Loading...
Logo TinLit
Read Story - Gunay and His Broken Life
MENU
About Us  

"Wa- wa'alaikumussalam," jawab Addly tergagap.

Suara wanita itu terdengar lagi, dan kali ini terdengar agak malu-malu. "Uhm ... kamu ... besok sore sibuk, gak?"

Cukup lama Addly berpikir sampai akhirnya ia menjawab, "Kalau sore ... eng-enggak sibuk, kok."

Hah, kerjaan buat besok dikerjain lusa aja, gapapa deh lembur,
batin Addly.

"Kamu mau gak makan malam bareng keluarga aku di rumah?"

"Hmm?"

"Aku ... aku mau ngenalin kamu sama ayah dan adik aku."

"Oh ... boleh! Besok sore aku datang ke rumah kamu."

"Oke, aku tunggu ya ... Sayang."

PIP!

Addly langsung melempar tubuhnya ke atas tempat tidur begitu sambungan telepon dimatikan. Wajahnya benar-benar memerah.

Ke rumahnya ... makan malam ... dikenalin ... sayang ... arghhh ... aku bisa gila!! ocehnya dalam hati sambil memegangi wajahnya yang panas.

Suasana hatinya jadi berubah drastis hanya dengan mendengar suara lembut wanita itu, melupakan begitu saja hal-hal yang membebani pikirannya beberapa saat lalu. Cinta memang bisa mengubah banyak hal.

.

.

.

"Kakak kenapa senyum-senyum?" tanya Gunay heran sambil mendudukkan pantatnya di sebelah kakaknya.

"Hm? Kenapa kok Gunay belum tidur?" Yanli sontak menyembunyikan ponselnya di balik pakaiannya dan langsung mengalihkan pertanyaan.

"Belum ngantuk, Gunay mau nonton bola dulu."

Tangan Gunay kini terulur ke meja di depan sofa meraih remote TV.

"Besok kan sekolah, tidur sana ...."
Yanli merampas remote dari tangan Gunay dengan lembut.

Gunay memanyunkan bibirnya setelah remot itu berhasil dirampas. Lalu lanjut menggoda kakaknya lagi, "Oke! Tapi jawab pertanyaan Gunay yang tadi dulu, kenapa Kakak senyum-senyum?"

"Uhm ... itu ...." Yanli agak gugup, dia menutup rapat mulutnya sambil memutar-mutar bola matanya ke segala arah.

"Hmm?" Gunay semakin mendekatkan wajahnya ke kakaknya, menanti jawaban.

"Liat besok aja, deh! Besok kamu bakal tau, kok!"

Yanli terlalu malu untuk menjelaskannya, dia mendorong-dorong Gunay untuk segera pergi.

"Tidur sana!"

"Eh? Kok besok?"

"Udah ... Dedek tidur aja sana ... anak kecil kok kepo banget ...."

"Tapi kak ...."

"Sana ...."

"Hmm ...." Gunay pun akhirnya mengalah dan pergi masuk kembali ke kamarnya. Anak kecil satu ini emang suka kepo.

.

.

.

Esoknya di sekolah ...

Gunay berjalan sendirian memasuki gerbang sekolah, sambil mengunyah permen karet di mulutnya.

Gunay benar-benar merasa sangat kesepian, biasanya kepala Dimas udah nongol di jendela kelas sambil mengacungkan jari tengah ke arah Gunay pagi-pagi begini. Tapi sekarang tidak ada. Dia masih dirawat di rumahnya dikarenakan kakinya yang masih belum sembuh.

Saat Gunay berjalan termenung sembari menendangi kerikil yang menghalangi jalannya, seorang pemuda tiba-tiba melintas dengan cepat dari sampingnya.

"Eh? Sahrul?"

Setelah menyadari siapa orang itu, Gunay langsung mengejarnya dan menepuk pelan pundak pemuda tersebut.

"Jalan ke kelas bareng, yuk?"

Sahrul seketika menghentikan langkahnya, menatap tajam ke arah Gunay.

Tanpa menjawab sepatah katapun, dia hanya mendengus kasar sambil menyingkirkan tangan Gunay dari pundaknya, lalu lanjut berjalan dengan langkah yang lebih cepat.

Gunay yang masih terdiam di tempatnya bertanya-tanya dalam hati, merasa heran. Dia kenapa? Apa ... dia marah soal kemarin?

Gunay adalah orang yang begitu cepat melupakan masalah. Tidak pernah ingin memendam sesuatu terlalu lama. Apalagi mengingat bahwa Sahrul adalah salah satu teman terdekatnya, dia pun memperlakukannya seperti biasanya. Tapi dia tidak menyangka Sahrul akan menjadi begitu dendam. Gunay mencoba berpikir positif, hanya mengedikkan bahunya, berpikir, Pasti Sahrul hanya ngambek sebentar. Nanti tinggal ajak dia nonton, atau main futsal bareng aja pasti udah baikan.

.

.

.

Sahrul berjalan cepat menyusuri lorong sekolah yang masih tampak sepi. Matanya redup dan pandangannya kosong. Bibirnya yang selalu melengkung kebawah itu membuatnya tampak seperti orang yang sedang mengalami depresi berat hari ini.

Kenapa? Sebenarnya gue kenapa?

Pertanyaan itu terus terulang dalam benaknya.

Kenapa? Kenapa dia harus melakukan hal-hal bodoh itu selama ini? Kenapa dia harus bertingkah bodoh hanya untuk mendapatkan pengakuan Gunay? Sesulit itukah mendapatkan teman?

Hmph! Dia telah kehilangan jati dirinya selama ini, berbicara dan berperilaku konyol sama sekali bukan gayanya!

Memikirkan hal ini, membuatnya mau tak mau teringat hal yang terjadi di masa lalu.

Setelah mereka pindah dan mengasingkan diri dahulu, Addly memindahkannya ke SMP negeri yang berada cukup jauh dari rumah baru mereka. Sahrul benar-benar merasa terasing di sekolah barunya itu, tak ada satupun yang mau berteman dengan dia.

Bukan, bukan karena berita tentang ayahnya, ini sama sekali tak ada hubungannya dengan itu. Addly dan beberapa orangnya telah menutup mulut banyak media agar tak meliput berita tentang keluarganya lagi. Jadi tak mungkin karena itu Sahrul dijauhi, kan?

Sebenarnya, Sahrul bukanlah anak yang ramah, pandangannya seringkali mengintimidasi orang-orang. Kata-katanya pun seringkali terdengar kasar. Sebab itulah dia mengakhiri masa SMP-nya tanpa mendapatkan satupun ikatan pertemanan.

Namun saat masuk SMA, saat masa orientasi siswa dulu, Sahrul melihat seorang anak yang sedang dihukum oleh senior karena tak menaati peraturan. Anehnya, saat mulut senior itu hampir berbusa mengomel-ngomel padanya, anak itu malah terus-terusan nyengir tak berdosa. Akhirnya hukumannya pun ditambah lagi. seolah tak ada kapoknya, anak itu masih saja menampilkan gigi-gigi putihnya membuat sang senior semakin murka.

Melihat itu Sahrul hanya membatin, Gila.

Setelah pembagian kelas diumumkan, Sahrul akhirnya mendapati bahwa ternyata dia sekelas dengan anak yang ia sebut 'gila' tadi.

Ia menyandang tasnya di sebelah tangan, memasuki kelas dengan hening. Berniat mencari tempat duduk se—terpencil mungkin.

Namun, tiba-tiba suara cempreng seorang pemuda mengalihkan perhatiannya, "Oi Bro, duduk sini yuk bareng gue?"

Oh, ternyata si anak gila.

Dia ingin menjawab, namun pemuda lain di sebelah anak gila itu tiba-tiba menempeleng kepala si anak gila.

"Gunay goblok! Gue mau duduk di mana?!"

Sahrul agak tersentak mendengar ucapan indah pemuda itu.

"Lo ah ngekor gue mulu, Mas! Gue pengen nyicip hal baru dulu hehe~"

Si anak gila yang ternyata bernama Gunay itu menggosok-gosok telapak tangannya dan menatap Sahrul dengan pandangan mesum. Sebenarnya bercanda.

Dimas tak mempedulikan tingkah Gunay yang sudah lumrah itu, dia pun menatap Sahrul dan memanggil, "Bro! Sini! Lo duduk di sebelah kita aja, masih kosong kok ini," ajak Dimas ramah.

Sahrul menatap bangku yang ditunjuk Dimas, itu berada tepat di samping meja Dimas dan Gunay. Dan letaknya pun berada di barisan paling belakang. Dalam satu meja terdapat dua bangku, dan tempat yang ditunjuk Dimas masih kosong kedua bangkunya.

Lumayan, Sahrul memang mengincar tempat duduk seperti itu. Dia pun berjalan mendekat dan menghampiri kedua orang itu.

"Hai Sahrul, gue Gunay, lo dari SMP mana, Bro?" Gunay tiba-tiba merangkul bahu Sahrul dan duduk di bangku sebelahnya.

"Lo tau nama gue dari mana?" tanya Sahrul heran.

"Tuh." Gunay meruncingkan bibirnya menunjuk ke bet nama yang terjahit rapi di seragam Sahrul.

Sahrul hanya ber-oh ria dalam hati.

Gunay dan Dimas terus saja melontarkan berbagai macam pertanyaan kepada Sahrul, hal yang wajar bagi mereka untuk mendekati seseorang. Beberapa kali Sahrul menjawab jujur, namun lebih banyak ia tambahi dengan kebohongan.

Hari-hari terus berlalu, mereka menjadi semakin dekat. Dalam perkumpulan mereka, Sahrul sudah seperti tangan kanannya Gunay. Sebab, Gunay selalu mengajak dia kemana-mana, melakukan banyak hal bersama, memperkenalkannya pada temannya yang lainnya, sampai mengajak bermain ke rumahnya.

Tapi Sahrul selalu beranggapan dianggap babu oleh orang itu, karena Gunay sering memintanya melakukan banyak hal. Seperti mengerjakan tugasnya, membelikan sesuatu untuknya, menyampaikan pesannya pada orang lain, dan banyak hal lainnya.

Namun pikiran absurd itu hanya diciptakan Sahrul sendiri, Gunay tak pernah menganggap seseorang sebagai tangan kanan, tangan kiri, babu, atau sejenisnya. Dia berteman dan menganggap sama semua orang.

Memang seringkali dia menyuruh-nyuruh seseorang seenaknya, namun itu tak pernah benar-benar ia maksudkan. Jika orang tersebut menolak, ia tak akan memaksa, ia terkadang hanya bosan jika tak berbicara, ia pun menjadikan alasan tersebut untuk terus berinteraksi dengan orang-orang.

Saat berkumpul bersama, Sahrul senantiasa memasang tampang cerianya, saat Gunay tertawa dia ikut tertawa, Gunay bercanda ia ikut menanggapi, Gunay membuat permainan ia ikut meramaikan.

Namun semakin ia tertarik semakin jauh dalam lingkaran pertemanan Gunay, semakin kuat rasa iri dan tak suka yang tertanam jauh dalam benaknya.

Entah kenapa, ia sangat iri dengan pemuda itu, hidupnya selalu bahagia, matanya selalu bersinar, senyumnya terus mengembang, orang-orang pun selalu senang mendekatinya. Apa dia tak pernah merasakan sedikit pun kesedihan? Bisakah Sahrul melihat sedikit saja air mata Gunay?

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Old day
578      424     3     
Short Story
Ini adalah hari ketika Keenan merindukan seorang Rindu. Dan Rindu tak mampu membalasnya. Rindu hanya terdiam, sementara Keenan tak henti memanggil nama Rindu. Rindu membungkam, sementara Keenan terus memaksa Rindu menjawabnya. Ini bukan kemarin, ini hari baru. Dan ini bukan,Dulu.
A Freedom
155      135     1     
Inspirational
Kebebasan adalah hal yang diinginkan setiap orang. Bebas dalam menentukan pilihan pun dalam menjalani kehidupan. Namun sayang kebebasan itu begitu sulit bagi Bestari. Seolah mendapat karma dari dosa sang Ayah dia harus memikul beban yang tak semestinya dia pikul. Mampukah Bestari mendapatkan kebebasan hidup seperti yang diinginkannya?
ASA
5361      1695     0     
Romance
Ketika Rachel membuka mata, betapa terkejutnya ia mendapati kenyataan di hadapannya berubah drastis. Kerinduannya hanya satu, yaitu bertemu dengan orang-orang yang ia sayangi. Namun, Rachel hanya diberi kesempatan selama 40 hari untuk memilih. Rachel harus bisa memilih antara Cinta atau Kebencian. Ini keputusan sulit yang harus dipilihnya. Mampukah Rachel memilih salah satunya sebelum waktunya ha...
Palette
6258      2262     6     
Romance
Naga baru saja ditolak untuk kedua kalinya oleh Mbak Kasir minimarket dekat rumahnya, Dara. Di saat dia masih berusaha menata hati, sebelum mengejar Dara lagi, Naga justru mendapat kejutan. Pagi-pagi, saat baru bangun, dia malah bertemu Dara di rumahnya. Lebih mengejutkan lagi, gadis itu akan tinggal di sana bersamanya, mulai sekarang!
Cinta Sebelum Akad Itu Palsu
137      107     1     
Inspirational
Hayy dear...menurut kalian apa sih CINTA itu?? Pasti kalian berfikir bahwasanya cinta itu indah, menyenangkan dan lainnya. Namun, tahukah kalian cinta yang terjadi sebelum adanya kata SAH itu palsu alias bohong. Jangan mudah tergiur dan baper dengan kata cinta khususnya untuk kaum hawa niii. Jangan mudah menjatuhkan perasaan kepada seseorang yang belum tentu menjadi milikmu karena hal itu akan ...
FLOW : The life story
97      87     0     
Inspirational
Dalam riuh pikuknya dunia hiduplah seorang gadis bernama Sara. Seorang gadis yang berasal dari keluarga sederhana, pekerja keras dan mandiri, gadis yang memiliki ambisi untuk mencari tujuannya dalam berkehidupan. Namun, dalam perjalanan hidupnya Sara selalu mendapatkan tantangan, masalah dan tekanan yang membuatnya mempertanyakan "Apa itu kebahagiaan ?, di mana itu ketenangan ? dan seperti apa h...
NODA YANG BERWARNA
551      371     1     
Short Story
MENCERITAKAN PERJUANGAN SEORANG YANG SERING DI BULLY DI HIDUPNYA TENTANG BAGAIMANA SEHARUSNYA IA MENGHADAPI SEMUA COBAAN YANG TERJADI DALAM HIDUPNYA.
Catatan sang Pemuda
603      364     5     
Inspirational
"Masa mudamu sebelum masa tuamu." Seorang laki-laki kelahiran Banjarnegara, Jawa Tengah, pada 31 Oktober 2000. Manusia biasa yang tidak terkenal sama sekali. Inilah kisah inspirasi dari pengalaman hidup saat menginjak kata remaja. Inilah cerita yang dirangkum dari catatan harian salah seorang pemuda merah putih.
Under a Falling Star
1066      625     7     
Romance
William dan Marianne. Dua sahabat baik yang selalu bersama setiap waktu. Anne mengenal William sejak ia menduduki bangku sekolah dasar. William satu tahun lebih tua dari Anne. Bagi Anne, William sudah ia anggap seperti kakak kandung nya sendiri, begitupun sebaliknya. Dimana ada Anne, pasti akan ada William yang selalu berdiri di sampingnya. William selalu ada untuk Anne. Baik senang maupun duka, ...
FIREWORKS
536      383     1     
Fan Fiction
Semua orang pasti memiliki kisah sedih dan bahagia tersendiri yang membentuk sejarah kehidupan setiap orang. Sama halnya seperti Suhyon. Suhyon adalah seorang remaja berusia 12 tahun yang terlahir dari keluarga yang kurang bahagia. Orang tuanya selalu saja bertengkar. Mamanya hanya menyayangi kedua adiknya semata-mata karena Suhyon merupakan anak adopsi. Berbeda dengan papanya, ...