"Lo berdua darimana aja sih?" sebal Genandra melihat kedatangan Novan dan Alam menenteng kantong kresek yang berisi makanan.
"Maaf Gen, tadi antriannya panjang banget, makanya lama," jawab Alam.
"Ngapain harus pake marah-marah segala sih, kita perginya cuman sebentar kok," sahut Novan.
"Dua jam lo pikir sebentar!"
"Gue hampir lumutan nungguin lo berdua di sana, tahu-tahu begini ujungnya mending gue gak ikutan tadi," pungkasnya dan berlalu pergi mendahului Alam dan Novan.
"GANTENG-GANTENG NGAMBEKAN!!!!" teriak Novan sangat keras, hingga membuat seluruh perhatian seisi mall tertuju kepada mereka.
"Lo ngapain sih Van," tegur Alam menepuk keras punggung Novan. "Urat malu lo sudah putus ya."
"Ayo cepetan, kita susul dia!" ajak Alam langsung menarik paksa lengan Novan, menyusul kepergian Genandra yang sudah lumayan jauh di depan sana.
"Gen tungguin kita!" panggil Alam berusaha mensejajarkan langkahnya dengan Genandra.
"Gen, jangan marah dong, gue cuma bercanda aja kok tadi," tambah Novan.
"Gue ingin ke toko itu karena mbak-mbak penjualnya cantik Gen, lo paham sendiri kan sahabat lo ini suka sama yang bening-bening. Katanya Alam doyan."
"Lo!" geram Alam mencubit pinggang Novan disertai sorot mata tajam. "Gue cabut mulut lo ya," Pungkas Alam membuat Novan menelan ludah, laki-laki itu benar-benar horor kalau sudah marah.
"Hehehe, canda Lam canda," cengir Novan merasa takut.
Akhirnya, Genandra, Alam dan juga Novan memutuskan untuk pulang, mereka berjalan bersama-sama menuju pintu keluar mall. Tetapi, ditengah-tengah perjalanan tiba-tiba saja Novan memberhentikan langkahnya sehingga Genandra dan Alam ikut berhenti juga.
"Kenapa Van?" tanya Alam penasaran.
"Eh itu, itu si Akira bukan?" tunjuk Novan kepada seorang perempuan tak jauh dari keberadaan mereka bertiga, sedang berjalan beriringan bersama laki-laki.
"Masa sih?" balas Alam ikut menoleh ke mana arah jari telunjuk Novan pergi.
"Eh iya Gen, itu Akira. Dia lagi sama siapa," ujar Alam penasaran, dengan seorang laki-laki yang ada di samping Akira.
"Jangan-jangan... itu pacarnya lagi," tebak Novan melirik kepada Genandra, mencoba untuk memanas-manasi anak itu. Bukan Novan namanya kalau tidak suka mencari masalah.
"Salahnya Genandra sih, gak mau terima perasaan dia, jadi punya cowok baru kan sekarang."
"Ehem, cakep lagi," tambahnya.
"Haha," Genandra tertawa sinis menanggapi perkataan Novan, melihat Akira berjalan bersama laki-laki lain yang tidak dia kenali, bibirnya tersenyum smirk.
"Bullshit," batin Genandra, sorot matanya kembali menajam, "ayo kita pergi!" ajaknya berjalan terlebih dahulu dan diikuti oleh Alam.
"Sinting," mata Novan memicing menatap punggung Genandra yang mulai menjauh. "Bilang aja kalau cemburu."
********
Tak terasa malam telah tiba, sang bulan muncul menampakkan sinarnya diselimuti awan hitam pekat bertabur bintang-bintang. Semilir angin sejuk melewati celah-celah jendela, membuat tirai berwarna biru itu melambai-lambai karenanya.
"Tidur gih!" ucap Arzan duduk di tepi kasur Adiknya, Akira yang sudah berbalut selimut, siap untuk tidur dengan kondisi mata setengah terbuka. Pucuk kepalanya dibelai begitu lembut oleh Arzan, membuat gadis itu semakin lama semakin mengantuk.
"Kak," panggil Akira.
"Iya?" jawab Arzan.
"Bunda sama Ayah kapan pulang? Akira kangen," ucap Akira merindukan kedua orang tua mereka, sudah hampir dua tahun lamanya Akira dan Arzan ditinggal pergi oleh mereka karena harus bekerja di luar kota.
Walau setiap bulannya Bunda dan Ayah mereka rutin mentransfer uang dengan jumlah yang tidak sedikit tentunya, Arzan dan Akira akan jauh lebih senang jika mereka pulang kembali ke rumah, dan bisa berkumpul bersama-sama lagi.
Arzan juga bekerja di sebuah pabrik sembari kuliah, diusianya yang sekarang ia tidak mau hanya bergantung pada penghasilan orang tuanya saja, dia juga ingin memiliki uangnya sendiri dan bisa membelikan apapun yang Akira mau. Sebab untuk saat ini, hanya Akira yang Arzan punya.
"Iya nanti, Bunda bilang bulan depan mereka bakal pulang. Mending sekarang kamu tidur aja ya, besok Akira harus sekolah," Balas Arzan terpaksa harus berbohong, bahkan kedua orang tuanya tidak memberikan kepastian kapan mereka akan pulang.
"Iya Kak, Akira sudah gak sabar ketemu sama mereka," akibat belaian dari Arzan yang begitu hangat, mata Akira semakin berat dan perlahan-lahan mulai tertidur.
"Maaf Dek, Kakak harus bohong," lirih Arzan merasa bersalah, memandang wajah Akira yang sudah tertidur pulas.
Arzan menurunkan tangannya dari kepala Akira, menaikkan sedikit selimutnya sampai menutupi setengah tubuh Akira, dan perlahan bangkit dari kasur agar gadis itu tidak terbangun.
Arzan berjalan keluar dari kamar Akira dan menutup pintunya dengan sangat pelan. Di depan pintu kamar, dia merasakan saku celananya bergetar, ia segera mengambil benda pipih itu dari dalam sana.
Bunda just sent you a message~
Arzan:
"Assalamu'alaikum Bunda, Bunda sama Ayah kapan pulang? Akira baru pulang dari rumah sakit, katanya kangen sama kalian."
Bunda:
"Wa'alaikumussalam, iya nanti Bunda sama Ayah pulang kok. Ini masih banyak pekerjaan di luar kota Arzan, bilang sama Adik kamu gak perlu terlalu banyak pikiran, tolong jaga Adik kamu baik-baik ya!"
Arzan:
"Mmmm, tapi kata dokter sakit Akira makin parah Bun, dia butuh Bunda sama Ayah juga di sini."
Bunda:
"Sudah Ar, kamu sudah besar harusnya bisa mengerti posisi Bunda sama Ayah sekarang. Kita berdua di sini juga banting tulang cari uang buat kalian, besok Bunda transfer uang lagi ke rekening kamu, kamu bisa gunakan itu untuk berobat Akira."
Arzan:
"Oke Bunda, Bunda sama Ayah jaga diri baik-baik ya di sana. Jangan sampai telat makannya, kita di sini sayang kalian."
Itulah balasan pesan terakhir Arzan kepada Bundanya, ia tersenyum kecut membaca isi percakapan chat tersebut. "Kita gak butuh uang kalian, kenapa Bunda gak bisa mengerti sama sekali," ujar Arzan kecewa.
********
-Di dalam kamar Genandra.
Saat ini, Genandra sedang fokus belajar, ditemani beberapa tumpukan buku di atas meja, tak lupa juga dengan lampu belajar berbentuk karakter baymax yang dibelikan oleh Papa.
Genandra adalah tipe anak yang rajin, dan suka akan tantangan terutama soal pelajaran. Cita-cita dia adalah menjadi seorang dokter, dan dapat mendirikan sebuah rumah sakit nantinya.
Walaupun Genandra berasal dari keluarga kaya, ketika masuk ke dalam SMA favoritnya saja, dia tidak memerlukan uang Papanya supaya bisa diterima di sana. Dia lebih memanfaatkan nilai-nilai rapot nya yang rata-rata mendapatkan predikat A plus, serta piagam-piagam perhargaan non-akademik dan akademik yang ia peroleh.
Bahkan sampai anak-anak yang mau mendaftar di sekolah itu saja ketar-ketir, melihat betapa banyaknya prestasi yang dimiliki oleh Genandra.
"Dasar," umpat Genandra tiba-tiba memikirkan soal Akira. Di dalam pikirannya kembali terekam kejadian tadi, di saat Genandra melihat Akira berjalan bersama laki-laki tidak dikenal itu.
"Ah!" desahnya melempar bolpoin yang ia pegang ke sembarang arah, "ngapain gue harus mikirin dia?" kesalnya, mood belajar Genandra hilang seketika.
"Harusnya lo itu senang Gen, kalau dia sampai benar punya cowok sekarang. Jadi lo gak perlu lagi buat susah-susah jauhi dia," ucap Genandra merasa bingung dengan apa yang sekarang dia rasakan, apa dia cemburu? Tidak mungkin kan.
Semangat kak yok up lagi😗
Comment on chapter Mas fiksi lebih menggoda