Awan gelap datang dengan sangat cepat, membuat semua orang merasa gugup dan segera mencari tempat berteduh untuk menghindari hujan yang akan segera datang.
“ Gimana ? mau pulang atau cari tempat neduh dulu, udah mau hujan nih” tanya seorang gadis bernama Yara Alenka, berambut pendek, berwajah manis, dengan segala kepolosan di wajahnya.
“ Pulang aja deh, udah sore ini, bentar lagi udah gelap” jawab Hasya, gadis berwajah cantik dengan rambut panjangnya yang memandangi jam tangannya.
“ Yaudah gue balik dulu ya, rumah gue kan paling jauh, bye” Winda, paling berani, dengan muka sinisnya. Ia berpamitan pulang pada kedua temannya tersebut. Kemudian Yara dan Hasya pulang bersamaan dengan berjalan kaki, karena dirasa rumah mereka dengan tempat tersebut tidak terlalu jauh dan arah pulang mereka yang searah.
Sampai tiba di persimpangan jalan mereka berdua harus berpisah, Yara melanjutkan langkahnya sendirian dan tiba-tiba di pertengahan jalan hujan datang dengan cepat, membasahi baju Yara, karena takut hujan semakin lebat ia pun berlari dengan cepat, namun kemudian
“ BRAAAKKKKKK!!!!!!” Yara terjatuh pada kubangan air yang membuatnya semakin berantakan, tiba-tiba ada seseorang yang menjulurkan tangannya dan memberi bantuan, ia adalah seorang pemuda berwajah tempan dan sejuk dengan sebuah payung di salah satu tangannya.
Yara memandang dengan rasa tak percaya, bagaimana ada orang setampan ini, ia segera tersadar dari lamunannya dan segera bangkit dengan bantuan pemuda tadi.
“ Lain kali hati-hati” dengan raut yang dingin dan cuek, pemuda tersebut langsung melenggang pergi tanpa mengucapkan apapun lagi. Yara hanya bisa memandangi pemuda tersebut dan ia tersadar sesuatu ia belum mengucapkan terimakasih.
“ Makasihhhhh” teriak Yara dengan sekuat tenaga, namun pemuda tersebut tak membalasnya sama sekali dan terus melangkah. Yara yang tak ambil pusing langsung bergegas untuk pulang.
Keesokan harinya di sekolah tiga sahabat tersebut asyik mengobrol saat upacara bendera, saat itu juga pak Yoyok, guru jaga saat Upacara langsung memandangi mereka bertiga dengan tatapan sinis, langsung seketika ketiganya mematung dan kembali tertib. Pada upacara tersebut telah diumumkan siswa yang telah berprestasi, siapa lagi kalau bukan Zaviya, teman se angkatannya dengan segudang prestasi, mereka tidak kaget lagi dengan hal tersebut.
“ Hebat banget dia, menang mulu, aku mah apa, remahan rengginang” keluh Yara pada dirinya sendiri
“ Yaudah si Yar, lagian nanti roda lo juga pasti berputas, santai aja kaya gue gausah dipikirin, rejeki orang tu beda-beda” sahut Hasya
“ Ya lo mah cantik sya, kayaknya nih Yar roda kita berdua tu bocor deh, makanya ga muter-muter, dibawah mulu” Tambah Winda
Mereka kembali tertawa dan mengundang tatapan maut dari pak Yoyok dan sekali lagi membuat mereka bertiga diam dalam sekejap.
Upacara pun akhirnya selesai dan saatnya kembali belajar dalam kelas, dalam kelas mereka bertiga juga terus saja tertawa dan tiba-tiba salah satu temannya memberi kabar ada murid baru gantengnya nggak ketulungan. Mereka yang pastinya kepo, kecuali Hasya karena merasa sudah punya pacar ikut melihat ke kelas sebelah. Mata Yara langsung terbelalak lebar melihat siapa murid baru tersebut. Ya, itu adalah pemuda kemarin yang menolongnya, pemuda yang cuek dan dingin dengan wajah tampannya itu. Yara langsung menarik Winda dan menghampiri Hasya yang sedang duduk santai di kelas.
“Kalian tau?”
“Engga, apaan tuh,“ Winda yang nggak sabaran langsung menyerobot Yara.
“Denger dulu dong, ah elah, tau ngga, kemarin aku ditolongin sama cowok itu waktu pulang dari main, waktu hujan itu loh.”
“Lo halu ya, ini seperti impossible, ya kan sya?” Winda terlihat tidak percaya dengan sahabatnya tersebut.
“Ya ngga tahu, kok tanya saya, tanya sama rumput yang bergoyang noh.” Hasya sambil mengaca melihat penampilannya
“Suwerrrrrr, kemarin tu aku jatuh karena gugup udah mau hujan jadinya lari.”
“Jangan bilang terus cowok tadi hampirin lo terus ngulurin tangannya sambil bawa payung.”
Yara menatap Winda dengan raut wajah seperti ingin meledak-ledak, karena kode itu kedua sahabatnya langsung ternganga dan mereka histeris bertiga dalam kelasnya, membuat seisi kelas kaget.
“Terus-terus namanya siapa Yar?” Tanya Winda penasaran.
“Ya itulah masalahnya, aku nggak tahu namanya siapa, kemarin orangnya keburu pergi.”
“Sabar ya, kalo jodoh pasti ga kemana” sahut Hasya dengan menepuk pundak Yara.
“Yah, kalo itu sih aku sama sekali nggak berharap, sadar diri aja si sya, masih banyak cewek luar biasa di luar sana yang pastinya lebih baik. Aku kan hanya siswa biasa dengan kehidupan yang biasa juga. Mustahil untuk dapatin sesuatu yang luar biasa.” Yara menghela nafas dalam-dalam, begitu pula dengan kedua sahabatnya itu dan guru pun telah datang yang menandakan kegiatan pembelajaran akan segera dimulai.
KRINGGGGGGGG..........!!!!
Suara lonceng telah berbunyi, semua siswa berhamburan keluar dari SMA Cendekia Bangsa dengan tujuan yang berbeda-beda, ada yang langsung pulang, ada yang mau menyelesaikan tugas, ada juga yang mau pacaran, contohnya seperti Hasya.
“Kalian duluan aja deh, gue ada perlu nih sama ayang beb.”
winda memutar bola matanya dan tidak banyak berkomentar, sepertinya hal ini sudah sering sekali terjadi, jadi mereka berdua tidak kaget dengan kejadian seperti ini,
“Noh, udah ditungguin Angga, heran deh kayak bapak jemput anaknya aja ditungguin di depan.” Dewangga atau Angga nama dari pacar Hasya dari kejauhan ia melambai tangannya yang menjadi sebuah isyarat.
“Eh Yar, lo gamau nemuin cowok baru itu, siapa tahu nanti bisa kenalan terus deket, jiahhh”
“ Engga si Win, engga nolak maksutnya”
Mereka berdua bergegas untuk mengintip anak baru tersebut yang namanya masih menjadi misteri, sesampainya di kelas mereka melihat anak baru tersebut sedang kemas-kemas barangnya dan ditemani oleh Ari, salah satu siswa yang nggak pernah serius.
“ Al, lo kenapa pindah kesini? Terus lo udah punya cewek belum, gue nih ahlinya percomblangan di sekolah ini, kalo lo mau minta bantuen gue, sabi banget.” Alvarendra, nama cowok baru yang dingin dan cuek dan biasa dipanggil Al.
Al bersiap pergi dan menepuk pundak Ari sembari berkata “Nasib lo dulu tuh bantuin, gausah repot-repot bantuin gue.” Al pun kemudian meninggalkan Ari menuju pintu keluar, Yara dan Winda yang sedari tadi ngintip dari jendela seketika pura-pura duduk sambil membaca buku di depan kelasnya dan Al melewatinya begitu saja.
Tak berselang lama, Ari bergegas menyusul Al karena ia sudah ditinggalkan temannya pacaran. Ya, teman yang dimaksut adalah Angga, pacar dari Hasya. Saat akan menyusul kepergian Al, Ari dicegat oleh Winda, “Eh mak comblang, tunggu dulu, gue mau nanyak” Seru Winda dengan memegang tas Ari.
“Apaan si, nanyak aja lo kayak dora, seharusnya kan dia nih yang nanyak, kan dia dora nya.” sambil menunjuk Yara. Yara hanya terdiam, karena di antara mereka bertiga, Yara adalah yang paling jarang ngobrol dengan orang yang belum terlalu akrab dengannya dan sungkan bertanya, apalagi sama cowok.
“Halah, lo buru-buru banget ngejar siape si, kayak ngejar jodoh aja.” Winda sengaja tidak bertanya secara terang-terangan agar image nya sebagai cewek sangar tetap terjaga dan dia tidak akan bisa mengharapkan Yara untuk bertanya. Sebenarnya ia sudah tahu kalo si Ari pasti mengejar murid baru tersebut, namun ia pura-pura tidak tahu karena ingin mengetahui namanya.
“Noh, lihat noh, si Al murid baru hari ini, gue mau bestian sama dia, capek ditinggal Angga pacaran terus, tapi kalo lo mau jadi pacar gue Win, gue ga akan kejar dia lagi deh.”
“Dih ogah, noh pacaran sama pohon pisang, ngomong-ngomong namanya Al siapa?” dengan tatapan sinis Ari, ia menaruh sedikit kecurigaan pada Winda, tumben-tumbenan dia tanya-tanya kayak gini.
"Ngapa lo, tumben kepo, sukak ya lo sama dia soalnya kan dia ganteng, beda sama gue.” Dengan wajah melasnya yang membuat Winda yang tak tahan dengan ejekan Ari langsung memberi tahunya terus terang.
“Engga lah, ini nih si Dora kepo, bukan gue, yakali gue kepo, nggak lah ya.” Yara yang berada disampingnya langsung terkejut dan menepok pundak Winda.
“Eh eh, enggak kok, enggak.” Ari yang mendengar jawaban tersebut langsung senyum-senyum seperti mengejek ke arah Yara
“Oh jadi ini yang kepo, gapapa-gapapa gausah sungkan, namanya itu Alvarendra, lo kalo mau manggil sayang juga gapapa kok.” Ari kembali tersenyum dan mengejek Yara yang membuatnya malu dan diam seribu bahasa.
“Yaudah itu aja kan yang mau lo tanyain, gue buru-buru nih.”
Winda hanya memberi isyarat jempol pada Ari dan dalam sekejap Ari sudah menghilang mengejar Al kembali.
Yara dan Winda kemudian bergegas pulang karena sudah sore, karena arah rumah mereka beda arah jadinya tidak bisa pulang bersama, biasanya Yara selalu pulang bersama Hasya karena arah rumahnya satu arah meskipun berbeda kawasan. Namun untuk sekarang, Yara sering pulang sendiri karena Hasya ada kesibukan baru yaitu pacaran dan Yara juga sama sekali tidak mempermasalhkan hal tersebut karena itu adalah hal yang wajar. Yara pulang dengan mengendarai vesmetnya.
Sesampainya di rumah, Yara langsung bersih-bersih dan mandi, tiba-tiba mamanya mengetuk kamar dan membuka kamar Yara “ Yar, anterin kue ini ke tetangga sebelah ya, dia temen mama dan sekarang udah jadi tetangga baru kita, yang rumahnya ada ayunannya di depan.” Yara langsung bergegas untuk mengantarnya tanpa banyak tanya ke tetangga barunya yang rumahnya berjarak hanya beberapa rumah darinya.
“Okey ma, laksanakan.”
Yara segera pergi sambil celingak-celinguk melihat rumah yang ada ayunannya, tak berselang lama ia menemukan rumah itu, “Oh ini pasti.” Ia segera mengetuk pintunya karena ia cepat-cepat ingin rebahan kembali, “Permisi” Yara menunggu beberapa saat di depan pintu sembari memutar badan dan membelakangi pintu, seketika pintu terbuka dan Yara bergegas memberikan kue nya.
“ Ini tante, kue..........” Yara termenung melihat siapa yang menerima kue tersebut dan tidak melanjutkan kalimatnya, “ Eh ternyata kamu? Murid baru juga di sekolah?”
“Iya,” Jawab singkat Al, “ Ada apa?”
“ Oh, ini kue dari mama aku.” Yara segera tersadar dan memberikan kue tersebut
“ Ok, makasih.” Yara hanya tersenyum tipis dan segera pergi dari rumah tersebut, sepanjang perjalanan pulang ia hanya melamun dan langsung masuk kembali ke kamarnya.
“Dia ternyata tetangga aku? Whatttttt?” Yara merasa tidak menyangka dengan apa yang di alaminya.
“Gimana Yar, udah dikasih kuenya?” Mama Yara bertanya dan Yara tidak bisa menahan rasa ingin taunya lebih lama lagi tentang keluarga Al.
“Ma, memangnya siapa tetangga baru itu?”
“Itu dulu juga pernah jadi tetangga kita, waktu kamu masih kecil, anaknya juga seumuran kamu cowok, kamu nggak inget dulu sering main sama dia?”
Yara menghela nafas “Ya enggak lah ma, orang masih kecil itu, terus kenapa mereka dulu pindah dari sini dan kenapa sekarang kesini lagi?”
“Ya karena dulu ayahnya ada kerjaan di luar kota dan sekarang sudah dialihkan ke sini lagi, ngomong-ngomong udah ketemu belum sama si Al, ganteng kan?” Canda mamanya pada Yara.
“Ih apaan si ma, ya ganteng lah orang cowok, udah ah Yara mau istirahat dulu”. Mamanya tersenyum melihat tingkah anak semata wayangnya itu dan kemudian keluar dari kamarnya karena Yara ingin istirahat sebentar setelah itu ia akan pergi mandi.