"KAAKKK KAK GENAN, KAAKKKK!!!!" teriak Viola menggedor-gedor pintu kamar Genandra sangat keras, sampai suaranya menggema seisi rumah.
"Ck apaan sih Dek," decak Genandra sembari membuka pintu kamar dengan handuk kecil yang menggelantung di lehernya.
"Astagfirullah, aurora nya Kakak," kaget Viola langsung menutup kedua matanya dengan telapak tangan, seketika pipi Viola menjadi merah saat melihat Genandra keluar dengan hanya menggunakan celana pendek saja, tanpa ada sehelai kain yang menutupi tubuh bagian atasnya.
"Lo kenapa sih?" tanya Genandra bingung melihat sikap aneh Adik perempuannya itu, Viola mengintip sedikit dari sela-sela jarinya, terlihat perut sixpack milik Genandra dengan sisa-sisa air sehabis mandi.
"Perut lo Kak, meresahkan!" sebal Viola memukul perut Genandra penuh kekuatan.
"Sakit La, lo gila apa!" marah Genandra merasakan nyeri dibagian perut selepas terkena pukulan sang Adik.
"Gue laper, masakin gue nasi goreng dong Kak. Lo kan jago masak," pinta Viola kepada Genandra.
"Masak aja sendiri, lo kan cewek masa gak bisa masak, malu kali," jawab Genandra menekuk wajah, dia masih merasa kesal kepada Viola.
"Gue punya Adik cewek gini amat," batin Genandra heran, kira-kira dulu Nyonya Sena mengidam apa sampai melahirkan anak perempuan bar-bar seperti ini.
"Tapi gue gak bisa masak Kak, masa lo tega banget sih sama gue. Ya udah, kalau lo gak mau masakin gue, gue pesen aja."
"Ya udah sini gue ajarin masak, pesen-pesen terus aja lo, buang-buang duit," jawab Genandra lalu pergi sebentar ke dalam kamar untuk mengambil kaos, dan kembali keluar menuju ke dapur bersama Viola yang mengekor di belakangnya.
Sesampainya di dapur, Genandra mulai mengotak-atik laci-laci dapur, memeriksanya satu-persatu untuk mencari bahan-bahan yang anak itu butuhkan untuk membuat nasi goreng.
"Makan yang dibikinin Bunda aja, itu sudah siap di meja tinggal dimakan," ucap Genandra mendapati bahan-bahan di dapur sudah habis, hanya tersisa satu telur saja di dalam kulkas.
"Gue gak doyan ikan Kak, gue maunya nasi goreng buatannya Kak Genan," manja Viola memasang muka cemberut.
"Ini nih, yang bikin gue males banget punya cewe," batin Genandra harus ekstra lebih sabar.
"Bahan di dapur sudah pada habis, cuman tinggal telur satu di kulkas, lo mau?" tanya Genandra, Viola hanya menggelengkan kepala dengan bibir monyong seperti bebek.
"Enggaaak, Viola maunya nasi goreng," rengek Viola dengan ekspresi puppy eyes nya, Genandra menghela napas kasar lalu menarik lengan gadis itu menuju ke suatu tempat.
Genandra terus menarik lengan Viola, sedangkan gadis itu hanya bisa diam menuruti kemana Kakaknya membawa dia pergi. Sesampainya di meja makan, satu tangan Genandra menarik satu kursi, dan menyuruh Viola untuk duduk di sana.
"Ngapain suruh Viola duduk di sini? Kan nasi gorengnya belum dibikin," bingung Viola yang sudah duduk di kursi tersebut, Genandra tidak merespon pertanyaan Viola sama sekali, lelaki itu sibuk mengambil sepiring nasi dan satu ikan goreng yang sudah disiapkan oleh Nyonya Sena di atas meja.
"Buka mulut lo!" suruh Genandra menyodorkan sesendok nasi ke mulut Adiknya.
"Hmp, enggak! Viola gak suka ikan, gue gak mau makan ini," jawab Viola menutup mulutnya rapat-rapat, tidak memberikan celah sedikitpun agar suapan dari Genandra itu bisa masuk.
"Gue bilang buka La!" pinta Genandra sekali lagi.
"Gue gak mau makan ini, gue maunya nasi goreng titik," tolak Viola sekali lagi.
"Hah," desah Genandra merasa geram, dengan perlahan ia mulai mencoba mengatur emosinya, berusaha untuk menahan amarah. Kesabarannya benar-benar diuji ketika berhadapan dengan Viola.
"Viola sayang, makan yuk Dek! Kasihan Bunda sudah susah-susah masakin ini buat kita," bujuk Genandra mampu membuat Viola membeku, baru kali ini gadis itu dipanggil sayang olehnya.
"Buka mulut lo," Viola hanya bisa menurut, mulutnya mulai terbuka dan suapan pertama masuk ke dalam sana. Bahkan ia sampai tidak sadar kalau makanan yang dia makan adalah ikan, lauk yang tidak disukai oleh Viola. Tetapi, karena kondisi pikirannya yang saat ini tidak karuan, sepiring makanan itu habis tak tersisa.
"Doyan juga lo," sindir Genandra selepas selesai menyuapi Viola, mengambilkan segelas air putih dan diberikan kepada Adiknya.
"Terpaksa," ketus Viola meneguk segelas air putih itu sampai tandas.
"Ngomong-ngomong, Kak Genan lagi deket sama cewek ya."
"Random banget pertanyaan o," balas Genandra.
"Ih gue beneran tanya, kak Genan sekarang lagi deket sama cewek kan? siapa namanya, Akira?"
"Gue gak kenal sama cewek yang namanya Akira," dingin Genandra seketika mood lelaki itu langsung berubah.
"Kok wajah Kakak langsung berubah jutek sih? Kakak lagi berantem ya sama dia? Eh emang Kak Genan sudah jadian?"
"Sudah gue bilang, gue gak kenal sama dia!" balas Genandra sedikit membentak.
"Lagian siapa sih yang ngasih tahu lo soal cewek itu?" sambungnya, sebab ia sama sekali tidak pernah memberitahukan tentang Akira kepada Viola.
"Teman Kakak," jawab Viola. "Kak Novan sama Kak Alam."
"Sudah gue duga," batin Genandra yang sudah bisa menebak, siapa dalang dibalik semua ini.
"Gue juga sudah pernah ketemu kok sama dia, walau gak sempet ngobrol sih. Tapi cantik juga anaknya, imut. Cocok loh sama Kakak," ujar Viola.
"Sudah lah Kak terima aja, lagian kata Kak Novan cewek itu sudah mati-matian buat dapetin hati Kakak, kasih kesempatan dikit lah. Akira itu lucu juga loh Kak, lumayan bisa disuruh bilang ara-ara nanti kalau kalian sudah jadian," Viola tidak henti-hentinya menggoda Genandra, sekarang telinga laki-laki itu sudah panas mengepul asap.
"Kak!" panggil Viola mencolek lengan Genandra. "Lo kenapa sih kak?"
"Kak Genan yakin gak mau sama Akira, sayang loh Kak. Tipe cewek lo emang kayak gimana sih? cewek manis gak doyan, apa jangan-jangan lo demennya sama tante-tante ya."
"Terserah, gue mau ke kamar," balas Genandra berdiri dari tempat duduknya, dan pergi begitu saja meninggalkan Viola.
"Yeee ngambekan jadi cowok," ledek Viola menatap punggung sang Kakak yang mulai menjauh, sedangkan Genandra tidak menggubris perkataan dari gadis itu sama sekali.
Semangat kak yok up lagi😗
Comment on chapter Mas fiksi lebih menggoda