♤♤♤
"Ck, lo ngerti gak?" tanya Aldy dengan suara serak khas nya.
Syila menggerutu, "Ishh... iya iya... ngerti"
"Ngerti tapi mukanya kayak orang pusing yang lagi kelilit utang," ledek Aldy.
"Diem lo!"
Aldy malah terkekeh. Syila langsung memukul tangan Aldy pelan.
"Nggak usah ketawa!" kesalnya. "Gak ada yang lucu ini."
Aldy hanya terdiam. Wajahnya kembali datar.
"Dasar triplek! Jangkung! cowok sok kul," ledek Syila.
Aldy menoleh, "Lo ngomongin gue?"
"Lo sadar?" tanya Syila. "Bagus kalau lo sadar."
Aldy masih dengan wajah datarnya, "Gue belum gila."
Syila menghela nafasnya.
"Lo pulang sana! nyebelin banget."
Aldy hanya sekedar melirik Syila. Dan itu dapat membuat Syila kesal.
"Lo kesini cuman mau buat gue darah tinggi, Huh?" kesal Syila.
Dengan santai, Aldy menjawab "Iya, kan lo punya darah rendah."
Syila terkejut. Bagaimana lelaki ini bisa tau kalau dirinya punya darah rendah.
"Heh! lo tau dari mana?" tanya Syila.
Tanpa berdosanya, Aldy langsung mengambil tangan kanan Syila yang sedang memegang pensil.
Pensil itu terjatuh, Aldy melihat kuku Syila.
"Ini!" tunjuk Aldy ke arah kuku Syila.
Syila pun mengikuti arah tunjuk Aldy.
"Kuku lo cenderung berwarna putih. Itu tandanya lo kekurangan darah "
Syila melihat ke arah kukunya yang sedang di pegang oleh Aldy.
"Iya, lo bener," ujarnya pelan.
Syila dan Aldy masih terus melihat kuku Syila. Sampai pada akhirnya Syika terkejut.
"Ngapain lo liatin kuku gue terus?" tanya Syila yang sudah mulai risih. "Jangan di liatin mulu, gue risih."
Aldy hanya melirik sebentar ke arah Syila dan langsung melihat kembali kuku Syila dengan intens.
Syila mulai menarik-narik tangannya dari genggaman Aldy. Ia risih saat Akdy terus melihat kukunya.
"Ihh lepas!"
Aldy tidak mengubrisnya, Ia terus memandangi kuku Syila yang menurutnya lucu.
Awalnya memang hanya di lihat saja, tapi lama kelamaan Aldy malah memainkan kuku Syila atau lebih tepatnya mengelus-elus kuku Syila.
"Nih orang aneh banget," gumam Syila.
Syila terus berusaha menarik tangannya berkali-kali agar kukunya tidak terus-terusan di mainkan oleh Aldy.
"Lo ngapain sih mainin kuku gue?" tanya Syila yang sudah mulai kesal.
Aldy mendongak dengan muka polos. Dan menurut Syila, muka Aldy sangat lucu sekarang.
"Gue juga gak tau. Kuku lo lucu, rasanya pengen gue makan," ucapnya yang kembali memainkan kuku Syila.
"Boleh gak?" Tanya Aldy yang mendongak kembali dengan muka yang terlihat lucu.
Syila terdiam membisu. Apa ini? mengapa lelaki ini lucu sekali?
Tapi, Syila berusaha untuk tersadar.
"GILA LO!" pekik Syila dan langsung menarik paksa tangannya yang sedari tadi di pegang oleh Aldy.
Aldy berdecak sebal. Dan Ia langsung kembali memfokuskan dirinya ke tugasnya.
"Lo paham majas yang ini?" tanya Syila yang masih menggaruk tekuknya yang tidak gatal.
Aldy melihat ke sampingnya, "Oh, majas paradoks? gampang itu mah," ucapnya enteng
Syila terkejut, "Menurut gue, majas ini susah. Karena harus bisa nyusun kata yang bertentangan tapi membentuk sebuah makna."
Syila menghela nafasnya, "Dan menurut gue ini juga susah," keluhnya.
Aldy menghela nafasnya dan mengambil alih buku Syila.
"Sini gue ajarin."
Aldy mulai menjelaskan majas paradoks kepada Syila. Tapi sayangnya Syila masih bingung bagaimana membuat contohnya.
"Ihh gue masih bingung cara buat contohnya," keluh Syila sekali lagi.
Aldy berdecak pelan. Kenapa wanita ini tidak bisa? padahal majas paradoks ini gampang.
"Nih gue kasih contohnya"
Sejenak Aldy berfikir.
"Contoh, "Syila merasa dirinya jelek, tapi sebenarnya Ia cantik", Nah begitu."
"Ada kata bertentangan di dalamnya. Pada frasa yang pertama ada kata 'jelek' yang bermakna buruk, sedangkan pada frasa yang kedua ada kata 'cantik' yang bermakna bagus."
"Nah kedua kata tersebut mempunyai makna yang berbeda namun membentuk sebuah makna," jlas Aldy. "Paham sekarang?"
Syila masih berfikir. Sedetik kemudian Ia menggangguk.
Tapi..
"Tetep aja susah bikinnya. Gue pusing."
Aldy mendengus, "Itu otak lo aja yang gak nyampe."
Syila langsung kesal seketika. Dia memang tidak suka mata pelajaran Bahasa Indonesia tapi Ia sangat menyukai pelajaran Matematika.
"Seenggaknya gue jago Matematika," ucapnya dengan sombong.
Jujur, Ia lebih menyukai pelajaran yang hitung-hitungan.
Aldy terkejut, "Manusia titisan mana lo? Orang-orang gak suka sama matematika, tapi lo malah suka."
"Gak tau, gue juga bingung."
Sejenak Syila merenung, "Gue suka matematika karena matematika itu ilmu yang pasti."
"Aneh," gumam Aldy.
"Gue denger!"
"Sejak kapan gue bilang lo budek?"
Sudahlah, Syila malas berdebat dengan si jangkung yang satu ini.
▪▪▪
Sekarang, tidak ada Aldy di rumahnya. Syila sangat aman, damai, tentram, dan bersahaja saat rumahnya tidak kedatangan manusia tiang listrik.
"Untung si jangkung udah pulang. Lega banget gue"
Saat Ia sedang merebahkan dirinya di kasur, tiba-tiba saja Ia mengingat kembali kejadian dirinya tadi dengan Aldy.
"Dipikir-pikir Aldy lucu juga," ucapnya bermonolog.
"Walaupun terkadang, mukanya serasa pengen gue tonjok."
Dia terus memutar kembali kejadian yang tadi di ingatannya.
"Aldy 10 tapi..
Agak lama Syila menggantung kalimatnya.
"TAPI DIA NYEBELIN," lanjutnya.
"ANDAI NONJOK ORANG ITU GAK DOSA, UDAH GUE TONJOK TUH ORANG "
Syila memang masih kesal dengan Aldy yang tiba-tiba datang ke rumahnya tanpa seizinnya.
"Udah mana ganggu tidur gue," lanjut Syila yang sudah benar-benar kesal.
Bagaimana tidak? Aldy tadi datang saat Ia sedang tidur. Dan alasan Aldy datang ke rumah nya pun karena mengerjakan tugas bareng.
Padahal saat sudah sampai, mereka belajar sendiri-sendiri.
"Beralasan belajar bareng, padahal tadi belajar sendiri-sendiri. Gue belajar matematika, sedangkan dia belajar Bahasa Indonesia."
Aldy mengatakan kalau Ia belajar Matematika, otaknya akan terbakar dan keluar asap. Oleh karena itu, Ia tidak mau belajar matematika.
Karena jam sudah menunjukkan pukul 23.00 maka Syila pun memejamkan matanya untuk tidur.
Ia berharap, esok adalah hari yang cerah dan akan mendatangkan kebahagiaan yang tiada tara.
▪▪▪
"MAMPUS!!!" pekik Syila yang baru terbangun dari tidurnya.
Ia bergegas ke kamar mandi untuk cuci muka saja. Bukan tanpa alasan Ia melakukan itu, Ia melakukan hal tersebut karena Ia hampir telat.
"Gilaaa, bentar lagi jam 7 sedangkan gue masih di rumah."
Ia seperti orang yang di kejar-kejar setan. Ia sangat buru-buru dan sedikit ceroboh saat ini.
Ada saja barang yang terjatuh akibat kepanikannya itu.
"Ya Allah bantu hambamu ini yang sangat cantik jelita nan mempesona agar tidak telat masuk sekolah," ucapnya merapal doa sembari memasukkan buku-buku pelajaran ke dalam tasnya.
Sudah berkali-kali Ia mengecek kembali tasnya. Takut ada yang tertinggal.
Dan bodohnya, kegiatan tersebut memakan waktu beberapa menit. Sehingga sekarang sudah menunjukkan pukul 06:45.
"5 MENIT LAGIII!!!"
Syila langsung ngibrit keluar rumah dan memakai sepatunya. Setelah itu Ia membuka pintu gerbangnya.
Betala terkejutnya Syila saat manusia tiang listrik sudah ada di depan rumahnya sekarang.
"Lo? ngapain lo disini?" tanya Syila yang bertanya-tanya.
"Menjemput seorang gadis Bandung yang hampir telat," balasnya yang masih setia numpak di motornya. "Ayo bareng! 5 menit lagi masuk. Gue jamin kalau berangkat sama gue, 2 menit juga nyampe."
Dan apakah yang akan terjadi selanjutnya???