Read More >>"> Gunay and His Broken Life (30. Kakak, Gunay Gak Sengaja) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Gunay and His Broken Life
MENU
About Us  

Malamnya, Gunay berniat untuk mengunjungi kakaknya sekaligus keponakan tersayangnya yang baru saja berusia tepat satu bulan.

Di bagian stang sepeda motor mewahnya sudah tergantung plastik berwarna hijau muda berisikan mainan kerincingan berbentuk paha ayam untuk keponakan tersayangnya.

Ia mengendarai sepeda motornya dengan penuh sukacita, wajahnya berbinar cerah, mengalahkan cerahnya lampu jalan.

Tepat di depan gerbang rumah Addly, Gunay memberhentikan sepedanya motornya. Sangat sepi, pikirnya.

Memang, sejak Addly menikah dengan Yanli, rumah besar ini tak pernah lagi dijagai oleh orang-orang berwajah seram yang memakai jas. Addly akhirnya sadar bahwa itu adalah hal yang tak perlu dilakukan lagi, orang-orang sepertinya memang sudah melupakan kejadian itu. Dan hal yang terjadi di masa lalu itu tak akan berpengaruh lagi di masa sekarang.

Biasanya masih ada security yang berjaga di rumah mereka, namun Addly hanya mempekerjakannya hingga sore, karena setelah sore hari Addly akan selalu berada di rumah, jadinya ia pikir semua keamanan rumahnya adalah tanggung jawabnya.

Gunay merogoh sakunya untuk mengambil ponsel dari dalam. Berniat menelepon Addly agar membukakan gerbang untuknya.

Saat mata Gunay masih terfokus pada ponselnya, seorang pria muda yang berjalan sempoyongan datang mendekat ke arahnya. Matanya menatap tajam Gunay, dan di tangannya ... ada sebuah botol bening yang digenggam dengan pegangan yang mengendur.

Di kegelapan malam wajahnya tampak samar, namun, saat ia semakin mendekat ... semakin mendekat ...

"Hahahaha, mau ngapain lo ke sin—hik!" Dia cegukan.

Saat orang tersebut hanya berjarak kurang dari dua meter dari Gunay, wajahnya terlihat semakin jelas.

Dan tampaklah Sahrul dengan penampilan yang berantakan, pandangan matanya redup dan jalannya yang sempoyongan.

Sahrul? Ngapain Sahrul berkeliaran di halaman rumahnya sendiri malam-malam begini?

"L-lo mabuk, Rul?"

Sahrul menatap Gunay mencemooh, "Hmph! Eh, apaan tuh?" tangannya terulur ke arah stang motor Gunay.

Matanya memicing menatap mainan tersebut, lalu meledek sembari cegukan lagi beberapa kali, "Pfhht, lo mau kasih anak umur satu bulan mainan murahan kayak begini?" cela Sahrul sambil menenteng kerincingan berbentuk paha ayam yang baru saja ia rampas dari stang motor Gunay.

"Balikin!" pinta Gunay marah. Tangannya mencoba meraih benda itu dari genggaman Sahrul. Namun Sahrul malah mempermainkannya dengan semakin menjauhkannya dari Gunay.

"Mainan murahan begini pantasnya tuh diginiin!" Sahrul melemparkan mainan tersebut ke tanah, menginjaknya begitu saja.

Krak!

Benda yang terbuat dari plastik itu pun hancur berkeping-keping.

"B*ngsat, lo!!" emosi Gunay membuncah, tangan kirinya menarik kerah Sahrul kuat.

"Apa? Ngajak berantem, lo?!" tangan kanan Sahrul balik meremas kerah baju Gunay.

Botol bening di tangan kirinya ia hempaskan kuat ke motor Gunay yang berada tepat di sampingnya hingga terpecah menjadi beberapa bagian.

Pecahan yang terbentuk tidak terlalu kecil, mulut botol masih utuh beserta pecahan bagian ujungnya yang meruncing. Botol itu ia arahkan tepat ke depan wajah Gunay sambil menyeringai.

Bola mata Gunay seketika menjadi juling menatap fokus pecahan tajam yang berada tepat di depan matanya. "Lo ...."

"Takut, hm? Ayo dong takut, mana wajah ketakutannya? Ayo tunjukin!" Seringai Sahrul semakin parah. Matanya membulat tak berkedip sedikit pun menatap Gunay.

Sontak tangan Gunay satunya mencengkeram kuat genggaman Sahrul berusaha melepaskannya. Kekuatan Sahrul tak akan pernah bisa dibandingkan dengan Gunay, ditambah keadaannya yang saat ini tidak sepenuhnya sadar, sudah jelas bahwa tangan yang meremas erat kerahnya itu tak ada apa-apanya bagi Gunay.

Saat tangan Sahrul benar-benar terlepas, Gunay memutar badannya dan langsung menendang kuat dada Sahrul.

Brugh

Sahrul jatuh terduduk, dengan pecahan botol yang masih tergenggam erat di tangannya.

Mata Sahrul langsung memerah, dia bangkit berdiri sambil melayangkan tinjunya ke arah Gunay. Segera tangan itu langsung ditangkis cepat oleh Gunay. Dia tersenyum remeh.

Tak cukup sampai disitu, tangan kirinya yang masih menggenggam botol berujung runcing itu segera ia layangkan pula.

Sama seperti sebelumnya, usaha Sahrul tetap sia-sia. Kini kedua tangan mereka saling mendorong. Satunya ingin menyerang, sedangkan satunya ingin bertahan.

Saat mereka berdua masih saling mengerahkan kekuatan masing-masing, teriakan seseorang terdengar dari kejauhan.

"Arul!!" Suara lantang itu menggema di antara sunyinya malam diikuti derap langkah yang terdengar tergesa-gesa.

Kedua orang itu tak satupun menghiraukan, mereka kini malah saling menyerang, tak ada lagi yang bertahan. Keduanya kini berusaha saling menyakiti!

"Gunay! Arul!" teriak orang itu semakin kuat.

Pecahan botol itu melayang ke sana kemari, tangan kiri Sahrul terus berusaha mengincar wajah Gunay, namun Gunay menghindar sambil sesekali melayangkan tinjunya yang kerapkali tepat sasaran.

"Cukup!!" Orang itu kini benar-benar dekat, kini dia sudah berada di tengah-tengah dua orang yang sedang diliputi amarah.

Seperti tak menyadari kehadirannya, kedua orang itu masih saja terus melanjutkan pertarungan mereka. Mata keduanya memerah, napas mereka memburu terlihat niatan untuk saling membunuh.

Dapat! Pecahan botol itu kini berpindah tangan, Gunay menggenggamnya kuat, mengangkatnya tinggi-tinggi bermaksud menghantamkannya ke kepala Sahrul.

Namun saat pecahan itu hampir mengenai kepala Sahrul, orang yang sedari tadi berusaha melerai mereka tiba-tiba menyelip di antara keduanya dan menghalangi Sahrul dari serangan Gunay, mendorong tubuh adiknya mundur di belakangnya.

Srak!

Ujung runcing botol tersebut menggores lehernya.

"Abang!!" teriak keduanya panik.

Mata mereka yang semula memerah langsung berubah putih dalam sekejap. Keringat dingin bercucuran melihat orang yang mereka panggil 'Abang' diam tak menjawab.

"Bang Addly!" Gunay berteriak semakin panik. Seolah orang yang bertarung dengan niat membunuh tadi bukanlah dia. Wajahnya menjadi pucat.

Addly masih berdiri terpaku, tangan kanannya terus berusaha menutupi darah yang mengucur deras di lehernya. Mulutnya terbuka menahan sakit, pandangannya pun perlahan memudar.

Hingga akhirnya ia jatuh berlutut, kemudian akhirnya terbaring di tanah dengan mata yang tertutup.

"Abang!!" teriakan Sahrul semakin histeris. Tangannya menggoncang-goncang tubuh tak berdaya Addly.

Gunay yang kalang kabut langsung mengambil ponselnya, dengan maksud menelpon ambulans. Tangannya yang mengetik di atas layar ponsel terus gemetar. Air mata terus jatuh membasahi tangan gemetarnya. Dia turut jatuh berlutut tepat di sebelah tubuh Addly.

Matanya yang penuh dengan buliran air mata membuat pandangnya menjadi buram.

"Bang ...." Gunay menjatuhkan kepalanya di bahu Addly, tubuhnya terus bergetar sembari terisak.

Saat Gunay mengangkat kepalanya, Sahrul tak ada lagi di sekitarnya, dia menghilang.

Namun Gunay tak ada waktu untuk memikirkan keberadaan Sahrul, dia kembali menggoncang-goncangkan tubuh Addly. "Bang! Bangun Bang!"

Terlihat Addly yang sekarat mencoba membuka kelopak matanya yang berat.

Dia berujar patah-patah, "Gunay ... dengerin abang." Mulut pemuda itu membuka dan menutup. "Sahrul ... Sahrul gak pernah sekalipun berbuat jahat ke kakakmu. Dia ... sangat menyayangi Yanli dan juga Rayhan."

Dia tersenyum pahit. "Tolong ... jangan pernah membencinya, Dek ...."

Setelah mengucapkan kata-kata terakhir itu, mata Addly menutup kembali diiringi dengan tubuhnya yang terkulai lemah di atas tanah.

Gunay ingin berteriak sekali lagi, tapi dia mulai merasakan kepalanya yang terasa berat, disertai rasa pusing yang luar biasa memenuhi syaraf-syarafnya.

Pandangannya pun turut menjadi gelap, kepalanya jatuh tepat di sebelah Addly.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Lebih dari Cinta Rahwana kepada Sinta
830      590     0     
Romance
Pernahkan mendengarkan kisah Ramayana? Jika pernah mendengarnya, cerita ini hampir memiliki kisah yang sama dengan romansa dua sejoli ini. Namun, bukan cerita Rama dan Sinta yang akan diceritakan. Namun keagungan cinta Rahwana kepada Sinta yang akan diulas dalam cerita ini. Betapa agung dan hormatnya Rahwana, raksasa yang merajai Alengka dengan segala kemewahan dan kekuasaannya yang luas. Raksas...
SILENT
4795      1457     3     
Romance
Tidak semua kata di dunia perlu diucapkan. Pun tidak semua makna di dalamnya perlu tersampaikan. Maka, aku memilih diam dalam semua keramaian ini. Bagiku, diamku, menyelamatkan hatiku, menyelamatkan jiwaku, menyelamatkan persahabatanku dan menyelamatkan aku dari semua hal yang tidak mungkin bisa aku hadapi sendirian, tanpa mereka. Namun satu hal, aku tidak bisa menyelamatkan rasa ini... M...
Mungil, Kucing Kecil Kesayangan
74      67     0     
True Story
Menceritakan pengalaman Nisa merawat kucing-kucingnya yang menggemaskan. Dari disitulah ia belajar apa arti dari kasih sayang dan pengorbanan terhadap hewan kesayangannya. Novel ini saya buat untuk mengenang anak kucing saya yang telah tiada bernama Mungil. Terima Kasih Mungil telah hadir di keluarga kecil kami.
Kita
526      348     1     
Romance
Tentang aku dan kau yang tak akan pernah menjadi 'kita.' Tentang aku dan kau yang tak ingin aku 'kita-kan.' Dan tentang aku dan kau yang kucoba untuk aku 'kita-kan.'
The Girl In My Dream
385      270     1     
Short Story
Bagaimana bila kau bertemu dengan gadis yang ternyata selalu ada di mimpimu? Kau memperlakukannya sangat buruk hingga suatu hari kau sadar. Dia adalah cinta sejatimu.
Cinta dalam Impian
86      67     1     
Romance
Setelah ditinggal oleh kedua orang tuanya, seorang gadis dan abangnya merantau untuk menjauh dari memori masa lalu. Sang gadis yang mempunyai keinginan kuat untuk meraih impian. Voska belajar dengan rajin, tetapi dengan berjalannya waktu, gadis itu berpisah dengan san abang. Apa yag terjadi dengan mereka? Mampukah mereka menyelesaikan masalahnya atau berakhir menjauh?
Janjiku
564      401     3     
Short Story
Tentang cinta dan benci. Aku terus maju, tak akan mundur, apalagi berbalik. Terima kasih telah membenciku. Hari ini terbayarkan, janjiku.
An Angel of Death
321      198     1     
Short Story
Apa kau pernah merasa terjebak dalam mimpi? Aku pernah. Dan jika kau membaca ini, itu artinya kau ikut terjebak bersamaku.
I love you & I lost you
4574      1942     4     
Romance
Kehidupan Arina berubah 180 derajat bukan hanya karena bisnis ayahnya yang hancur, keluarganya pun ikut hancur. orang tuanya bercerai dan Arina hanya tinggal bersama adiknya di rumah, ayahnya yang harus dirawat karena mengalami depresi berat. Di tengah hancurnya keluarganya, Arina bertemu kembali dengan teman kecilnya, Arkan. Bertemunya kembali mereka membuka sebuah lembaran asmara, namun apa...
Kala Senja
31452      4512     8     
Romance
Tasya menyukai Davi, tapi ia selalu memendam semua rasanya sendirian. Banyak alasan yang membuatnya urung untuk mengungkapkan apa yang selama ini ia rasakan. Sehingga, senja ingin mengatur setiap pertemuan Tasya dengan Davi meski hanya sesaat. "Kamu itu ajaib, selalu muncul ketika senja tiba. Kok bisa ya?" "Kamu itu cuma sesaat, tapi selalu buat aku merindu selamanya. Kok bisa ya...