Loading...
Logo TinLit
Read Story - Kembali Bersama Rintik
MENU
About Us  

Ini adalah hari terakhir perayaan di sekolah, setelah menjalani dua hari acara-acara yang menyenangkan, sekarang saatnya untuk menikmati malam puncak bersama.

“Yar, ayo ikut gue ke depan,” Al dengan membawa beberapa kertas yang berisi rundown dan dokumen lainnya.

Yara yang tengah duduk tiba-tiba mendadak berdiri bukan karena bersedia ikut Al, ia memanggil salah satu rekannya dan menyuruhnya untuk iku bersama Al,

“Gue masih sibuk Al, sama dia aja ya, gue pergi dulu.” Yara tampaknya mencoba untuk tidak terlalu dekat dengan Al, bukan apa-apa, ia hanya tidak ingin merasakan sakit yang lebih dalam karena harapan yang terlalu dalam. Yara kemudian pergi ke tempat lain, sedangkan Al hanya bisa melihatnya sampai Yara tidak terlihat dan ia pergi dengan teman yang dipanggilkan Yara tadi.

Hasya, Winda, Angga, dan Ari tengah asyik menikmati konser di malam puncak ini tentunya dengan heboh dan semangat. Mereka ikut menari dan bernyanyi bersama menurunkan sejenak beban yang di bawa.

“Ayo ngga, kita party, uhuyyyy” Ari mangangkat tangannya sambil meloncat-loncat dengan penuh semangat. Hasya yang merasa lelah mengajak Angga untuk duduk di belakang.

“Kita ke belakang dulu yuk baby” sambil menggandeng tangan Angga, Hasya mengajaknya ke belakang. Angga menuruti permintaan pacarnya itu dan meninggalkan Ari dan Winda di sana yang masih memiliki energi cukup banyak.

“Mau kemana lo ngga? ” Angga menolah pada Ari dengan senyuman mengejek yang dia berikan pada sahabatnya itu, “Pacaran muluk lo.”

“Udah di situ aja sama si Winda, baik-baik ya.” Angga melambaikan tangannya pada Ari seperti perpisahan meninggalkan anak TK. Ari menoleh Winda yang berada disampingnya dengan jarak beberapa langkah darinya. Ia mendekati Winda dengan perlahan dan akhirnya berada tepat di sampingnya.

“Lah, kok lo disini,” Winda menyadari Ari berada di sampingnya dan menoleh kesana kemari mencari keberadaan Hasya.

“Udah gausah cari Hasya, noh lagi pacaran di belakang,” Ari menunjukkan keberadaan Hasya yang sedang duduk-duduk di belakang, “Lo di sini aja, tenang bakal gue temenin.”

Winda mendekatkan wajahnya sampai tepat di depan wajah Ari, sambil berkata “Terserahhhh,” kemudian ia kembali ke tempatnya semula. Sementara itu wajah Ari memerah menahan salting dalam diri, ia senyum-senyum sendiri dan Winda tak menghiraukan hal tersebut.

Malam berjalan cepat, ini sudah pukul 21.00 malam, akhirnya acara telah selesai dengan lancar semuanya segera kembali pulang ke rumah sebelum semakin larut malam. Sebelum pulang Hasya dan Winda menghampirinya, untuk menanyakan kapan ia akan pulang.

“Yar, pulang kapan lo?” Winda menghampiri Yara yang tengah membereskan barang-barang yang telah dipakai, Yara melihat jamnya,

“Mungkin setengah jam lagi, kalian pulang dulu aja, nanti aku dijemput mama kok,” Kedua sahabatnya mengangguk paham,

“Kita pulang dulu ya Yar,” Hasya tak lupa berpamitan dan pergi.

Yara kembali merapikan barang-barangnya dengan cepat agar bisa segera pulang, Al menghampirinya menawarkan bantuan, “Udah selesai?”

“Udah kok,” Yara melihat sekelilingnya dan memang semuanya sudah beres, mereka kemudian bersiap-siap untuk pulang. Hari ini Yara memang diantar oleh mamanya, ia menelfon mamanya untuk meminta jemput.

“Halo ma, Yara udah pulang,”

“Halo sayang, mama ke rumah tante kamu karena tiba-tiba dia sakit, kamu numpang pulang sama Al dulu ya,” Karena tidak mau membuat mamanya khawatir dan repot, Yara mengiyakan permintaan mamanya itu.

Iya mencari Al di sekeliling dan menemukan ia tengah di parkiran, Yara berlari supaya Al tidak keburu pergi, namun langkahnya tiba-tiba terhenti karena Zaviya mendadak menghampiri Al juga,

“Al gue boleh numpang? Lo kosong kan?” Ternyata tujuan Zaviya dan Yara sama, Yara melangkah mundur, kemudian membalikkan badannya dan menjauh dari sana. Ia memilih untuk mengalah saja, lagi pula ia masih bisa memesan ojek online, pikir Yara.

Al menoleh dan melihat Yara yang malah berlari dari sana, “Sorry Za, gue nggak bisa,”

“Ta, tapi Al,” Al tidak memperdulikan Zaviya, ia menyalakan motornya dan segera pergi meninggalkan Zaviya sendirian. Zaviya berdecak kesal dan menghantamkan kakinya ke tanah.

“Tunggu aja Al, lo bakal bertekuk lutut sama gue.” Ia pergi sambil menelfon sopirnya untuk segera menjempuntnya di sekolah.

Al melihat Yara sendirian di halte bus di depan sekolahnya sambil memandangi ponselnya. “Ayo pulang, kenapa tadi lari?” Al telah berada di depan Yara dan seketika itu Yara langsung menoleh ke depannya. Ia heran mengapa Al malah di sini, bukannya tadi ia akan mengantar Zaviya pulang, Yara bertanya-tanya dalam hatinya.

“Loh, Zaviya mana? Bukannya tadi sama kamu?” tanya Yara yang ternyata baru akan memesan ojek online, layar ponselnya yang menghadap ke atas terlihat oleh Al.

“Lo mau bohongin mama lo?” Sekali lagi Yara merasa heran, bagaimana Al bisa tahu kalo ia disuruh oleh mamanya untuk pulang bersama Al. Ia membalikkan layar ponselnya dan menjawab Al dengan gagap.

“Eng, enggak,”

“Udah, ayo naik, udah malam ini,” Yara akhinya naik bersama dengan Al sebenarnya ia merasa kepo kenapa Al bisa tahu semuanya.

“Kok bisa tahu aku disuruh pulang bareng kamu?” Yara sudah tidak bisa menahan rasa keponya itu, ia menyakan saat mereka masih berada di motor.

“Mama lo tadi whatsapp gue,” Tanpa disadari oleh Yara, ternyata Al sudah terlebih dulu mendapat pesan dari mamanya agar Yara bisa pulang bersamanya. Yara hanya mangguk-mangguk mendengar jawaban itu dan terlihat senyum yang mengembang diwajahnya.

Sampailah Yara dirumah, sepertinya ia malam ini akan sendirian karena kedua orangtuanya tidak di rumah, ia turun dari motor Al. “Makasih ya, gue masuk dulu.” Yara segera membuka gerbang namun tiba-tiba Al memanggilnya.

“Yar, lo di rumah sendirian?” Yara mengangguk, “Kalo ada apa-apa hubungi gue aja.” Al menyalakan motornya dan segera pergi dari sana.

Yara bengong dan kemudian tersadar, “Sadar Yar, dia itu cuman mau nolong doang, nggak ada maksut apa-apa, apaan banget dikit-dikit baper,” Yara menyindir dirinya sendiri sambil melanjutkan membuka gerbangnya yang tergembok.

Waktu bergulir dengan cepat, tak terasa ujian akhir akan segera dilaksanakan, semua siswa sibuk untuk menyelesaikan tugas akhirnya sebelum ujian atau ada juga yang sudah selesai dan mengisi waktu dengan belajar. Ini adalah hari minggu pagi, Al, Angga, dan Ari berkumpul bersama di rumah Ari, karena Ari dan Angga meminta Al untuk mengajari mereka beberapa materi yang dianggapnya sulit bahkan terlalu sulit untuk mereka

“Duh, kalo ini si gue gapaham semua, tolong banget inimah, gue harus apa,” Ari menggaruk-nggaruk kepalanya yang tidak gatal sama sekali sembari melihat buku di depannya yang penuh dengan rumus dan soal yang membuat mentalnya turun.

“Apa kita bikin contekan aja ya Ri,” Celetuk Angga yang mengutarakan idenya yang sama sekali tidak berguna itu.

“Percuma bikin kalo gapaham, ini fisika bukan sejarah, pasti beda soalnya,” Al mengeluarkan beberapa buku yang akan dipakai untuk mengajari dua temannya yang frustasi itu.

Ia mulai mengajari kedua sahabatnya dengan sabar, apalagi harus menghadapi kelakuan Ari yang kadang membuat Al frustasi juga. Meskipun terlihat cuek dan tidak peduli, Al sangat sabar dalam mengajari keduanya. Mereka belajar sampai sore hari, setelah selesai Al dan Angga berpamitan pulang pada Ari, ia di rumah seorang diri, karena kedua orangtuanya berbisnis di luar negeri. Sebenarnya ia bersama dengan pembantunya, namun pembantunya tersebut akan pulang setiap sore dan tinggal lah Ari sendirian.

Sementara itu di rumah Yara, mamanya menanyakan tentang ujian yang akan di lakukan, “Ujian akhir udah dekat kan sayang,” mamanya menghampiri Yara yang tengah menonton TV di ruang tengah.

“Masih lama ah, kurang dua minggu,” dengan santainya Yara menjawab mamanya sambil memakan cemilannya.

Mama Yara duduk di sampingnya, “Udah, mulai besok mama carikan guru les,” Yara langsung menoleh ke arah mamanya dan bangkit dari sandarannya.

“Loh ma, kok les segala si, Yara baik-baik aja ma, lagian nilai Yara kan nggak jelek-jelek banget.” Yara tidak setuju dengan keputusan mamanya yang tiba-tiba itu.

“Nilai kamu emang nggak jelek-jelek banget, tapi itu ngepas banget, kan bagus kalo ada peningkatan.” Mama Yara menuang segelas air yang ada di meja sambil menasehati Yara yang tidak ingin ada les tambahan untuknya.

“Ta, tapi ma........”

“Uda nggak ada tapi-tapi, besok mama cariin, biar kamu belajarnya bisa serius.” Yara ditinggalkan sendirian di ruang tengah setelah mamanya membawa gelasnya ke dapur. Tidak ada kesmepatan Yara untuk membela diri dan melarikan diri dari hal ini, terpaksa ia harus menurut pada mamanya.

Keesokan harinya di sekolah, tentu saja Yara langsung curhat kepada kedua temannya tentang nasib yang akan ia alami. “Gimana caranya biar semua itu tidak terjadi,” Yara dengan raut wajah sedih karena tidak bisa berbuat apa-apa

Begitu pula dengan kedua temannya, yang pastinya juga tidak bisa berbuat apa-apa untuk menolong Yara dari situasi ini.

"Yaudah Yar, ikutin aja kata mama lo, nikmatin aja," sahut Winda dengan menyedot minumannya.

"Guru lesnya siapa Yar?" Tanya Hasya yang sebenarnya Yara sendiripun tidak tahu siapa yang akan menjadi guru les nya.

"Kayaknya sih temen mama yang guru mungkin," Yara menunduk lesu dan kehilangan semangatnya untuk sesaat. Namun bagaimanapun ini juga demi kebaikannya jadi ia akhirnya harus menerima dengan lapang dada.

“Udah gausah sedih gitu dong, gimana kalo kita beli cireng aja yuk, Winda yang traktir.” Bujuk Hasya sambil merangkul pundak Yara agar sahabatnya itu tida  berlarut-larut dan kembali ceria seperti biasa, di balik semua itu ada Winda yang menyemburkan minumannya karena kaget dengan perkataan Hasya.

Karena ingin melihat Yara tidak murung lagi maka Winda terpaksa menyanggupi perkataan Hasya, “Yaudah deh, ini hanya demi Yara ya,” ia meletakkan minumannya, “Awas aja kalo habis beli cireng, masih manyun terus, gue sembur juga nih,” Yara tersenyum mendengar perkataan temannya itu. “Nah gitu dong, kan cantik kalo senyum, okey let’s go.” Mereka semua berdiri dan menuju kantin untuk membeli cireng kesukaan.

"Yara pulang," Yara membuka pintu rumahnya dimana mamanya sudah menunggunya di ruang tamu.

"Eh udah pulang anak mama, sini duduk dulu mama mau ngomong" Yara duduk di samping mamanya dan meletakkan tasnya disampingnya.

"Jadi tadi mama udah cari-cari guru yang tepat untuk kamu, kamu pasti suka." Mama Yara meyakinkan Yara agar lebih semangat dalam menjalani tambahan belajar.

"Memangnya siapa ma?" Tanya Yara penasaran, namun mamanya tidak memberikan jawabannya langsung.

"Udah, nanti juga tahu," mamanya beranjak berdiri dan meninggalkan Yara yang sedang berpikir siapa kira-kira guru yang akan menjadi guru lesnya. Mamanya tiba-tiba membalikkan badannya dan kembali ke Yara, "Oh iya, nanti malam kamu mulai lesnya ya, semakin cepat semakin baik"

"Bodoamatlah, nanti juga tau." Yara membawa tasnya dan pergi ke kamarnya untuk berganti baju dan makan, karena ia merasa lapar sekali hari ini.

Malam harinya ia telah bersiap dengan segala perlengkapan belajar yang lengkap, ia berdo’a semoga gurunya tidak galak, karena jika saja gurunya galak sudah pasti Yara akan semakin tertekan dan malas. Ia menunggu di ruang tamu, ia berdiri duduk lalu berdiri lagi, kemudian mondar mandir.

Mamanya menghampirinya dengan membawa makanan dan minuman, “Udah, gausah panik gitu dong,” Ejek mamanya melihat tingkah putrinya yang tidak bisa diam.

“Kok lama banget ya ma, udah mau jam 19.00 ini,” Yara masih mondar mandir sambil melihat jam, menunggu guru misteriusnya yang tak kunjung datang.

“Sebentar lagi juga datang,” tak berselang lama setelah mamanya berbicara tiba-tiba bel berbunyi, Yara langsung membuka pintu dengan penuh semangat karena rasa penasarannya itu, ia yakin bahwa itu adalah orang yang ditunggu-tunggunya.

Saat membuka pintu, ia baru akan mengucapkan selamat datang, namun ternyata yang datang tidak sesuai harapannya, “Loh, Al? Ngapain di sini?” itu adalah Al yang juga membawa buku lengkap.

Mama Yara melihat dari dalam dan mempersilakan Al untuk masuk, “Eh Al, ayo masuk,” belum sempat menjawab pertanyaan Yara Al langsung masuk meninggalkan Yara di pintu. Tiba-tiba ponsel mamanya Yara berbunyi, “Tante ke belakang sebentar ya Al, di sini dulu sama Yara.”

Yara duduk di samping Al dengan rasa penasarannya itu, “Kamu mau ikut les bareng aku ya Al,” Al menatap Yara, “Udahlah, kita terima aja nasib ini, sebenarnya aku juga males banget, apalagi diajari guru baru yang belum tentu guru itu punya kemampuan yang bagus kan untuk ngajarin aku yang lemot ini? pasti bakal bosen banget.” Al hanya tersenyum melihat semua keluh kesah Yara.

Tak berselang lama mamanya kembali ke ruang tamu menemui Yara dan Al yang sudah menunggu, “Ma, mana gurunya, udah jam 19.00 lebih ini, udah lah nggak usah aja, nggak profesional banget kan. Kan kasihan Al juga nunggu lama nanti.” Yara protes pada mamanya.

Mama Yara membelalakkan matanya, “Loh, kan guru kamu udah dateng,” Yara merasa aneh dan memasang muka bingung.

“Udah datang? Mana?” ia kemudian melihat Al dengan membawa beberapa bahan ajar dan baru menyadari kemungkinan besar gurunya adalah Al. Ia berdiri dan menarik mamanya ke dalam.

“Mah, jangan bilang gurunya itu Al?” Yara semakin curiga dengan gelagat mamanya.

Mamanya memegang pundak Yara, “Memang Al,” Yara tidak habis pikir dengan mamanya ini, bisa-bisanya dia memilih Al untuk menjadi gurunya.

“Aduhh, kenapa musti Al si maa......”

“Dia itu yang paling cocok sayang, pinter, penyabar, dan yang paling penting dia kan teman kamu, pasti kamu nggak akan canggung-canggung lagi kalo mau nanya ini itu.”  Yara mengusap dahinya.

“Udah sana, itu gurunya nunguin.” Yara kembali berjalan menuju Al karena mau tidak mau ia harus melakukan ini.

Sebenarnya Al adalah rekomendasi dari mamanya Al sendiri yang tak lain juga temannya mama Yara, meskipun Al orangnya cuek dan dingin, namun ia sangat telaten dalam mengajar. Oleh karena itu, tanpa berpikir dua kali, mama Yara langsung menyetujui ide dari mama Al.

Yara duduk di samping Al dengan senyum-senyum malu, ia todak akan menduga bahwa orang yang berusaha ia hindari malah akan semakin dekat dengannya.   

“Kamu yang jadi guru aku?” tanya Yara pelan-pelan, “Aku kira kamu mau ikut les bareng aku, hehe.”

“Gue udah pinter,” Al membuka buku sebagai bahan ajarnya, “Ayo buka buku lo, kita mulai.” Dengan gelagapan Yara segera membuka bukunya dan bersiap untuk belajar.

Mereka memulai sesi belajarnya itu di hari pertama, semua berjalan lancar sampai 30 menit kemudian Yara merasa ngantuk berat dan hampir saja menabrakkan kepalanya ke kepala Al, untung saja ia segera bangun. “Duh, hampir aja.” Dalam benak Yara.

“Ngantuk? Nih permen.” Al mengeluarkan permen kopi dari sakunya, Yara menerima permen it

“Makasih.” Ia membukanya dan memakannya, untung saja Al membawa permen karena ini adalah salah satu kebiasaanya dimana jika ia mengantuk saat belajar pasti akan memakan permen.

Kemudian melanjutkan belajarnya, sudah satu jam setengah berlalu, kali ini Yara sudah benar-benar mengantuk bahkan setelah mengerjakan soal terakhir dan dikoreksi oleh Al, ternyata Yara menunggunya sambil tertidu

“Yang ini salah, kalo.....” Baru saja Al akan menjelaskan tentang soal tersebut, Yara sudah tidak sadarkan diri. Al menutup bukunya, melipatkan tangannya di atas meja sambil memandangi Yara yang ketiduran dengan tersenyum. Ia tak membangunkannya, tangannya mendekat seperti akan menyentuh rambutnya, namun belum sampai menyentuhnya Yara sudah terbangun dengan wajah linglung

“Eh, eh maaf ya, tadi ketiduran, ngantuk banget.” Dengan menguap Yara menggosok-nggosok matanya. Al menarik tangannya kembali dengan cepat.

“Udah hidup lagi lo?” Al kembali ke setelan awal dengan cuek dan wajah datarnya. “Ini ada beberapa nomor yang masih salah, betulin. Besok gue cek lagi.

Yara melihat kertasnya tadi dan yang benar saja, hampir sebagian salah. Matanya terbelalak lebar, yang tadinya masih sayup karena mengantuk sekarang matanya sudah terbuka lebar. “Nggak salah ini, ini banyak banget,” sambil memasang muka melasnya Yara seeperti tak sanggup.

“Makanya jangan tidur mulu,” Al merapikan semua buku-bukunya untuk segera pulang. “Besok gue ke sini lagi,” Al berdiri dan bersiap untuk segera pulang.

“Tapi besok kan minggu, libur dong harusnya,” Yara juga ikutan berdiri, ingin protes pada gurunya itu.

Al mendekat pada Yara, “Ini bukan sekolah ya tuan putri,” Ia membalikkan badan, “Gue pulang dulu, bilangin sama mama lo.” Dan berjalan ke arah pintu.

“Ishhhh, nyebelin banget, bisa-bisanya kemarin hampir suka sama orang kayak gitu.” Sambil membereskan buku-bukunya dan kembali ke kamarnya untuk segera beristirahat atau scroll sosial media. 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Acropolis Athens
5341      2018     5     
Romance
Adelar Devano Harchie Kepribadian berubah setelah Ia mengetahui alasan mendiang Ibunya meninggal. Menjadi Prefeksionis untuk mengendalikan traumanya. Disisi lain, Aram Mahasiswi pindahan dari Melbourne yang lamban laun terkoneksi dengan Adelar. Banyak alasan untuk tidak bersama Aram, namun Adelar terus mencoba hingga keduanya dihadapkan dengan kenyataan yang ada.
Asoy Geboy
5925      1646     2     
Inspirational
Namanya Geboy, motonya Asoy, tapi hidupnya? Mlehoy! Nggak lengkap rasanya kalau Boy belum dibandingkan dengan Randu, sepupu sekaligus musuh bebuyutannya dari kecil. Setiap hari, ada saja kelebihan cowok itu yang dibicarakan papanya di meja makan. Satu-satunya hal yang bisa Boy banggakan adalah kedudukannya sebagai Ketua Geng Senter. Tapi, siapa sangka? Lomba Kompetensi Siswa yang menjadi p...
Aku baik-baik saja Âż?
3698      1381     2     
Inspirational
Kayla dituntut keadaan untuk menjadi wanita tangguh tanpa harus mengeluh, kisah rumit dimulai sejak ia datang ke pesantren untuk menjadi santri, usianya yang belum genap 17 tahun membuat anak perempuan pertama ini merasa banyak amanah yang dipikul. kabar tentang keluarganya yang mulai berantakan membuat Kayla semakin yakin bahwa dunianya sedang tidak baik-baik saja, ditambah dengan kisah persaha...
SI IKAN PAUS YANG MENYIMPAN SAMPAH DALAM PERUTNYA (Sudah Terbit / Open PO)
5552      1882     8     
Inspirational
(Keluarga/romansa) Ibuk menyuruhku selalu mengalah demi si Bungsu, menentang usaha makananku, sampai memaksaku melepas kisah percintaan pertamaku demi Kak Mala. Lama-lama, aku menjelma menjadi ikan paus yang meraup semua sampah uneg-uneg tanpa bisa aku keluarkan dengan bebas. Aku khawatir, semua sampah itu bakal meledak, bak perut ikan paus mati yang pecah di tengah laut. Apa aku ma...
The Maiden from Doomsday
10680      2385     600     
Fantasy
Hal yang seorang buruh kasar mendapati pesawat kertas yang terus mengikutinya. Setiap kali ia mengambil pesawat kertas itu isinya selalu sama. Sebuah tulisan entah dari siapa yang berisi kata-kata rindu padanya. Ia yakin itu hanya keisengan orang. Sampai ia menemukan tulisan tetangganya yang persis dengan yang ada di surat. Tetangganya, Milly, malah menyalahkan dirinya yang mengirimi surat cin...
One-Week Lover
1829      929     0     
Romance
Walter Hoffman, mahasiswa yang kebosanan saat liburan kuliahnya, mendapati dirinya mengasuh seorang gadis yang entah dari mana saja muncul dan menduduki dirinya. Yang ia tak tahu, adalah fakta bahwa gadis itu bukan manusia, melainkan iblis yang terlempar dari dunia lain setelah bertarung sengit melawan pahlawan dunia lain. Morrigan, gadis bertinggi badan anak SD dengan gigi taring yang lucu, meng...
Violet, Gadis yang Ingin Mati
6087      1799     1     
Romance
Violet cuma remaja biasa yang ingin menikmati hidupnya dengan normal. Namun, dunianya mulai runtuh saat orang tuanya bercerai dan orang-orang di sekolah mulai menindasnya. Violet merasa sendirian dan kesepian. Rasanya, dia ingin mati saja.
The Maze Of Madness
5254      1887     1     
Fantasy
Nora tak banyak tahu tentang sihir. Ia hidup dalam ketenangan dan perjalanan normal sebagai seorang gadis dari keluarga bangsawan di kota kecilnya, hingga pada suatu malam ibunya terbunuh oleh kekuatan sihir, begitupun ayahnya bertahun-tahun kemudian. Dan tetap saja, ia masih tidak tahu banyak tentang sihir. Terlalu banyak yang terjadi dalam hidupnya hingga pada saat semua kejadian itu merubah...
1'
4282      1423     5     
Romance
Apa yang kamu tahu tentang jatuh cinta? Setiap kali ada kesempatan, kau akan diam-diam melihatnya. Tertawa cekikikan melihat tingkah konyolnya. Atau bahkan, kau diam-diam mempersiapkan kata-kata indah untuk diungkapkan. Walau, aku yakin kalian pasti malu untuk mengakui. Iya, itu jarak yang dekat. Bisa kau bayangkan, jarak jauh berpuluh-puluh mil dan kau hanya satu kali bertemu. Satu kese...
Cinta Sebelum Akad Itu Palsu
132      102     1     
Inspirational
Hayy dear...menurut kalian apa sih CINTA itu?? Pasti kalian berfikir bahwasanya cinta itu indah, menyenangkan dan lainnya. Namun, tahukah kalian cinta yang terjadi sebelum adanya kata SAH itu palsu alias bohong. Jangan mudah tergiur dan baper dengan kata cinta khususnya untuk kaum hawa niii. Jangan mudah menjatuhkan perasaan kepada seseorang yang belum tentu menjadi milikmu karena hal itu akan ...