Wanita Di Sungai Emas
Pada zaman dahulu kala... banyak cerita turun temurun yang menjadi cikal bakal suatu cerita yang sangat dipercaya oleh masyarakat desa Bunga-Bunga di kerajaan Mutiara Berlian, yang sering dibilang sebagai Kisah Sungai Emas.
Aku mengetahui cerita ini dari nenekku yang sudah meninggal dua tahun lalu karena tergelincir di sungai, hal ini memang terdengar konyol, tetapi jika dipikir-pikir lagi... itu adalah suatu hal yang sangat tidak terduga.
Sebelum dia meninggal, diapun menceritakan kisah ini.
Pada saat manusia belum menjarah bumi, banyak sekali penghuni-penghuni pendahulu yang masih hidup sampai sekarang, dan hidup tentram tanpa gangguan dan campur tangan manusia. Ada beberapa makhluk yang menyeramkan, ada juga yang cantik jelita serta tampan rupawan yang akhirnya dibagi menjadi delapan grup dan dua jenis pada masing-masing grup, kecuali ada dua jenis yang hanya ada satu, dan ada satu grup yang masih belum diketahui.
Grup pertama yaitu makhluk Tanah, dan jenisnya ada yang bernama Tanah Iblis dan Tanah Malaikat.
Grup kedua yaitu makhluk Pantai, dan jenisnya ada yang bernama Pantai Iblis dan Pantai Malaikat.
Grup ketiga yaitu makhluk Sungai, dan jenisnya ada yang bernama Sungai Iblis dan Sungai Malaikat.
Grup keempat yaitu makhluk Danau, dan jenisnya ada yang bernama Danau Iblis dan Danau Malaikat.
Grup kelima yaitu makhluk Laut, dan jenisnya ada yang bernama Laut Iblis dan Laut Malaikat.
Grup keenam yaitu makhluk Iblis Neraka atau makhluk berjenis Neraka.
Grup ketujuh yaitu makhluk Malaikat Surga atau makhluk berjenis Surga.
Dan yang terakhir yaitu makhluk Kegelapan.
Kebanyakan makhluk tersebut menyukai genangan air, karena banyak yang bilang bahwa genangan air memiliki suatu energi mistis yang membuat mereka kembali menjadi wujud yang indah, wujud yang sangat menyeramkan, dan bahkan berwujud manusia, terkecuali makhluk Iblis Neraka, dan sepertinya makhluk Kegelapanpun sama halnya dengan makhluk Iblis Neraka.
Cerita yang paling terkenal dari makhluk tersebut yaitu Wanita Disungai Emas.
Separuh dari cerita makhluk sungai emas ini sangatlah membosankan, hanya menceritakan bagaimana caranya bertahan hidup sendiri didekat sungai, dan juga hal-hal membosankan lainnya, tetapi separuhnya lagi sangat menarik... seperti wanita tersebut ditinggal oleh orang tuanya karena dia berkembang dengan tanda lahir berwarna keemasan dibagian leher belakang, dan... hal aneh lainnya.
Lalu pada saat dia ditinggal oleh kedua orang tuanya, dia didatangi oleh sebuah makhluk asing yang menurut cerita tersebut, wajahmakhluk itu ditekan secara perlahan, khusunya dibagian dahi dengan halus sampai makhluk itu tidak bergerak, dan tiba-tiba... makhluk tersebut mendongakan kepala wanita itu dan menusuk dahinya dengan kuku-kuku panjang, tetapi makhluk itu tidak berteriak atau melakukan apa-apa, dan anehnya lagi, seharusnya yang keluar itu darah berwarna merah pekat bukan?... Tetapi... yang keluar adalah suatu cairan berwarna emas mengilap yang keluar dari mulutnya, dan cairan emas tersebut mengalir sangat banyak hingga seluruh tubuh makhluk itu menjadi berwarna emas dan seluruh warna sungai yang tadinya bening dan asri menjadi berwarna emas keseluruhan.
Setelah kejadian itu, tidak ada lagi yang mengetahui cerita selanjutnya.
Tetapi ada rumor yang beredar, bahwa mungkin saja makhluk tersebut menjadi cantik, ada yang bilang menjadi mengerikan, dan ada juga yang bilang bahwa dia meninggal karena kehabisan darah atau keracunan zat seperti merkuri, kromium, arsenik, dan lain-lain.
Tetapi tidak ada satu orangpun yang mengetahui cerita sebenarnya.
"Alejandro! Pedangmu sudah jadi! Cepat ke tempat paman Elio!" Ucap Berta dari lantai bawah.
"Iya, sebentar" Jawabku.
Oh iya, aku lupa jika aku sedang meminta dibuatkan pedang untuk persiapan menjelajah wilayah baru nantinya.
Rumornya... wilayah baru tersebut sangatlah mengerikan, seperti adanya sebuah sungai yang beracun, makhluk berjenis Iblis Sungai, tanaman yang berbahaya, dan suku-suku aneh yang dikabarkan sangat mengerikan dan suka menculik orang-orang yang melewati.
Atau mungkin beberapa makhluk Iblis lainnya yang belum diketahui dan dicatat dibuku Catatan Sahnya Makhluk.
Mungkin... karena raja sendiripun belum pernah melihat dan baru mengetahui tempat tersebut dari tangan kanannya yang tidak sengaja menemukan tempat itu.
Dan akupun sedikit takut pula dengan tempat tersebut, tetapi.. apa yang bisa kuperbuat selain mengikuti perintahnya, aku hanya bisa berdoa agar bisa selamat dari bahaya saat menjelajah nanti.
"Ayo cepat! Paman Elio sedang mengamuk karena kamu merusak pedangmu yang lama!" Ucap Berta.
"Iya Berta! Aku sedang membersihkan barangku!" Ucapku sedikit kesal.
"Cepat!"
Berta, kakakku yang sangat meloyakan, tetapi dilain kalbu.. dia juga sangat baik, dia selalu memproteksiku agar tidak terkena penyakit maupun terluka, setiap bulanpun dia membawaku ke ahli kesehatan agar diberi vitamin dan memastikanku agar selalu sehat, aku merasa dia sangat peduli denganku apapun caranya.
Hubungan ambivalen yang aku harap hanya efermal.
"Cepat! Paman Elio memanggilmu daritadi! Kakak hitung ya! Satu... Dua..." Berta mulai menghitung.
Aku berpaling dan berlari kearah tangga dan segera turun, karena... aku tahu jika Berta marah, seluruh kerajaan pasti akan membicarakan kami berdua.
Setelah turun, secara tak sengaja aku terjatuh karena terpeleset pada dua tangga terakhir, dan suara terjatuh itu sangatlah keras, sehingga aku melihat paman Elio berlari untuk melihatku.
Den tentu saja, Berta langsung menolong ku.
"Kau tidak apa-apa? Maka dari itu, jangan tergesa-gesa seperti tikus, kau menjadi terjatuh pada akhirnya" Ucap Berta menasehati.
"Kamu tidak kenapa-kenapa? Apakah paman harus melakukan sesuatu?" Tanya paman Elio.
"Tidak apa-apa, hanya sedikit pusing.
Oh! Dimana pedangnya?" Tanyaku.
"Ada ditempat penjemuran" Jawab paman Elio.
Akupun pergi meninggalkan mereka berdua, dan langsung mengambil pedang tersebut ditempat penjemuran, lalu kembali pergi kelantai atas.
Rasa senang, dingin, dan sakit karena terjatuh membuatku mual, dan aku hanya melamun sembari melihat pedang baruku.
Pedang ini memiliki kelancipan yang cukup tajam, dan memiliki gagang yang terbuat dari kayu jati.
Akupun mencium hidu yang khas dari pedang ini, dan secara tiba-tiba, Berta masuk kekamarku.
"Hei, maaf atas hal tadi, aku bawakan makanan ya?" Ucap Bell.
"Ya? Mungkin.." Jawabku tak yakin.
Bertapun bersegera pergi kebawah untuk mengambil makanannya.
Dia memang baik, tetapi jika sudah marah.. pasti sangat amat rodra dan membengkakkan telinga.
Walau begitu, aku tetap menyayanginya, karena... orang yang sangat peduli denganku hanyalah Berta dan paman Elio, orang tuaku sudah tiada karena dikoyak makhluk berjenis Sungai Iblis saat berjalan kerumah sakit untuk melahirkan anak ketiga mereka, saat disungai, makhluk itu menyergapku, ibuku, dan ayahku saat sedang darurat, ibuku sudah sangat teramat kesakitan karena sudah waktunya untuk melahirkan, tetapi... makhluk sungai yang jahat menyergap ibuku dahulu yang sangat amat rentan, lalu ayahku diserang karena berusaha menyelamatkan ibuku, sayangnya... ayahku gagal, dan dia dikoyak oleh makhluk tersebut, ibuku sudah tidak tahan karena bayinya yang ada didalam perut, dan kakinya yang disergap makhluk sehingga menjadi robek dan banyak darah yang keluar, diapun mengucap beberapa kata kepadaku sembari tertatih-tatih.
"Pergilah, jangan sampai kau juga meninggal seperti kami..." Ucapnya.
Dengan sangat takrela, akupun kabur dan mengabaikan kakiku yang rasanya sudah seperti ingin putus karena berlari sangat jauh, dan wajahku yang memerah karena kesal dan sedih, tetapi apa yang bisa kuperbuat?...
Dan sampai sekarang... aku masih mengingat kejadian itu, dan tidak akan bisa... melupakannya... sampai akhir dari hidupku...
Beberapa saat kemudian, Berta kembali dan membawakan makanannya.
"Ini, ada makanan kesukaan kamu, silahkan dimakan, ada ayam kispi.. dan.. kulit bakar, kakak ingin pergi menjemur baju sebentar" Ucap Bell.
"Terimakasih kak!" Jawabku.
Bertapun langsung pergi meninggalkanku, dan aku segera memakan makanan dari Berta sampai habis, hanya tersisa tulang saja dipiring.
Setelah makan, aku pergi keluar rumah agar mengisi kebosananku saat tidak bertugas, dan mungkin aku akan membeli beberapa aksesoris untuk menghias kamarku? Karena aku suka dengan kamar yang rapi dan indah, dan mungkin aku akan membeli beberapa buku-buku cerita dan buku filsafat kesukaanku? Mungkin akan kubeli nantinya, akupun mengambil uang ditempat penyimpanan uangku, dan pergi keluar rumah.
Diluar, aku melihat keramaian di Alun-alun Kesucian, dan setelah kulihat-lihat, ternyata ada orang disekerumunan tengah Alun-Alun.
"Siapa dia?" Tanyaku pada seorang warga.
"Dia adalah pesulap yang akan mengeluarkan makhluk dari kotak kecil itu" Jawabnya.
Orang yang dikatakan sebagai pesulap itu mulai merapikan mejanya, dan menaruh sebuah kotak kecil yang dibicarakan warga tadi dan melempar sebuah kain berwarna merah yang tepat mengenai kotak itu.
"Halo semua warga kerajaan Mutiara Berlian, didesa kesayangan kita, Bunga-Bunga.
Hari ini adalah hari pertamaku untuk menunjukkan keajaiban kepada kalian semua, seperti yang sudah kalian dengar, aku akan mengeluarkan makhluk yang cantik jelita dari kotak kecil ini, apakah kalian siap untuk melihatnya?" Ucapnya percaya diri.
"Ya!" Seru semua orang.
Kotak itupun dibuka, dan benar saja, secara tiba-tiba, muncullah suatu makhluk yang sangat cantik, semua orang menatapinya, dia memakai baju yang luar biasa cantiknya, seperti perpaduan baju antara abad kesepuluh dan zaman modern, yaitu baju kulit dengan serpihan motif bunga, gaun yang lebar dan menawan, dan tak lupa, korset dengan motif bunga dan daun berwarna emas dan coklat yang akan membuat semua orang terpaku.
Akupun menatap makhluk itu dengan tatapan penasaran, makhluk itu juga seperti menatapku dengan tatapan memohon, raut wajahnya yang gelabah, seperti dia sudah melewati hal-hal yang mengerikan dalam hidupnya dan rasanya seperti dia memohon untuk dibebaskan.
Tetapi... memangnya apa yang membuat dia meminta pertolongan?
Setelah beberapa saat, aku akhirnya pergi karena terlalu bosan hanya untuk melihat makhluk aneh itu, pada akhirnya aku pergi ketoko antik yang memiliki gaya arsitektur klasik dan elegan, dan tak lupa elemen-elemen lukisan dan beberapa foto untuk mempercantik ruangan.
Aku membeli barang penghias kamar seperti sebuah lukisan, dan membeli beberapa buku antik yang walaupun sudah usang, tetapi... aku tidak akan pernah menilai buku dari sampulnya, jadi... aku membelinya?
Judul buku itu juga menurutku menarik, yaitu 'Manusia Dan Langit Merah'.
Beberapa saat kemudian, langitpun mulai gelap, dan menunjukkan waktu sore hari, jadi aku memutuskan untuk kembali kerumahku, memasang lukisan tersebut, merapikan buku yang baru kubeli, dan pergi tidur.
Wanita Di Sungai Emas
Keesokan harinya, aku dibangunkan oleh Berta karena ingin memberitahukan suatu hal kepadaku.
"Alejandro, ada bingkisan dan pesan dari paman Roberto, mungkin kamu akan kebingungan, tetapi paman Roberto adalah salah satu dari keluarga kita, ayo dibaca" Ucap Berta.
Bertapun pergi kebawah, dan karena dia menyuruhku untuk membuka bingkisan itu, aku mulai membukanya.
Didalamnya ada sebuah surat, beberapa makanan, dan ada dua buku cerita.
Aku sedikit terkejut bahwa paman yang bahkan aku baru tau sendiri sudah lebih mengetahui tentangku, karena, aku adalah pecinta buku cerita yang sangat fanatik!
Buku cerita itu berjudul 'Buku harian Petro' dan 'Hari-hari pemimpi, Petro'.
Kurasa kedua buku itu memiliki kesamaan cerita, jadi... mungkin paman Roberto ingin aku mengetahui cerita tentang... Petro? Tetapi... siapa itu Petro?
Tetapi, bingkisan tak hanya berisikan buku, ada juga surat yang dia berikan kepadaku.
Surat itu ditempeli gambar-gambar seperti seorang wanita dengan sebuah makhluk aneh berwarna hitam dan memiliki tanduk.
Setelah melihat-lihat, akhirnya aku membuka surat tersebut, dan isi dari surat itu adalah.
'Hai Alejandro, aku senang jika kamu membaca surat ini, kamu pasti tidak mengenaliku, karena setiap aku ingin berkenalan denganmu, pasti kamu selalu sibuk, tetapi itu tidak apa-apa, karena kita pasti akan bertemu disuatu saat nanti, dan surat ini hanya untukmu, tidak boleh ada orang lain yang membaca surat ini, aku harap kamu bisa menjaganya.
Sebenarnya aku adalah salah satu warga dari kerajaan Mutiara Berlian, tetapi, aku diusir dari tempat asalku sendiri, dan sekarang aku menjadi gelandangan sehinggga tinggal sebatang kara disuku Cantik Alami yang selalu dibilang sebagai suku penculik, dan suku yang menyeramkan.
Tetapi yang sebenarnya adalah, warga didesa ini adalah orang-orang yang baik, itu hanyalah cibiran belaka untuk mengelabuhi warga kerajaan Mutiara Berlian agar tidak ada yang berani untuk menjelajah disuku Cantik Alami, karena raja sendiri sangatlah membenciku.
Dan apa kamu tau? Sebenarnya raja sangatlah membenciku, jadi hanya karena aku dibenci olehnya, pada akhirnya seluruh sukupun menjadi korban fitnah raja.
Maka dari itu aku mengharapkanmu untuk datang saat waktunya menjelajah.
Aku tahu ini akan berbahaya, tetapi bisakah kau keluar dari barisan untuk pergi ke suku Cantik Alami? Dan tunggu surat selanjutnya dariku.
Terimakasih sudah membaca, dan kuharap kau melaksanakan apa yang aku mau, dan jangan lupa membaca kedua buku yang aku berikan untuk berjaga-jaga dari makhluk seorang wanita yang biasanya dikaitkan dengan emas.
Terimakasih, dan sampai jumpa.
Roberto Leonardo'
Sebenarnya... aku juga ingin keluar dari barisan untuk pergi kesuku Cantik Alami bersama temanku Cardy, tetapi.. huft.. mungkin ini saatnya untuk melanjutkan aktifitasku kembali, lagipula, waktu menjelajahnyapun masih beberapa hari lagi, jadi aku tidak perlu untuk memikirkan hal itu.
Aku berdiri dari kasur, dan pergi kebawah tanpa memikirkan surat itu lagi.
Dibawah, aku meminum teh yang dibuat oleh Berta, dan setelah itu aku pergi keluar rumah untuk berjalan-jalan sebentar, sembari menunggu tugas dari raja, mungkin saja karena kemarin menganggur, sekarang raja akan memberiku suatu pekerjaan.
Akan tetapi... aku masih memikirkan tentang apa yang dibicarakan paman Roberto...
"Alejandro! Aku Bach! Aku ingin menanyakan sesuatu.. kau tidak akan pergi kemana-mana saat menjelajah nanti bukan? Karena.. ada seseorang yang berkata bahwa kasus hilangnya orang-orang karena suku itu semakin banyak, sampai-sampai kerajaan ini semakin ketat penjagaannya agar terhindar dari ekspansi suku Cantik Alami, dan jangan sampai suku Cantik Alami berubah menjadi suatu desa dan lama kelamaan menjadi kerajaan yang pastinya sangat berbahaya bagi dunia yang indah ini" Ucap seseorang secara tiba-tiba dan tergesa-gesa.
"I-iya.. aku hanya mengikuti rombongan saja bersama Cardy" Jawabku.
"Bagus.. semoga harimu cerah" Jawabnya.
Kepalaku semakin pening akan semua hal yang terjadi secara tiba-tiba dipagi hari yang indah ini.
Walau mungkin bukan saatnya aku memikirkan ini, tetapi.. apa yang harus aku lakukan sekarang? Aku merasa bahwa... sepertinya alamin telah menunjukku sebagai pemecah kebingungan ini sampai aku membolot semua fakta yang telau kudapatkan.
"ALEJANDRO! Aku mencarimu daritadi!
Mengapa kau MEMINUM TEH BUATANKU?!
Teh itu untuk menyambut paman Roberto kau tahu?! Dan sekarang... TIDAK ADA PILIHAN LAGI SELAIN DENGAN AIR PUTIH!" Teriak Berta dari jauh sambil menghampiriku.
"Memangnya mengapa? Bukankah air putih lebih sehat? Lagipula.. kau tidak memberi tahuku sebelumnya!" Jawabku.
"Bukankah aku sudah memberitahukannya sebulan lalu?! JANGAN MENGAMBIL SESUATU SEBELUM MEMINTA IZIN!" Jawab Berta.
"YA... MANA KUTAHU! Aku sudah lupa akan hal itu, seharusnya kau memberitahuku kembali!" Jawabku.
"Jangan banyak omong! Memangnya kau tidak malu disini?! Ayo kita lanjutkan dirumah!" Kata Bell.
"Huh... berisik!" Jawabku kesal.
"JANGAN MENGGERUTU SEPERTI ITU, karena ini SALAHMU, siapa yang menyuruhmu meminum teh sembarangan" Kata Berta.
Aku dan Berta kembali kerumah dan melanjutkan pembicaraan berontak kita yang semakin dahsyat sembari berhadap ampal-ampalan.
"Huh! Aku sudah pening sekarang karenamu! Dahulu, aku belum percaya tentang sifat berontakmu, tetapi... aku menjadi ainulyakin sekarang!" Ucap Berta.
"Eh.. ada apa ini? Mengapa kalian bertengkar? Bukankah kalian sudah dewasa? Seharusnya kalian tidak akan bertengkar seperti ini.. lagipula.. apa masalahnya? Mungkin paman bisa membantu kalian" Ucap paman Elio.
"Halo? Apa ada masalah? Aku baru saja datang disini. Eh, Alejandro! Aku paman Roberto, tumben sekali" Ucap paman Roberto ketika pertengkaran ini semakin seru untuk dijadikan omongan.
"T-tidak paman, tidak apa-apa, hanya sedang bercerita saja" Jawabku canggung.
Paman Roberto merasa janggal dengan semua ini.
Maka dari itu, Berta mulai menyubit tanganku dan berbisik.
"Ambilkan empat air putih sekarang" Bisiknya.
Tanpa bertele-tele, aku langsung mengaprit dan mengambil nampan rajutan bambu buatan nenekku, empat gelas kayu, lalu aku menimba air dari sumur, menyalakan api, dan menaruh panci diatasnya, dan menaruh air sumur itu kedalam panci.
Setelah itu, aku kembali ke ruang keluarga, dan ternyata mereka sedang mengobrol dan melupakan kejadian tadi.
Akupun berbisik kepada Berta, dan secara tiba-tiba, paman Roberto memanggilku untuk berbincang-bincang, tetapi aku menolaknya, dan mereka kembali mengobrol.
Kemudian, beberapa saat kemudian, air sumur itu sudah mendidih, dan akupun meminta izin dan berjalan menuju kompor kayu.
Menurutku.. paman Roberto sangatlah aneh, aku merasakan hal yang sangat aneh darinya... dan perkataan yang dilontarkanpun juga kurang meyakinkan... tetapi.. sekarang aku harus menuangkan air mendidih itu kedalam gelas, menaruhnya ke atas nampan, dan memberikannya kepada Berta, paman Elio, paman Roberto, dan tentunya aku.
Sebetulnya aku ingin bertanya banyak tentang paman Roberto... tetapi... kurasa jawabannya akan menambah suatu tabrakan dan ledakan pada korteks pra frontalku... dan aku juga sudah sangat lelah, hari ini sangat melelahkan, apalagi berdebat dengan Berta, jadi... aku rasa aku hanya akan mengambil airku, dan pergi kekamar, dan mungkin aku bisa langsung tidur, berbaring-baring seperti kucing mencari perhatian.
Maka dari itu, aku mengambil gelasku dan berbalik.
"Kau mau kemana?" Tanya paman Roberto secara tiba-tiba.
"E-eh... aku mau keatas, aku sangat lelah sekarang" Jawabku gemetar.
"Kau tidak mau mengobrol dengan pamanmu? Kita baru bertemu secara langsung loh..." Tanya paman Roberto dengan nada jengkel.
Mengapa dia mengatakan itu?! Aku menjadi kurang enak dengannya, tetapi... aku sudah terlalu lelah! Aku harus membuat alasan sekarang.
"I-iya... aku tau... tetapi... hari ini sangatlah melelahkan, jadi aku izin keatas dulu ya, selamat tinggal!" Jawabku dengan tergesa-gesa.
Akupun berlarian menaiki tangga dan segera membanting pintu agar tidak mendengarkan mereka lagi.
Dan... sekarang... aku mungkin akan membaca beberapa buku dari paman Roberto yang berjudul 'Buku harian Petro'.
Aku tidak terlalu membacanya sih... aku hanya membaca prolog dan bagian belakang dari bukunya, kira-kira ini hanyalah keseharian seseorang yang bahkan aku tidak mengenalnya.
Ya... mungkin aku akan membacanya jika bosan.
Setelah membaca buku itu, aku merasa teramat lelah, jadi aku menaruh buku itu dilemari, dan berbaring-baring diranjang sambil bergoyang-goyang untuk mencari posisi paling nyaman untuk tidur, aku tau ini memalukan, tetapi sekali lagi, aku sangat lelah!
Aku harus mencari posisi yang nyaman untuk berbaring, dan... lama kelamaan juga aku terlalu lelah dan tidur dengan sendirinya, walaupun masih sore hari, tetapi mataku sudah seperti ingin tutup tikar dari dunia yang aneh ini.
Wanita Di Sungai Emas
Keesokan harinya, aku terbangun seperti biasa diranjangku, tetapi anehnya ada banyak surat diatas tubuhku.
Aku mulai menghitung surat itu dengan samar-samar, dan kira-kira... ada tiga belas surat, aku terkejut karena ada surat sebanyak ini disini.
Mana mungkin aku meluangkan waktuku untuk membaca semua surat ini, tetapi... ada satu surat yang aneh, surat aneh itu memiliki kertas berwarna emas, dan... apakah ada hubungannya dengan yang lain? Atau itu adalah petunjuk bahwa aku harus membaca surat itu terlebih dahulu? Mungkin saja... jadi aku mengambil surat itu, membuka lipatannya, dan mulai membacanya.
'Wanita itu memang mengerikan.
Matanya tajam dengan warna merah pekat, kulitnya yang berwarna keemasan, bekas luka yang tidak pernah sembuh, gaunnya yang berwarna emas dan bermodel seperti lima abad yang lalu sudah menghantui sungai.
Banyak sekali warga yang menjadi korban, beberapa saudara korban berkata bahwa sebelum mereka menghilang, mereka selalu dihantui dengan mimpi buruk yang sangat nyata, merekapun menjadi sangat terpuruk, dan saat terbangun, mereka sudah tidak ingin melakukan aktifitas yang mereka sukai, mereka sudah tidak mau makan, bermain, bersosialisasi, dan lainnya.
Mereka lebih suka menyendiri dan menangis setiap saat diatas ranjangnya.
Dan kebanyakan orang bertanya-tanya mengapa mereka bisa mendapat mimpi seperti itu sebelum mereka menghilang, dan jawabannya mereka akan bilang bahwa mereka selalu mendapatkan surat-surat aneh berwarna merah dan biru.
Surat yang berwarna biru berisi puisi-puisi yang menceritakan tentang seorang wanita yang ditenggelamkan oleh sesuatu, sedangkan surat yang berwarna merah berisi foto-foto yang menyeramkan, dan di foto terakhir adalah foto sang korban yang dicoret-coret dengan tulisan seperti "AKAN AKU TENGGELAMKAN!" atau "DARAH EMASKU AKAN DIGANTIKAN DENGAN NYAWA!", sebelum mereka didatangkan mimpi menyeramkan.
Dan jika kamu mendapatkan surat ini, berhati-hatilah, dan jangan memercayai siapapun'
Setelah aku selesai membaca surat itu, tiba-tiba Berta masuk kedalam kamarku, dan berkata.
"Alejandro, kamu ditugaskan raja untuk menjaga kerajaan saat raja ingin pergi kekerajaan Bunga Emas Suci, untuk mengurus surat perjanjian" Ucap Berta.
"Dari siapakah surat-surat ini? Mengapa banyak sekali?" Tanyaku.
"Kakak tidak tahu, tapi kau lebih baik cepat-cepat" Jawab Berta.
"Tetapi... bisakah kau membereskan semua ini?" Tanyaku.
"Huh.. ya" Jawab Berta.
Aku hanya membalasnya dengan tertawa kecil, dan pergi untuk mandi, memakai baju penjaga, dan menyuruh delman terdekat untuk membawaku kekerajaan.
Sesampainya disana, aku disambut dengan penjaga lainnya, dan menyuruhku untuk masuk, dan mulai menjaga sembari berkeliling diseluruh kerajaan sampai raja datang pada malam hari.
Pekerjaan ini memang membosankan, tetapi dilain sisi juga sangat menyenangkan karena bisa melihat kerajaan dari berbagai sisi, mengelus peliharaan raja, bermain-main dengan kuda, dan tentunya bersemangat dalam menjaga kerajaan dengan penjaga lainnya, walau terkadang kami sering ditegur penjaga lainnya karena mungkin terlalu bersemangat sehingga membuatku seperti kekanak-kanakan, walau begitu... aku tetap senang.
Lagipula, aku tetap mengambekparamartakan dan tetap tegas jika ada sesuatu yang salah secara keseluruhan.
Lagipula... aku memang bukanlah orang yang serius, dan... aku kurang bangga akan hal itu.
Beberapa saat kemudian, malampun tiba, raja sudah datang, dan dia menyuruhku pulang untuk tidur.
Raja memanggilkanku delman, dan akupun pulang dengan kantung mata sehitam panda karena terlalu lelah, dan esampainya dirumah, tanpa berkata apapun, aku langsung naik kekamarku, dan berbaring dikasur.
Pekerjaan ini sangat melelahkan, untungnya saja, Berta mengerjakan amanahku untuk merapikan surat-surat itu dilemari, jadi aku tak butuh mengeluarkan energi lebih, dan.. saatnya untuk tidur dengan angut.. dan memulai hari yang baru keesokannya.
Wanita Di Sungai Emas
Keesokan harinya, aku merencanakan bahwa hari ini akan menjadi hari yang sibuk karena aku ingin membaca seluruh surat yang diberikan padaku kemarin, semoga saja... cukup sampai sore hari.
Aku terbangun dari ranjang, membuka lemari, dan mengambil semua surat itu terkecuali surat yang pertama dan yang berwarna emas.
Setelah mengambil dengan tangan yang seperti menggendong bayi karena banyaknya surat tersebut, akupun melemparkannya saja kekasur, syukurnya tidak ada yang jatuh, dan aku mulai membuat barisan surat dikasur agar lebih gampang mengambil nya.
Setelah merapikannya, aku mengambil surat yang paling ujung kanan, dan membuka lipatan surat itu, serta mulai membacanya.
'Suratku sayang.
Aku menulis surat ini untuk memberitahukan perjalanan hidupku yang dihantui oleh mimpi-mimpi mengerikan dan akan membuat semua orang mual mungkin, dan akanku ceritakan dari mimpi yang paling pertama.
Aku mendapatkan mimpi itu saat salah satu temanku menikah pada tanggal tiga belas, hari Jumat, bulan September.
Setelah aku pergi kesana, aku merasa sangat pusing dan mual, jadi aku mencambuk kudaku dan mulai berjalan dengan kecepatan yang tidak wajar, saat itu sudah sangat malam, kurang lebih jam sebelas malam, jadi tidak ada toko, dan motel saja sudah tidak mengundang tamu lagi sepertinya, dan bahkan, tempat peristirahatan seperti pasar dan semacamnyapun sangatlah sedikit disini, jadi aku tidak peduli dengan prajurit, aku hanya memikirkan kesehatan diriku, seharusnya, kecuali kalau aku bodoh dan malah membuat tragedi kecelakaan.
Tetapi untungnya saja tidak terjadi apa-apa.
Setengah jam kemudian, aku sampai dirumah dan berusaha berjalan kekamar untuk tidur.
Aku membuka pintu dan lupa untuk mematikan obor depan dan lampu minyak dalam rumah sangking lelahnya, setelah membuka pintu, aku meloncat kegirangan setelah melihat ranjang kesayanganku.
Akan tetapi, mungkin mimpi burukku berhubungan dengan ranjangku.
Yang lebih penting lagi yaitu, sekarang adalah waktu dimana aku bermimpi hal yang sangat aneh.
Mimpiku dimulai dari aku terbangun dari tanah yang lembek seperti lumpur, dan sangat kosong.
Saat terbangun, banyak sekali burung gagak dan elang beterbangan diatas kepalaku, suaranya sangat nyaring dan keras, karena itu, telingaku terasa pecah dan tak berfungsi.
Akupun menutup telingaku sekencang mungkin, tetapi sekumpulan burung itu tidak berhenti dan suaranya semakin lama semakin membesar.
Karena itu, aku memberanikan diri untuk berlari berlawanan arah dari arah burung itu, karena menurutku pasti burung itu akan pergi dengan cepat jika aku berlari berlawanan arah, tetapi sepertinya sudah lima menit aku berlari, dan masih saja ada suara burung itu, rasanya seperti ada portal yang menghubungkan burung-burung itu.
Tetapi lama-kelamaan, aku merasa tempat yang tadinya berlumpur dan kosong, menjadi jenggala lebat yang sangking lebatnya, bisa saja suatu saat akan menutupi matahari, tetapi aku juga menyadari banyak genangan air disini.
Aku berani membuka telingaku, dan mulai berjalan menyusuri jalan.
Beberapa saat kemudian, aku melihat sebuah sungai yang berwarna emas, ini sangat aneh, karena jika sungai ini berhubungan dengan genangan air tadi, mengapa genangan air tadi berbeda warna dengan sungai ini?
Dan urungkan keanehan itu, bahkan sungai berwarna emas saja sudah tidak masuk akal!
Dan tiba-tiba saja ada tangan berwarna emas yang halus seperti baru saja di amplas menarik wajahku sehingga aku terjatuh, dan itu adalah akhir dari mimpi aneh pertamaku, karena setelah itu, aku terbangun dengan wajah pucat dan kuping yang berdenging.
Itupun baru mimpi yang pertama, mimpi kedua aku alami setelah aku mencari pekerjaan.
Hari itu sangatlah mengesalkan, karena aku hanya mendapat kelelahan, dan tidak mendapat pekerjaan satupun, semua tempat pekerjaan sudah kuajukan, tetapi mungkin saja hari itu adalah hari sialku.
Malamnya, aku tidur dengan kesedihan dan kekesalan yang bercampur aduk.
Air mataku mengalir, dan mulutku daritadi hanya membicarakan dan mencaci-maki tentang semua orang yang menolak ku.
Tetapi, menangis dan bergumam seperti binatang tidak akan menyelesaikan masalah.
Jadi aku menutup mataku, dan berusaha tertidur.
Tetapi sepertinya, menangis dan bergumam menurutku lebih baik daripada mengalami mimpi yang akan kuterima.
Mimpiku diawali dengan terbangun terkejut, karena aku mengambang disebuah sungai dengan arus yang sangat deras, dan akibat dari kejutan itu, akhirnya aku masuk kedalam air dan mulai tenggelam.
Karena panik, aku menggerakan seluruh tubuhku sebisa mungkin dan berusaha berenang.
Beberapa saat kemudian, aku sudah putus asa dan berusaha untuk bernafas secara teratur, karena mungkin dengan bernafas secara teratur dan menenangkan diri, lama-kelamaan akan naik keatas sungai dan mengambang.
Dan benar saja, sekarang aku sudah mengambang diatas sungai, dan mulai berenang ketepian.
Didaratan, aku mulai bernafas dan berlari-lari kearah selatan.
Kemudian aku menemukan suatu desa yang tatapan warganya sangatlah mengerikan.
Akupun bertanya pada salah satu warganya tentang dimana aku sekarang, tetapi dia tidak menjawab, dan setelah berjalan beberapa menit, tiba-tiba aku melihat banyak orang yang mengerumuni sesuatu.
Akupun penasaran dan mulai melihat keramaian itu, dan ternyata, mereka sedang membekap dan mengikat tangan seseorang!
Aku sangat terkejut dan mulai berlarian, tetapi kurasa walaupun aku sudah berlari selama sepuluh menit, tetap saja desa itu masih disamping kanan kiriku dan terasa seperti terulang-ulang.
Saat aku berlari, ada seseorang yang menyuruhku berhenti.
Aku tidak memperdulikan itu, dan terus berlari, tetapi, dia mengeluarkan tombak, dan melemparkannya hingga mengenaiku.
Aku terjatuh, dan mulai melihat darah bercucuran dari perutku, rasanya sangatlah sakit dan pedih, aku menangis dan teriak kesakitan.
Akupun didatangi oleh seseorang yang melemparkan tombaknya kepadaku, dan menekan leherku sehingga aku susah bernafas, kemudian, akupun pingsan.
Itulah mimpi keduaku yang aneh.
Dan mimpi ketiga adalah'
Ternyata surat itu sudah habis dan tidak ada kelanjutannya dibelakang halaman.
Aku merasa bertanya-tanya, apakah surat ini sehabis dirobek atau memang ada surat kedua?
Aku mulai kesal karena penasaran dengan mimpi ketiganya, aku mengobrak-abrik semua surat yang ada, dan membuka-bukanya sembari membaca bait pertama dari surat yang lainnya, tetapi tidak ada yang berhubungan dengan surat yang tadi kubaca.
Aku mulai frustasi dengan surat itu, dan mengambil surat yang lain, akupun mulai membacanya, dan tiba-tiba.
"Alejandro? Mengapa kau tidak makan? Memangnya kau tidak lapar?
Ohiya, kalau kau mau makan, setelah itu kau harus membantuku menanam sayur tomat oke?
Jika kau bertanya mengapa aku mengganti tanaman teh dengan sayur tomat, ya.. itu karena uang kita sudah menipis, perekonomianpun tak cukup hanya dengan pekerjaanmu itu" Ucap Berta.
"E-eh.. kenapa?! Memangnya... tabungan kita tidak cukup?" Tanyaku.
"Uang tabungan itu dipakai untuk paman Roberto.
Sudah, jangan tanya lagi oke? Kakak sibuk, ingat ya, setelah makan, kau membantu kakak menanam sayur tomat" Ucap Berta sembari pergi keluar kamarku.
Akupun mengikutinya kelantai bawah, dan memakan ayam panggang dan susu sapi segar.
Setelah makan, akupun melihat Berta, dan berkata.
"Maaf Berta, aku sibuk membaca surat, kau lakukan itu sendiri ya?
Maaf heheh" Ucapku pelan.
"Eh.. huft... yasudah sana, kakak sebentar lagi juga akan selesai" Jawabnya.
"Oke kak!" Jawabku.
Akupun segera masuk kedalam rumah, dan pergi kekamar.
Aku kembali mengambil surat, dan mulai membacanya.
'Pria emas dan pemerintah yang kejam.
Orang-orang kerajaan memang adil, tetapi ada sesuatu yang membuat mereka serakah dan sangat menjijikan.
Mereka sudah mengamuk dari dulu, orang-orang kerajaan membunuh, menghina, menyiksa, dan mencabuti tubuh mereka untuk dijual.
Apalagi kalau bukan manusia emas.
Dahulu, manusia dan manusia emas sudah bersahabat, tetapi karena salah satu pemerintah dari kerajaan yang bodoh dan tidak beradab mulai menangkap hampir tujuh puluh persen umat manusia emas dan mencincang habis mereka untuk dijual, dan digunakan untuk mereka sendiri.
Sungguh sebuah katastrofe yang mengerikan! Kita tidak boleh membiarkan itu terjadi begitu saja sampai semua populasi punah.
Kepala kerajaan Bunga Emas Suci'
Aku kebingungan membaca ini.
Entah kenapa aku merasa bahwa ada hal yang harus aku lakukan, jika tidak... seharusnya aku tidak diberikan surat ini dari kemarin.
Tetapi... mengapa harus aku?
Setelah itu, aku mengambil salah satu surat lagi untuk dibaca.
'Dididik untuk desa Beruntung.
Aku menulis surat ini khusus untuk desa Beruntung.
Jika desa kalian pernah melihat wanita abnormal seperti monster di sungai kalian, kalian harus pergi dari desa kalian saat itu juga sebelum nyawa kalian tiada, ditusuk oleh wanita emas.
Ini bukanlah tipuan, surat ini berisi fakta'
A-apa? Wanita ini lagi? Memangnya wanita ini siapa? Dan... ditusuk? Mengapa dia menusuk warga? Memangnya mereka salah? Dan... ini untuk desa Beruntung bukan? Mengapa diberikan kepadaku? Lagipula... sungai? Dekat desa Beruntung? Setahuku... desa yang dekat dengan sungai hanyalah suku Cantik Alami, dan bahkan itu adalah sebuah suku bukanlah desa.
Ya... mungkin jika aku membaca surat yang lain... aku akan menjadi lebih paham... mungkin.. jadi aku mengambil salah satu surat, dan kembali membacanya.
'Ketamakan
Ketika keserakahan membuat seluruh dunia hancur.
Kerajaan sudah tidak bisa diubah, mereka melakukan korupsi sesuka hati mereka, dan tidak ada yang melaporkannya karena terlalu takut jika mereka ditangkap prajurit dan bawahan kekerajaan.
Rajapun tidak berani, karena uang-uang kotor mereka adalah alasan mengapa mereka dianggap raja.
Tanpa uang kotor itu, kerajaan tidak akan berjalan lama, dan mereka akan diburu masa oleh warga mereka sendiri'
Lagi-lagi tentang hal berbaur kerajaan, aku tidak terlalu memikirkan itu.
"Alejandro! Pergi kebawah sekarang!" Teriak Berta.
"Iya!" Jawabku.
Akupun pergi kebawah dengan cepat dan menemui Berta.
"Ada apa?" Tanyaku.
"Bantu aku ya... tolong... nanti aku janji tidak akan memarahimu lagi... oke?" Pintanya memohon.
Ternyata Berta memohon-mohon padaku, apa-apaan ini?! Tumben sekali sifat dia seperti malaikat padaku... biasanya dia sangatlah bergengsi untuk meminta bantuan padaku, sekalipun dia meminta, pasti cara memintanya seperti beruang liar kelaparan.
Tetapi... ada apa gerangan dengannya? Apakah dia sudah belajar untuk menyayangi seorang adik secara tiba-tiba? Atau hanya karena dia bermalas-malasan, dan ini adalah salah satu caranya agar membuatku lelah? Mustahil!
Aku bingung bagaimana caraku menjawabnya.
Disatu sisi, aku mual dengannya sekarang dan ingin membalasnya dengan nada tinggi atau dengan kata-kata sarkas, tetapi dilain sisi... mungkin memang dia sedang terlalu lelah, apa salahnya untuk membantu, iyakan?
"O-oke... mari aku bantu, memangnya apa yang harus dikerjakan oleh lelaki gagah ini?" Jawabku klise.
"Euw... tapi... tolong ambilkan air sumur sebanyak lima ember secepatnya, kalau bisa lebihkan selebih-lebihnya" Jawabnya memohon.
"A-apa?! Kau taukan membawa ember berisi air itu sangatlah menguras tenaga? Tidak mungkin aku melakukannya sendiri!" Tolakku.
"Katanya... kamu lelaki gagah.. berarti-"
"Oke! Akan aku kerjakan asal kau diam!
Menyebalkan" Jawabku.
"Terimakasih adikku sayang..." Jawabnya genit.
Akupun mengambil ember yang cukup banyak, dan mulai menimba air.
Seharusnya aku menimba semua ini dengan cepat, karena memang sejak dulu, aku sudah terbiasa menimba air.
Tetapi entah kenapa, saat ini rasanya seperti sedang menimba ditengah-tengah padang pasir pada saat arunika yang terasa seperti tak pernah berakhir, padahal, biasanya desa Bunga-Bunga ini memiliki kesejukan seperti sedang berada dipuncak gunung.
Dan juga... air timbaan ini seperti diisi oleh seseorang yang membuatnya sangat berat.
Saat ditengah timbaan, aku merasa ada seseorang yang melihatku dari semak-semak dengan tatapan aneh.
Dan juga ada suara rumput yang diinjak-injak, akupun mulai diam sampai suara air yang ditengah sumur berhenti, aku kira jika aku tidak bersuara... suara rumput itu juga berhenti, dan tentu saja, aku benar, pasti ada seseorang yang sedang menguntitku dari belakang.
Aku tidak bisa berpikir positif seperti ada hewan yang sedang lewat atau yang lain, karena tidak mungkin jika aku berhenti bergerak, hewan itu juga berhenti, menurutku hewan liar tidak mungkin sepintar itu, jadi aku mencoba untuk mengambil ember dan bersiap-siap untuk melempar ember itu padanya.
Aku mulai memperhatikan semak-semak dibelakangku, dan melangkah perlahan... pada langkah pertama... tidak terjadi apa-apa, pada langkah kedua hingga langkah kelima... tidak terjadi apa-apa juga, tetapi... pada saat langkah keenam, semak-semak itu bergetar dengan hebat, dan langkahan ketujuh... tiba-tiba ada seseorang yang terjatuh dari semak-semak, dengan sekilas aku melihatnya dengan rambut yang lebar dan panjang, bentuk tubuh yang ideal untuk seorang wanita muda, hidung mancung, dan bulu mata yang lentik.
Dia terjatuh tepat dihadapanku, dan dia bergetar sambil bergumam sesuatu.
"Eh... uh... s-sakit sekali, hei, bisakah kau membantuku? Aku.. butuh bantuan, tolonglah" Ucapnya.
"T-tetapi, aku sedang membantu kakakku" Jawabku.
"Huh, tinggalkan saja, itu rumahmu kan? Aku izin masuk ya" Ucapnya.
Tiba-tiba wanita itu sudah pergi kerumahku dengan lemas dan gemulai, tangannyapun selalu memegang kepalanya, seperti ada lem yang mempererat tangannya dikepala.
Dia juga selalu bergumam kata-kata yang tidak jelas, kurasa... dia sedang berkata hal buruk tentangku, mungkin...
"Hei! Kamu tidak masuk rumahmu sendiri?" Tanyanya.
"Oh! I-iya sebentar" Jawabku terkejut.
Wanita tidak tau malu...
Akupun tidak masuk kerumahku terlebih dahulu, karena harus berbicara dengan Berta, menurutku Berta tidak akan percaya... tetapi.
"Hei! Dimana airnya! Dasar lemah!" Ucap Berta dengan nada tinggi.
Ditengah jalan, Berta meneriakiku dengan perkataan yang paling aku benci.
"Berta! Aku yakin kau tak akan percaya, tetapi... ada wanita yang memasuki rumah kita!" Teriakku.
"A-apa? Kau bermimpi sepertinya, atau alasan bodoh lainnya agar kau tidak melakukan pekerjaanmu" Jawab Berta.
"I-ini serius! Ayo ikuti aku!" Ucapku.
Kita berduapun memasuki rumah, dan benar saja, wanita itu sedang meminum teh dengan paman Elio.
"Hei! Siapa kamu! Memasuki rumah orang tanpa izin! Dasar tidak tau malu!" Ucap Berta.
"Hei Berta, jangan berbicara seperti itu, perkenalkan dia Tris, tadi dia sempat berbincang-bincang padaku, dia ingin menceritakan segalanya, ayo duduk" Jawab paman Elio.
Kita berduapun menggenggam tangan satu sama lain sebagai tanda untuk diam dan menghargai apa yang mereka bicarakan, dan juga agar Berta bisa menjadi lebih tenang, lebih berpikiran terbuka serta menjadi seorang adiwidia sejenak.
"Jadi... apa yang sebenarnya terjadi?" Tanya paman Elio.
"Maaf jika ceritaku terlalu personal, tetapi pada awalnya... aku adalah budak dari raja yang sangat kejam.
Dia selalu saja membuatku melakukan sesuatu, yang bahkan sangat-sangat tidak mungkin untuk dilakukan seorang.
Aku benar-benar terpuruk... aku tidak tau apa yang harus aku lakukan.
Aku ingin pergi jauh... sejauh-jauhnya hingga tidak bisa ditemukan oleh raja pemalas itu.
Apa kau tau? Aku sering sekali disuruh untuk membuat sebuah bangunan megah untuk dijadikan rumahnya, dan apa kau tau lagi? Aku diwajibkan untuk membangunnya bersama budak-budak lainnya yang jumlahnya tidak banyak... aku benar-benar lelah dan... aku ingin sekali pergi dari daerah yang kusebut neraka itu, se-ce-pat-nya.
Maka dari itu, aku memiliki rencana untuk kabur bersama ketiga temanku.
Aku mempersiapkan seluruh ide yang kupunya, dimulai dari makanan, jalan pintas, dan lain-lainnya.
Tetapi... ternyata tidak semudah itu untuk kabur dari tikus pemalas...
Dikarenakan prajurit-prajurit sampah miliknya... mau tidak mau, aku harus merelakan seluruh tenagaku untuk lari, berlari, dan berlari terus menerus hingga... salah satu temanku tertangkap dan dibawa entah kemana...
Aku... sangat menyesal atas kepergiannya... aku menangis sejadi-jadinya disana, tetapi... kedua temanku yang lainnya menyemangatiku, dan kita bertiga kembali berlari menuju hal yang belum pasti.
Setelah beberapa saat, akhirnya... sampailah kami bertiga didepan pintu gerbang kemerdekaan kami secara mengendap-endap.
Tetapi saat kami buka secara perlahan... secara tiba-tiba, sebuah panah menusuk salah satu temanku, tepat dipusat kehidupannya...
Dia tidak berdaya, lalu mulai tak sadarkan diri dan menyuruh kami berdua untuk mendahuluinya.
Akupun melihat pelaku dari tragedi panahan ini, dan tentu saja, pelakunya adalah prajurit penjaga pintu depan.
Aku ingin sekali menolong temanku, tetapi temanku yang lain menyuruhku untuk pergi dari sana secepatnya dan berhasil kabur, daripada gagal hanya karena menangisi sesuatu.
Akupun mulai bangkit, dan kembali membuka pintu gerbang tersebut dan kabur menyisakan dua orang saja, yaitu aku dan temanku.
Saat didunia luar, aku merasa sangat bahagia, rasanya seperti benar-benar terbebas, walau tak lama kemudian... satu-satunya temanku yang tersisa menghilang ketika aku terbangun digubuk...
Aku benar-benar merasa kebingungan dan tak bisa melakukan apa-apa, hingga aku mendengar sebuah suara para prajurit yang sedang mencari-cariku.
Aku panik dan tak tau harus berbuat apa, dan satu-satunya cara adalah... kabur dari gubuk itu sesegera mungkin.
Akupun berlari secepat-cepatnya tanpa mengetahui arah yang ingin aku tujui, hingga singkat cerita... aku melihat sebuah rumah dihadapanku, dan ceritakupun berlanjut disini...
Itulah cerita singkatnya...
Sekali-lagi... aku benar-benar minta maaf kepada kalian semua...
Aku hanya ingin memiliki tempat tinggal sementara agar tidak diketahui oleh prajurit raja.
Aku hanya ingin bebas..." Jelasnya.
"Kalau boleh tau... raja manakah yang kau maksud?" Tanya paman Elio.
"Um... Uh... kerajaan... Bunga Emas Suci? Ya! Kerajaan Bunga Emas Suci" Jawabnya terbata-bata.
"... Yasudah... kau bebas melakukan apapun" Jawab paman Elio.
Aku dan Bertapun hanya bisa saling bertatapan dengan raut wajah yang aneh.
"Benarkah?! Terimakasih!" Tanya Tris berbinar.
Akupun melihat Tris... dia terlihat sangat menyedihkan, gaunnya yang compang-camping dan kotor... wajahnya yang menyedihkan... air mata yang mengalir deras... tatapan nayanikanya yang pasti akan membuat semua orang luluh, mulutnya yang menahan untuk mengeluarkan kata-kata menyedihkan... dan... tatapan bersalahnya yang tidak bisa ditahan... membuat diriku merasa ingin memeluknya erat-erat atas apa yang dia alami.
"Paman... ingin istirahat terlebih dahulu, paman tidak mau menganggu kalian berdiskusi... selamat tinggal semua" Ucap paman Elio.
"Bagaimana kalau sekarang kamu mandi terlebih dahulu..." Ucap Berta kepada Tris.
"Oh ya... kamu... mandi dulu ya... agar suasana hati lebih tenang... dan nyaman" Lanjutku.
"Baiklah..." Jawab Tris.
Trispun pergi sembari membungkuk.
"Ohiya... dimanakah kamar mandinya?" Tanya Tris.
"Setelah kamu masuk kepintu itu, kamu akan menemukan lorong yang sedikit panjang, dan jika kamu sudah melewati tangga, didepan tangga tersebut ada kamar paman Elio, dan... ya... kamar mandinya berada tepat disamping" Jawab Berta.
"Dan.. maaf sedikit kotor... seharusnya minggu ini sudahku bersihkan, tetapi... tidak ada waktu" Lanjutku.
"Iya tidak apa-apa" Jawab Tris.
Tris kembali berjalan dan membuka pintu, dan... untuk pertama kalinya... aku merasa simpati yang teramat sangat, pada orang lain.
Setelah itu, secara kompak aku saling berhadap-hadapan dengan Berta, dan... seperti adik kakak normal pada umumnya... kitapun saling menahan tawa yang tidak bisa ditahan, lalu saling tertawa terbahak-bahak hingga aku sakit perut, dan... beberapa saat kemudian, Tris berkata dari dalam kamar mandi.
"Um... bolehkah aku meminjam baju?" Tanya Tris dari dalam kamar mandi.
"Oh! Tentu! Sebentar ya.
K-kak! Tris ingin meminta baju pinjaman" Ucapku.
"Oh! Ambil saja dilemariku, lalu kasih padanya" Jawab Berta.
"Hei! Yang benar saja! Kenapa bukan kakak yang memberikannya?!" Tanyaku.
"Huh... iya-iya... sebentar..." Jawab Berta.
Akupun pergi kekamar dan menutup pintu.
Aku rasa ini adalah saat yang tepat untuk melanjutkan membaca surat yang lainnya, sehingga aku mengambil salah satu surat itu dilemari, dan mulai membacanya diranjang.
'Persahabatanku dengan makhluk mitologi
Disuatu pagi hari yang cerah, Dante dan sahabat makhluk nya sedang bermain-main dengan riang gembira ditengah terik matahari.
Mereka sedang bermain kejar-kejaran hingga terjatuh dipadang bunga yang berwarna-warni dan indah.
Merekapun tertawa terbahak-bahak sembari memetik bunga yang berwarna-warni itu untuk dijadikan aksesoris di telinga mereka.
Setelah terjatuh, mereka menyusuri padang bunga itu dengan riang gembira, dan beberapa saat kemudian, mereka menemukan sebuah rumah ditengah padang bunga, dan setelah mereka perhatikan baik-baik, ternyata rumah itu berada dipinggir danau yang luas.
Mereka kembali tertawa-tawa dan menelusuri rumah itu.
Ternyata... didalamnya ada-
"Alejandro!" Teriak Berta dari bawah.
Dengan kesal karena belum selesai membaca, akupun turun kelantai bawah dan melihat Tris dengan baju pinjaman Berta sedang duduk di kursi makan.
"Jadi... mau melanjutkan yang tadi?" Tanya Tris.
Akupun tak menjawabnya karena terlalu terpukau dengan perubahan Tris, yang tadinya memiliki tatapan menyedihkan, sekarang ia menjadi seorang yang ceria dan selalu tersenyum.
"Um... Alejandro?" Panggil Tris.
"O-oh iya! M-mari lanjutkan diskusi yang tadi" Jawabku.
"Jadi... apa yang harus kita lakukan sekarang?" Tanya Berta.
"Huft... apa... kalian memiliki gunting yang cukup tajam untuk rambut?" Tanya Tris.
"Tentu saja" Jawabku.
Akupun mengambil gunting di dekat kompor kayu, dan memberikan gunting itu padanya.
"Terimakasih... aku izin... pergi kekamar mandi" Ucap Tris.
"Ya... tentu saja" Jawabku.
Tris pergi ke kamar mandi dengan membawa gunting ditangannya.
Dan beberapa saat kemudian, Tris kembali kedapur dengan gaya rambut yang baru, yang tadinya panjang dan lurus, sekarang menjadi sedikit pendek dan elegan.
Aku sangat menyukai gaya baru Tris, aku rasa selain karena merepotkan, mungkin karena dia juga kurang menyukai hal-hal yang berhubungan dengan hal yang romantis atau kefeminiman, maka dari itu, ia kabur dari hari pernikahannya.
"Bagaimana, apa kalian suka gaya rambutku? Maaf jika terlalu aneh dan nyentrik, karena aku ingin mengubah wajahku seluruhnya agar tidak diketahui prajurit" Tanya Tris.
"Woah, cocok sekali, aku terpukau.
Ohiya, aku sajikan telur dan air putih ya, sudah aku masak tadi" Ucap Berta.
"Iya, terimakasih" Jawab Tris.
Bertapun mengambil tiga piring dengan telur dan tiga gelas air putih, lalu menyajikannya.
"Selamat makan..." Ucap Berta.
Entah mengapa, aku dan Berta saling bertatapan, dan... kita kembali tertawa tanpa alasan yang membuat wajah Tris kebingungan.
"Apa ada hal yang lucu?" Tanya Tris.
"Tidak, kaki kananku hanya menggelitik kaki kiriku" Jawab Berta dengan jawaban yang nyeleneh.
"O-oke.." Jawab Tris tak yakin.
Kita mulai memakan telur tersebut.
Tris mengambil telur goreng, dan aku mengambil telur rebus, lalu, Tris mulai memakan telur goreng itu dengan sangat lahap.
"Apa kalian sudah mengetahui tentang suku penculik?" Tanya Tris.
Berta terbatuk saat meminum air putih, dan menepuk dadanya.
"Ekhem... t-tidak..." Jawab Berta.
"Huh... aneh..." Kata Tris.
"Um... aku ingin keatas... ini sudah terlalu malam, kalau Berta ingin melanjutkan makananku, silahkan, tidak ada lepehan kok" Ucapku.
"Iya... selamat malam" Jawab Berta.
Akupun pergi keatas dan menutup pintu kamar.
Sebenarnya aku ingin melanjutkan makanku, tetapi saat Tris membahas tentang suku penculik atau... suku Cantik Alami... aku tidak ingin ikut campur dengan mereka.
Maka dari itu... aku mulai melanjutkan surat yang tadi belum selesai.
'Didalamnya... ada barang-barang lama yang berdebu dan menyeramkan.
Merekapun menaiki tangga yang ada tepat diujung ruangan tersebut.
Saat menaiki tangga, mereka mendengarkan suara garukan yang sangat keras dari atas.
Tampang kedua sahabat tersebut yang tadinya gembira, sekarang menjadi ketakutan.
Walaupun begitu mereka tetap melanjutkan langkah mereka keatas dengan mencekam.
Langkah demi langkah telah mereka lewati, suara garukan tersebut lama-kelamaan menjadi sangat keras dan menyakitkan koklea, dan korteks frontal merekapun sepertinya ingin meledak.
Dan saat sampai ditangga terakhir, mereka berhenti sejenak, angin sejukpun mulai keluar dan membuat bulu kuduk mereka berdiri.
Dan saat melangkah maju kelantai atas, secara tiba-tiba, kedua sahabat itu terhempas ketembok, dan muncullah suatu makhluk Iblis dari balik pintu, tampang mereka yang tadinya ketakutan, sekarang menjadi tampang mengerikan dan menyedihkan digabung menjadi satu.
Mereka saling berpegangan dan berteriak.
Makhluk mengerikan itupun secara mengejutkan mencekik salah satu sahabat tersebut, yang lain dan tak bukan yaitu Dante.
Makhluk itu mencekik dengan tangan panjangnya dari ujung lantai keujung tangga.
Dan keadaan rumah tersebut semakin mencekam dan menegangkan, dan kesaksian saudara dari Dante, Dante sudah menghilang selama enam tahun, sampai Dante ditemukan terkubur dengan tanah disungai yang digadang-gadang sebagai... sungai emas... dan saat ini Dante sudah dimakamkan dengan damai dan tenang.
Walaupun begitu, sampai saat ini keberadaan dan keadaan sahabat makhluk Dante tidak dapat ditemukan, sampai detik ini... Jika ada yang menemukannya, segera berikan kabar ke alamat.
Jalan Malaikat, rumah bernomor enam, di dekat pasar tradisional Dewi Kemakmuran.
Atau lebih gampangnya lagi, segera berikan makhluk atau keberadaan makhluk itu keprajurit kerajaan masing-masing untuk ditindak lanjuti.
Terimakasih'
Huh? Sepertinya... aku sudah pernah mendengar cerita ini sebelumnya... tetapi... aku lupa dimana...
"Alejandro! Cepat tidur... sudah terlalu malam, biarkan aku tidur di sofa agar Tris bisa tidur dikamarku" Ucap Berta.
"Ya" Jawabku pelan.
Berta benar, ini sudah terlalu malam.
Maka dari itu, aku membereskan semua surat ini, dan berusaha untuk tidur.
Tetapi.. secara tiba-tiba, aku memiliki pikiran aneh yang menghantui kepalaku...
Sepertinya... Tris berbohong...
Karena... jika memang benar ia adalah budak... tak mungkin sekali dia mengenakan gaun... budak macam apa yang mengenakan gaun yang indah nan cantik?
Dan juga... saat paman Elio menanyakan hal yang berhubungan dengan raja yang memperbudakinya... mengapa dia harus terbata-bata dan seperti harus berpikir terlebih dahulu sebelum menjawabnya?
Dan... haha, pastinya akan sangat lucu saat Tris mengetahui bahwa aku adalah prajurit.
Huft... sudah terlalu malam... aku lebih baik tidur...
​​​​​​Wanita Di Sungai Emas
"Alejandro! Kau dipanggil raja untuk misi penjelajahan!" Ucap Berta.
"I-iya! Aku segera mengganti bajuku!" Jawabku.
Akupun mengganti bajuku, dan berpamitan dengan semuanya.
"Aku pergi menjelajah ya semuanya!" Kataku.
"Iya, hati-hati!" Jawab paman Elio.
Aku mulai berlari ketempat delman, dan menyuruhnya untuk membawaku kekerajaan.
Saat perjalanan kekerajaan, aku memikirkan tentang apa yang akan terjadi nanti saat menjelajah, dan... tentunya... tentang aku yang belum selesai bertanya kepada Tris, tetapi... sudah terlambat.
Beberapa saat kemudian, akhirnya aku sudah sampai dilapangan luar kerajaan.
Ternyata sudah banyak yang baris-berbaris dan menyiapkan barisan mereka masing-masing!
Aku mulai panik, dan berlari-larian hingga bertemu dengan barisanku, dan karena itu, aku ditegur oleh penjaga senior, huh, dasar sombong!
Rajapun mulai berbicara dan naik keatas podium emas.
"Oke... izinkan saya berbicara... sekarang kita akan menjelajah ketempat sungai diutara.
Apakah ada pertanyaan?" Ucap raja singkat, karena mungkin sudah terlalu terlambat untuk pergi tepat waktu.
"Tidak!" Jawab semua orang.
"Baiklah, mari kita berdoa sesuai kepercayaan masing-masing" Ucap Raja.
"Apakah kau jadi untuk pergi kesuku Cantik Alami? Jika iya, ayo kita berburu-buru, sebelum berdoa selesai" Bisik Cardy.
"T-tetapi?!" Jawabku tak yakin.
"Ayo ikuti aku!" Ucap Cardy.
Aku dan Cardy secara diam-diam keluar dari barisan, dan berlarian kearah tenggara.
"K-kita mau kemana?!" Tanyaku.
"Aku tau keberadaan suku Cantik Alami! Ikuti saja! Tidak terlalu jauh kok!" Jawab Cardy.
Beberapa saat kemudian, aku tersandung oleh akar-akar pohon, dan sepertinya Cardy tidak mengetahui itu maka dari itu, dia tetap berlari... bodoh!
Akupun mulai menyadari, bahwa ada sungai didekatku, dan aku mulai melihat refleksi diriku disungai.
Aku mulai berpikir... mengapa aku harus mengikuti Cardy? Walaupun Cardy adalah teman dekatku... tetapi tidak semestinya aku mengikuti apa saja yang dia katakan bukan?
Tetapi... kurasa ada sesuatu yang aneh dengan sungai ini...
Mengapa ada pigmen-pigmen emas di air sungai ini?
Oh... sebentar... Emas? Disungai? Em... EMAS DISUNGAI? A-APA APAAN INI?!
Secara tiba-tiba, ada tangan berwarna keemasan dari dalam air yang memegang tanganku dengan sangat keras, dan menarikku kedalam sungai.
Dan dengan mengerikan, sungai itu berubah menjadi emas keseluruhan, dan menjadi dalam, sedalam samudra.
Aku tak bisa berkata apa-apa.
Aku hanya memikirkan betapa bodohnya aku karena mengikuti orang yang bahkan belum menjamin keselamatan dan tentunya keberhasilan.
Aku tak bisa bernafas, dan mulai mengedipkan mata.
Dikedipan itu, aku melihat sesosok wanita berwarna keemasan dengan baju yang persis digambarkan oleh surat yang aku baca.
Dan secara tiba-tiba... aku terbentur oleh sesuatu yang tidak aku ketahui.
Lalu... akupun pingsan...
Wanita Di Sungai Emas