Loading...
Logo TinLit
Read Story - Memories About Him
MENU
About Us  

Mau tak mau, Syila pun naik ke motor Aldy. Karena jika Ia tidak berangkat bersama Aldy, maka akan Ia pastikan kalau Ia akan telat ke sekolah.

Di perjalanan mereka berdua hanya diam membisu. Entah Aldy yang tidak bisa mencari topik atau Syila yang malas berbicara dengan Aldy.

"Diem-dieman kek patung," gumam Aldy.

Aldy berpikir keras agar sebisa mungkin berbicara dengan Syila walaupun sebentar.

"Syila," panggil Aldy.

"HAH?!" teriak Syila yang tidak kedengeran.

"Pegangan yang kuat!"

"HAH?!"

Aldy berdecak, "PEGANGAN YANG KUAT!! GUE MAU NGEBUT!!"

"PEGANGAN KEMANA?" tanya Syila dengan berteriak supaya terdengar.

"KE BAN!" ucapnya asal.

"GILA LO!"

"YA PEGANGAN KE PINGGANG GUE LAH!!! CEPET!! LO MAU TELAT??"

Ya walaupun sempat berpikir lama, jadi Syila berpegangan ke pinggang Aldy.

Syila berdecak sebal, karena Ia merasa kalau Aldy mengambil kesempatan dalam kesempitan.

Sedangkan di sisi lain ada Aldy yang tersenyun di balik helm nya.

Skip-

Tepat 1 menit sebelum bel, mereka berdua sampai di sekolah.

Syila sempat bengong sebentar saat sampai di sekolah. Bukan karena takjub perihal sampai 1 menit sebelum bel, tetapi karena Aldy yang mengendarai motor seperti orang yang kesetanan.

"Turun! Malah bengong," ucap Aldy sembari melihat kaca spionnya.

Syila pun turun dari motor Aldy, "Lo gila! Bawa motor kayak orang kesetanan!" hardik Syila.

Aldy turun dari motornya sambil terkekeh pelan.

"Kan ngejar waktu. Mau telat?"

"Ngejar waktu sih ngejar waktu. Tapi nggak buat orang jantungan juga kali," kesal Syila.

"Itung-itung latihan senam jantung," balas Aldy. "Lagi pula gue gak gila karena bawa motor, tapi gila karena lo."

Syila mengerutkan dahinya, "Kok gila karena gue?"

"Gue juga gak tau. Gue pusing."

"Pusing kenapa?" tanya Syila.

"Pusing karena kehadiran lo selalu buat hati gue deg degan."

Blush

Syila berusaha untuk menetralkan jantungnya kembali. Ia tidak boleh baper dengan kata-kata maut dari Aldy.

"Lebay lo."

Aldy langsung kembali menatap Syila datar. Tidak ada pembicaraan di antara mereka, Aldy masih setia memandang Syila dengan tatapan yang sulit di artikan.

"L-lo ngapain ngeliatin gue kayak gitu?" tanya Syila yang gugup.

"Lo unik. Bisa-bisanya gak baper sama kata-kata gue barusan."

Syila tersenyum remeh, "Basi soalnya."

Syila langsung membalikkan badannya dan bergegas masuk ke dalam kelas. Beberapa menit lagi bel akan segera berbunyi.

Aldy menatap punggung gadis Bandung itu yang sudah berlari.

"Lo unik, dan gue suka itu." ucapnya sembari tersenyum kecil.

▪▪▪

Di dalam kelas, sudah ada guru yang mengajar. Akhh.. guru ini terlihat galak. Sebut saja Pak Salam. Dia sekarang mengajar mata pelajaran PPKN di kelas Syila.

Syila berbisik ke sebelahnya, Nata.

"Nata," panggil Syila pelan.

Nata menoleh dan mengangkat kedua alisnya.

"Pak Salam kayaknya keliatan galak," jcapnya berbisik.

Nata meringis pelan, "Iya, Dia emang galak. Makanya kita diem semua dari tadi."

Syila pun hanya ber 'oh' saja.

Setelah sekian lama Pak Salam mengajar di kelasnya. Tanpa mereka duga, Pak Salam ternyata memberikan tugas kelompok.

Jangan di tanya, Semua murid di dalam kelas sudah pasrah.

"Mereka kenapa? Kok mukanya begitu?" tanya Syila berbisik ke Nata.

"Muka muka pasrah. Kita udah sering di kasih tugas kelompok. Dan selalu dapet C."

Syila langsung melongo tak percaya. Bagaimana tidak? Dapat B saja Ia selalu sedih berkepanjangan.

"Baiklah... Mau bapak yang pilih kelompoknya atau kalian yang pilih sendiri?" tanya Pak Salam.

Serentak siswa dan siswi menjawab, "PILIH SENDIRI PAK"

Seketika, kelas menjadi riuh hanya karena menjawab ketentuan dari Pak Salam. Sampai pada akhirnya Pak Salam pun menggertak mereka.

"DIAM!"

Hening.

Selain kata hening, mereka semua juga sedang menetralkan kembali jantung mereka masing masing.

"Bapak yang akan menentukannya," ucapnya tegas.

Jika Pak Salam sudah membuat keputusan maka tidak bisa di ganggu gugat.

Para murid sedang merapalkan doa agar mereka sekelompok dengan bestie nya masing masing.

Syila pun berharap yang sama.

"Semoga gak bareng sama Si Jangkung," batinnya.

Sampai pada akhirnya, Syila terkejut karena namanya di sebut dalam kelompok 3.

"Kelompok 3. Syila Azzahra, Neysha Aulia, Aldy Rifaldan dan Arhan Setiawan."

Syila benar-benar melongo tak percaya.

"Gue sekelompok sama Si Jangkung? bisa stres gue," batin Syila

"Yess, kayaknya takdir memang menyatukan kita untuk bersama," batin Aldy.

"Aduh.. kenapa harus bareng sama Arhan dan Aldy sih?" batin Neysha

"Cewe baru itu.."

"... keliatannya menarik," lanjut batin Arhan

▪▪▪

Bel pun berbunyi, tandanya istirahat pertama. Biasanya siwa dan siswi akan memanfaatkan istirahat pertama ini untuk jajan atau memakan bekalnya.

Syila yang memang kebiasannya tidak membawa bekal pun pergi untuk jajan ke kantin bersama Neysha.

Di perjalanan ke kantin, keduanya saling mengobrol. Di mulai dari hal-hal random sampai ke hal yang kedengarannya serius.

"Eh, kayak nya Aldy suka deh sama lo," celetuk Neysha.

Syila terdiam seketika. Ia bingung harus mengatakan apa. Semuanya menjadi salah paham karena hari ini Syila dan Aldy berangkat ke sekolah bersama.

"A-ah a-apaan sih? gue sama Aldy cuman temen."

"Temen apa temen..." balas Neysha

Syila hanya tersenyum canggung, "Temen doang kok."

Neysha terus saja meledek Syila. Dan tak lama dari itu, gerombolan Aldy memasuki kantin.

Semua orang yang tadinya fokus menikmati makanannya menjadi fokus ke Aldy dan kawan kawan yang baru saja datang.

"Aldy noh," ucap Neysha.

Syila yang sedang makan seblak pun langsung membalikkan tubuh nya dan benar saja ada Aldy beserta teman-temannya.

Sedetik kemudian mereka berdua saling menatap. Tapi Syila langsung memutuskan kontak mata tersebut.

"Ya udah sih biarin kalau ada Aldy," cuek Syila.

Sejujurnya Syila memang kesal kepada Aldy. Karenanya lah semua teman-temannya mengira kalau mereka berpacaran.

Di sisi lain ada Bara yang mengode ke teman-temannya kalau Aldy dan Syila saling menatap.

"Ciee elahh.., kalau suka mah gas aja, Al," ledek Rudi kepada Aldy.

Aldy yang sedari tadi menatap Syila yang sudah memutuskan kontak mata terlebih dahulu pun langsung tersadar.

"H-hah? siapa yang suka sih?" kesal Aldy. "Orang cuman ngeliat doang," lanjutnya.

"Liat apa liat??" Ledek Ardi yang notabenya tukang ngeledek.

Lantas mereka semua langsung tertawa terbahak-bahak karena ledekan dari Ardi.

Teman-teman Aldy memang jago mencairkan suasana.

"Hett jadi cowok jangan gengsian," celetuk Tegar.

Aldy mendelik tajam, "Lo sendiri gimana? Bukannya lo suka ama Fiara?"

Tegar langsung diam membisu saat Aldy menyebut nama Fiara.

Rudi langsung tertawa meledek, "Kalian berdua sama aja. Sama-sama gengsian."

"Nih ya, kalau lo emang lagi suka sama cewe, ya udah gas aja," saran Damar. "Deketin pelan-pelan, jangan lupa kasih effort nya," lanjut Damar.

Rudi mengangguk setuju.

"Nah bener tuh. Kalau lo berdua gengsi nyatain cinta, seenggaknya deketin aja dulu," saran Rudi.

"Gak salah sih. Mending deketin dulu, daripada nanti endingnya Dia sama yang lain?" Ucap Ardi. "Nanti nangesss," ledek Ardi dan langsung di iringi tawaan dari yang lain.

"Eh, Gar," panggil Rudi.

Tegar menoleh, "Hm?"

"Gue mah heran sama lo. Lo suka sama Fiara dari kelas 10, tapi kenapa gak lo tembak aja sih?" tanya Rudi.

Tegar lama terdiam, "Gue takut Fiara gak suka sama guem"

"Ya ilahh. Gimana Fia mau suka sama lo kalau lo nya aja gak ngedeketin Fia?" tanya Bara yang kesal.

Ardi yang sedang menyeruput es teh pun mulai bicara. Eh tapi sejak kapan mereka sudah memesan makanan dan minuman?

"Tegar ini tipe cowo yang ngedeketin seorang cewe dengan buat si cewenya kesel," ucap Ardi. "Bener kan?"

Tak lama dari itu, Tegar mengangguk.

"Gue mencintai Dia dengan cara gue sendiri." ucapnya.

"Gue juga," celetuk Aldy.

Tegar mendelik tajam, "Hah? Lo juga suka ama Fia?" kagetnya.

Aldy malah ikut-ikutan terkejut.

"Apaan sih? Bukan Fia tapi Syil-" ucapannya terhenti karena hampir keceplosan.

Rudi, Bara dan Ardi langsung menahan tawa.

"Kan kann..."

"Ya ilah tinggal bilang aja kalau suka sama Syila. Apa susahnya sih?" tanya Bara.

Aldy langsung terdiam seketika. "Nyatain cinta gak gampang kali, Bar."

"Gue setuju sama lo," ucap Tegar.

Hening.

"Jadi lo bukan suka sama Fia kan?" tanya Tegar memastikan.

"Kagak!" sentak Aldy. "Gue gak suka sama Fia, tapi sama gadis Bandung," ucapnya memelan.

Seketika Rudi memiliki akal yang cemerlang.

Rudi berdiri dan langsung meneriaki Syila yang sedang makan.

"SYILA!!" panggil Rudi yang menggelegar seisi kantin.

Syila yang merasa namanya terpanggil pun langsung membalikkan badannya.

"Kenapa?"

"ALDY SUKA SAMA LO!! CUMAN DIA GENGSI." teriak Rudi tanpa dosanya.

Aldy dan teman-temannya yang lain langsung terdiam tak percaya. Rudi berani sekali ternyata.

"TEMEN LAKNAT!" batin Aldy yang menyumpah serapahi temannya yang satu ini.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Trip
963      485     1     
Fantasy
Sebuah liburan idealnya dengan bersantai, bersenang-senang. Lalu apa yang sedang aku lakukan sekarang? Berlari dan ketakutan. Apa itu juga bagian dari liburan?
Mermaid My Love
2729      1181     3     
Fantasy
Marrinette dan Alya, dua duyung yang melarikan diri dari Kerajaan laut Antlantis yang sudah diluluhlantakkan oleh siluman piranha. Mereka terus berenang hingga terdampar disebuah pantai. Kemudian mereka menyamar dan menjalani kehidupan seperti manusia. Untuk memenuhi kebutuhan hidup, Marrinette bekerja di sebuah kafe sedangkan Alya direstorant. Ditempat Marrinette bekerja malah bertemu dengan ...
Dear, My Brother
807      519     1     
Romance
Nadya Septiani, seorang anak pindahan yang telah kehilangan kakak kandungnya sejak dia masih bayi dan dia terlibat dalam masalah urusan keluarga maupun cinta. Dalam kesehariannya menulis buku diary tentang kakaknya yang belum ia pernah temui. Dan berangan - angan bahwa kakaknya masih hidup. Akankah berakhir happy ending?
29.02
449      241     1     
Short Story
Kau menghancurkan penantian kita. Penantian yang akhirnya terasa sia-sia Tak peduli sebesar apa harapan yang aku miliki. Akan selalu kunanti dua puluh sembilan Februari
Salon & Me
4447      1346     11     
Humor
Salon adalah rumah kedua bagi gue. Ya bukan berarti gue biasa ngemper depan salon yah. Tapi karena dari kecil jaman ingus naek turun kaya harga saham sampe sekarang ketika tau bedanya ngutang pinjol sama paylater, nyalon tuh udah kaya rutinitas dan mirip rukun iman buat gue. Yang mana kalo gue gak nyalon tiap minggu rasanya mirip kaya gue gak ikut salat jumat eh salat ied. Dalam buku ini, udah...
It Takes Two to Tango
475      348     1     
Romance
Bertahun-tahun Dalmar sama sekali tidak pernah menginjakkan kaki di kota kelahirannya. Kini, ia hanya punya waktu dua minggu untuk bebas sejenak dari tanggung jawab-khas-lelaki-yang-beranjak-dewasa di Balikpapan, dan kenangan masa kecilnya mengatakan bahwa ia harus mencari anak perempuan penyuka binatang yang dulu menyelamatkan kucing kakeknya dari gilasan roda sepeda. Zura tidak merasa sese...
Ilona : My Spotted Skin
747      524     3     
Romance
Kecantikan menjadi satu-satunya hal yang bisa Ilona banggakan. Tapi, wajah cantik dan kulit mulusnya hancur karena psoriasis. Penyakit autoimun itu membuat tubuh dan wajahnya dipenuhi sisik putih yang gatal dan menjijikkan. Dalam waktu singkat, hidup Ilona kacau. Karirnya sebagai artis berantakan. Orang-orang yang dia cintai menjauh. Jumlah pembencinya meningkat tajam. Lalu, apa lagi yang h...
Moira
26222      2673     5     
Romance
Diana adalah seorang ratu yang tidak dicintai rajanya sendiri, Lucas Jours Houston, raja ketiga belas Kerajaan Xavier. Ia dijodohkan karena pengaruh keluarganya dalam bidang pertanian dan batu bara terhadap perekonomian Kerajaan Xavier. Sayangnya, Lucas sudah memiliki dambaan hati, Cecilia Barton, teman masa kecilnya sekaligus salah satu keluarga Barton yang terkenal loyal terhadap Kerajaan Xavie...
Rain Murder
2566      681     7     
Mystery
Sebuah pembunuhan yang acak setiap hujan datang. Apakah misteri ini bisa diungkapkan? Apa sebabnya ia melakukannya?
Kani's World
1915      832     0     
Inspirational
Perjalanan cinta dan impian seorang perempuan dari desa yang bernama Kani. Seperti halnya kebanyakan orang alami, jatuh bangun dihadapinya. Saat kisah asmaranya harus teredam, Kani dituntut melanjutkan mimpi yang sempat diabaikannya. Akankah takdir baik menghampirinya? Entah cita-cita atau cinta.