Loading...
Logo TinLit
Read Story - Coneflower
MENU
About Us  

"Tidak usah pikirkan orang lain, hanya dirimu sendiri. Ingat hal itu."

 

———

 

 

Hari ini adalah hari terakhir ujian di semester dua. Di hari terakhir, kelas mengadakan sebuah acara rujakan, dan beberapa anak sudah membawa buah-buahan serta sambal. Tikar dibuka, semua duduk di bawah dengan hidangan rujak buah di depan mereka yang begitu banyak. Violin menerima dengan senang hati es campur yang diambilkan oleh Aneisha. Bahkan gadis itu tersenyum lebar di tempatnya. Sembari memakan es campur, dia bercanda dengan Meifa yang ada di sampingnya. 

 

Pada akhirnya, walaupun itu beberapa bulan dari hari dia masuk ke sekolah menengah atas. Dia bisa akrab dengan teman sekelasnya. 

 

"Lin! Rujaknya hampir kejatuh itu loh!"

 

"Eh bego! Maaf-maaf!" Jawab Violin sembari membenarkan piring berisi buah yang dia bawa. 

 

Acara tersebut berlangsung dengan cukup menyenangkan. Bu Fatma, guru wali kelas yang duduk di tengah, diperlakukan seperti seorang ratu dengan banyak anak kelas yang memberikannya rujak buah. Sebuah lagu diputar dari sound di dalam kelas, menampilkan sebuah lagu barat yang terdengar menyenangkan. 

 

Violin tersenyum lebar bahkan tertawa di tempatnya. Dia sangat menikmati hari ini dimana dirinya bisa berbicara dengan nyaman tanpa mempedulikan perkataan anak-anak lain. Dengan adanya Aneisha dan Meifa di sampingnya, Violin merasa tidak sendirian. 

 

Sekarang Violin sudah tidak sendirian. 

 

"Manusia itu tidak benar-benar sendirian. Semuanya pasti akan bersosialisasi. Sesusah apapun berkomunikasi dengan orang-orang, pada akhirnya manusia akan bersosialisasi." 

 

Saat ini Violin berada di kamar mandi sendirian. Dia menatap ke atap kamar mandi, pemandangan yang selalu dia lihat sendirian dengan sesosok yang biasanya ada di sampingnya. 

 

Violin menoleh ke samping. Biasanya ada sosok teman ilusinya di sana. Mytha, memandangi dirinya dengan sebuah senyum manis khas miliknya. Rambutnya yang tergerai, dan sudut matanya yang menatap dirinya lembut. 

 

Tangan Violin terangkat, seolah menggapai sebuah ilusi dimana wajah Mytha ada di sampingnya. Tetapi tidak ada apapun, kosong, bahkan Violin tidak merasakan apapun dari Mytha. 

 

Teman khayalannya sudah pergi jauh meninggalkan dirinya. 

 

"Kalau mungkin besok aku menghilang.." Mytha terdiam di tempatnya. "..itu artinya keadaanmu baik-baik saja! Karena kau menginginkan sembuh, maka delusimu menghilang! Mimpimu akan menjadi kenyataan Cheryl!" 

 

Begitu kata-kata Mytha yang terus terputar di telinganya. Masih terdengar sangat jelas, saat Mytha terus mengatakan hal-hal baik untuknya. 

 

Kata-kata yang akan membuat dirinya menjadi lebih baik. 

 

Guru bimbingan konseling membagikan sebuah angket berisi karir, perguruan tinggi, serta penjurusan. Violin yang menerimanya terdiam membaca demi kata angket yang ada di sana. Dia membandingkan nilai-nilainya yang pas pasan dengan impian karir yang dia tuju, walaupun sejujurnya impian tersebut adalah milik orang tuanya. 

 

Pada akhirnya Violin memilih mata pelajaran yang kebanyakan dari jurusan IPA karena dia hendak menuju kedokteran. Setelah hampir sebulan libur panjang kenaikan kelas. Violin mendapatkan kabar bahwa dirinya berada di kelas XI-3. 

 

Setelahnya, masa kelas sepuluh di sekolah menengah atasnya sudah selesai. 

 

 

 

 

4 tahun kemudian. 

 

Violin tengah berjalan-jalan sendirian di pinggir jalan kota dengan langkah santai. Pikirannya melayang-layang ke arah lain. Tatapannya kosong ke depan. Sejujurnya perkataan serta tugas-tugas dari dosen pembimbingnya begitu mengganggu pikirannya. Dia hanya ingin mengistirahatkan kepalanya sejenak, setelah kemarin dirinya salah melakukan praktek dalam mengobati pasien. Violin hanya dapat menghela nafasnya berat saat dia dimarahi oleh dosen pembimbingnya. 

 

Tring!

 

Sebuah bel terdengar cukup lembut di telinganya. Perlahan Violin menoleh. Tatapannya tertuju pada sebuah toko bunga yang ada di sampingnya. Gedungnya terlihat cukup cantik dan bunga-bunganya ditata dengan rapi. Kendaaran lalu lintas di jalan raya di sebelahnya, membuat angin dan menerbangkan rambut pendek Violin. Dia tidak pernah memanjangkannya sekali pun.  

 

Tatapannya hanya tertuju pada sebuah bunga dengan warna dasar merah muda. Tidak seperti bunga yang lain, bunga tersebut berbentuk kerucut. Dengan bagian utama bunga yang menjorok ke atas, lalu mahkota bunga terarah ke bawah. Walaupun berbeda dengan bunga-bunga lainnya, tetapi bunga tersebut terlihat beda daripada bunga yang lain. 

 

Seperti dirinya yang berbeda dengan orang lain. 

 

Pada akhirnya, Violin masuk ke dalam toko bunga tersebut. Dia didampingi oleh petugas di sana, dan terus menatap bunga tersebut.

 

"Itu bunga kerucut. Apakah nona berkenan membelinya?" Tanya petugas toko. Seorang wanita muda cantik dengan seragam kasual miliknya. 

 

"Bunga kerucut?" Ulang Violin dengan sedikit bingung. 

 

"Bunga tersebut tergolong Echinacea berasal dari Amerika Utara dan biasanya disebut coneflower." 

 

Violin tersenyum kecil. "Coneflower?" Dia terdengar sedikit tertarik dengan nama barusan. 

 

Petugas tersebut menarik senyum dan mengangguk. "Benar, coneflower. Indah bukan? Kegunaannya obat di Amerika Utara. Bahkan mempunyai sebuah simbolis sendiri."

 

"Apa itu?" 

 

"Karena kegunaan yang begitu bermanfaat bagi orang-orang bunga kerucut dikaitkan dengan kesehatan, kekuatan, dan penyembuhan."

 

Violin menarik senyum begitu senang mendengarnya. "Aku beli satu tangkai saja, apa bisa?" 

 

Selanjutnya, Violin memasukkan kunci pada pintu di depannya. Setelah pintu terbuka, dia memegang daun pintu dan menekannya pelan hingga pintu terbuka sempurna. Tampak kamar kosnya yang kecil tetapi terlihat rapi di dalamnya. 

 

Violin melangkah masuk ke dalam kamarnya sendiri dan tidak lupa untuk menutup pintunya. Dia menaruh satu tangkai bunga coneflower di atas meja belajarnya. Namun, secarik kertas jatuh di bawah dan membuat Violin sedikit terkejut di tempatnya. 

 

Dia mengambil kertas tersebut dan menatap bagian awalnya. Hanya bertuliskan nama toko bunga barusan. Lalu, dia membuka lengkukan kertas satunya. Perlahan sudut bibir Violin tertarik saat membacanya. 

 

Coneflower berkata, "Aku harap kamu merasa lebih baik." 

 

 

The End

 

 

end

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
GEANDRA
486      386     1     
Romance
Gean, remaja 17 tahun yang tengah memperjuangkan tiga cinta dalam hidupnya. Cinta sang papa yang hilang karena hadirnya wanita ketiga dalam keluarganya. Cinta seorang anak Kiayi tempatnya mencari jati diri. Dan cinta Ilahi yang selama ini dia cari. Dalam masa perjuangan itu, ia harus mendapat beragam tekanan dan gangguan dari orang-orang yang membencinya. Apakah Gean berhasil mencapai tuj...
Something about Destiny
172      147     1     
Romance
Devan Julio Widarta yang selalu dikenal Sherin sebagai suami yang dingin dan kurang berperasaan itu tiba-tiba berubah menjadi begitu perhatian dan bahkan mempersiapkan kencan untuk mereka berdua. Sherin Adinta Dikara, seorang wanita muda yang melepas status lajangnya pada umur 25 tahun itu pun merasa sangat heran. Tapi disisi lain, begitu senang. Dia merasa mungkin akhirnya tiba saat dia bisa mer...
Code: Scarlet
25787      5006     16     
Action
Kyoka Ichimiya. Gadis itu hidup dengan masa lalu yang masih misterius. Dengan kehidupannya sebagai Agen Percobaan selama 2 tahun, akhirnya dia sekarang bisa menjadi seorang gadis SMA biasa. Namun di balik penampilannya tersebut, Ichimiya selalu menyembunyikan belati di bawah roknya.
Warisan Kekasih
1080      710     0     
Romance
Tiga hari sebelum pertunangannya berlangsung, kekasih Aurora memutuskan membatalkan karena tidak bisa mengikuti keyakinan Aurora. Naufal kekasih sahabat Aurora mewariskan kekasihnya kepadanya karena hubungan mereka tidak direstui sebab Naufal bukan seorang Abdinegara atau PNS. Apakah pertunangan Aurora dan Naufal berakhir pada pernikahan atau seperti banyak dicerita fiksi berakhir menjadi pertu...
Ratu Blunder
94      73     2     
Humor
Lala bercita-cita menjadi influencer kecantikan terkenal. Namun, segalanya selalu berjalan tidak mulus. Videonya dipenuhi insiden konyol yang di luar dugaan malah mendulang ketenaran-membuatnya dijuluki "Ratu Blunder." Kini ia harus memilih: terus gagal mengejar mimpinya... atau menerima kenyataan bahwa dirinya adalah meme berjalan?
It Takes Two to Tango
474      347     1     
Romance
Bertahun-tahun Dalmar sama sekali tidak pernah menginjakkan kaki di kota kelahirannya. Kini, ia hanya punya waktu dua minggu untuk bebas sejenak dari tanggung jawab-khas-lelaki-yang-beranjak-dewasa di Balikpapan, dan kenangan masa kecilnya mengatakan bahwa ia harus mencari anak perempuan penyuka binatang yang dulu menyelamatkan kucing kakeknya dari gilasan roda sepeda. Zura tidak merasa sese...
UNTAIAN ANGAN-ANGAN
355      299     0     
Romance
“Mimpi ya lo, mau jadian sama cowok ganteng yang dipuja-puja seluruh sekolah gitu?!” Alvi memandangi lantai lapangan. Tangannya gemetaran. Dalam diamnya dia berpikir… “Iya ya… coba aja badan gue kurus kayak dia…” “Coba aja senyum gue manis kayak dia… pasti…” “Kalo muka gue cantik gue mungkin bisa…” Suara pantulan bola basket berbunyi keras di belakangnya. ...
Pertualangan Titin dan Opa
3591      1366     5     
Science Fiction
Titin, seorang gadis muda jenius yang dilarang omanya untuk mendekati hal-hal berbau sains. Larangan sang oma justru membuat rasa penasarannya memuncak. Suatu malam Titin menemukan hal tak terduga....
Rembulan
1256      711     2     
Romance
Orang-orang acap kali berkata, "orang yang gagal dalam keluarga, dia akan berhasil dalam percintaan." Hal itu tidak berlaku bagi Luna. Gadis mungil dengan paras seindah peri namun memiliki kehidupan seperti sihir. Luna selalu percaya akan cahaya rembulan yang setiap malam menyinari, tetapi sebenarnya dia ditipu oleh alam semesta. Bagaimana rasanya memiliki keluarga namun tak bisa dianggap ...
Cemong, Kucing Kecil Kesayangan
432      282     0     
True Story
Riska adalah seorang gadis kecil yang berusia 8 tahun. Ia tinggal di sebuah rumah kecil di pinggir kota bersama keluarganya. Suatu hari, Riska menemukan seekor anak kucing yang lucu dan menggemaskan di depan rumahnya. Ia langsung jatuh cinta dengan anak kucing tersebut dan memutuskan untuk merawatnya. Luna memberi nama anak kucing tersebut "Cemong". Novel ini saya buat untuk mengenang anak kucing...