak lupa juga, sebuah boneka lucu untuk gadis itu.
"Haha, seru banget yah Al, udah lama banget kita gak seru-seruan kayak gini," ujar Genandra tertawa lepas, hingga lupa dengan apa yang ia katakan.
Akira mengerutkan keningnya, selepas mendengar Genandra mengatakan nama seseorang. "Al? Al siapa Kak?" tanya Akira.
"Mak... maksud gue, Akira," jawab Genandra langsung membenarkan ucapannya.
"Owh, kirain Kakak sebut nama siapa tadi," ujar Akira tersenyum sambil memeluk boneka beruang putih pemberian dari Genandra itu.
"Gawat, jadi keceplosan gue," batin Genandra harus lebih ekstra hati-hati.
"Kita pulang yuk, udah larut juga. Nanti takutnya Kakak lo nyariin," ucap Genandra melihat ke arah jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya.
"Iya, yuk Kak kita pulang," balas Akira yang juga sudah merasa lelah, malam ini terasa begitu menyenangkan.
********
"Gue anter sampai sini aja ya, lo bisa pergi sendiri kan?" tanya Genandra yang sudah sampai di depan pagar rumah Akira.
"Bisa kok Kak, sekali lagi terima kasih ya Kak, sudah mau ngajak Akira jalan-jalan," balas Akira berterima kasih.
"Iya sama-sama," Genandra melihat Akira membuka pintu mobilnya dan berjalan menuju pintu rumah, sebelum masuk ke dalam ia melambaikan tangan terlebih dahulu kepada Genandra.
Setelah memastikan Akira sudah masuk ke dalam rumahnya, barulah ia mulai pergi dari sana. Di dalam perjalanan kembali ke rumah, Genandra mulai memikirkan kembali apa saja yang sudah ia lakukan tadi bersama dengan Akira sewaktu di pasar malam.
Entah kenapa, Genandra merasa menyesal telah melakukan hal itu. Bohong, ia merasa sudah membohongi gadis kecil itu.
"Aleena, maafin gue." Sejak Genandra mengajak Akira untuk menaiki semua wahana-wahana yang ada di dalam pasar malam tersebut, tangan yang ia genggam, wajah yang ia lihat, bahkan pikirannya pun tidak berpikir kalau itu adalah Akira. Melainkan, Genandra sedang membayangkan kalau dia adalah Aleena.
Kenangan akan mantan kekasihnya yang sudah lama tiada itu, tidak bisa dengan mudah Genandra lupakan begitu saja. Bahkan sewaktu bersama Akira pun, Genandra masih terbayang akan sosok Aleena.
"Tidak apa-apa Genandra, satu hari sudah selesai. Kurang empat belas hari lagi, maka penderitaan ini akan segera berakhir," gumam Genandra, pandangannya fokus pada jalanan yang berada di hadapannya.
Semangat kak yok up lagi😗
Comment on chapter Mas fiksi lebih menggoda