Loading...
Logo TinLit
Read Story - Mendung (Eccedentesiast)
MENU
About Us  

Vero mematikan mesin motornya ketika sampai di pekarangan rumah Kinara. Cowok itu melepaskan helm biru yang melekat di kepala Kinara, baru kemudian melepas helm yang dipakainya.

"Are you okay?" tanyanya, memandangi raut gusar Kinara.

Gadis itu tersenyum tipis lalu mengangguk singkat. Keduanya berjalan menuju pintu rumah Kinara.

Tepat ketika pintu terbuka, Qya langsung menghampiri dan memeluk Kinara erat. Dia mencium kening dan pipi Kinara. Kinara hanya tersenyum membalas pelukan kakaknya tanpa suara sedikitpun. Keduanya mengurai pelukan singkat itu. Kinara melempar senyum pada setiap orang yang berada di ruang keluarga rumahnya.

Kinara melangkah mendekati mereka. Ada getar dalam setiap gerakannya. Di sana ada Papanya, teman-temannya, dan juga Bunda Hana. Lagi-lagi Kinara tersenyum sembari menghampiri mereka. Senyum yang mengisyaratkan bahwa dirinya sedang baik-baik saja, dan tidak perlu lagi di khawatirkan.

"Papa, maaf ya udah buat Papa khawatir." Reno beranjak dari tempat duduk, menarik putrinya ke dalam pelukan.

"Kak Dimas, Kak Rey, kak galang, Anna makasih ya dan maaf." Giliran Anna yang memeluk erat sahabatnya itu.

Ketika melewati Hana, perasaan Kinara kembali campur aduk.

"Kinar," panggil wanita itu lembut.

"Maaf, Tante. Saya capek. Saya istirahat dulu ya."

"Ki-" ucapan Dimas terhenti ketika Hana mencekal pergelangan tangannya.

Setelah berpamitan dengan semua orang, Kinara bergerak ke atas menuju kamar tidurnya bersama Vero.

"Makasih kak, lo harus pulang. Lo juga butuh istirahat," ujar Kinara mengisyaratkan Vero untuk segera pergi. Detik berikutnya, ia menutup pintu kamar.

Gadis itu merasa perlu waktu untuk istirahat. Karena bukan hanya raganya yang lelah, namun hatinya juga butuh istirahat. Ia harus kembali menata hatinya baik-baik.

Salah. Sangat salah jika Kinara mengira dirinya sudah sia berdiri kokoh seperti semula. Tepat ketika pintu kamarnya tertutup, gadis itu jatuh, ambruk dan terpuruk. Segala bentuk pertahanannya tumbang bersama air mata pertamanya.

Setelah kepergian Kinara dari ruang keluarga. Satu persatu temannya memutuskan untuk pulang, mereka merasa lega karena Kinara sudah kembali dengan keadaan yang baik.

"Gue anterin pulang ya," tawar Dimas pada Anna.

"Gak usah kak, duluan aja. Gue masih mau di sini, nemenin Kinar."

"Gue tau Lo kurang tidur Na. Bukan cuma Kinar yang harus baik-baik aja. Tapi lo juga. Besok udah masuk kuliah. Pulang, istirahat ya."

Anna merasakan hangat di sekujur tubuhnya, senyumnya merekah. "Gue Ok, Kak. Pulang gih, gue mau di sini."

"Hm, yaudah gue duluan ya," final Dimas. Sebelah tangannya mengelus puncak kepala Anna, berhasil menerbitkan rona merah di Pipi gadis itu.

"Titip Kinara ya, Bunda pulang dulu."

"Siap, Bunda. Hati-hati di jalan." Anna melambaikan tangan sebelum kedua orang itu masuk ke dalam mobil.

Usai mengantar mereka, Anna memutuskan kembali masuk ke rumah Kinara. Dia harus memastikan keadaan temannya itu benar-benar baik. Karena sangat Anna tau bahwa sahabatnya itu adalah penipu ulung, yang bisa menipu semua orang dengan senyumnya. Anna yakin, keadaan gadis itu masih jauh dari kata baik-baik saja. Untuk alasan itulah ia masih berada di sini, di rumah keluarga Kinara.

Ketika hendak menaiki tangga tak sengaja manik matanya beradu tatap dengan Alan yang berdiri di dekat sofa. Entah sejak kapan lelaki itu berada di sana, Anna tidak peduli. Segera ia memutus kontak mata itu sebelum ia terperangkap lebih jauh dalam iris tajam itu.

****

Cinta memang indah. Menyatukan insan tanpa memandang ikatan darah ataupun kekerabatan. Karena, orang asing pun bisa menjadi saling dalam hal cinta. Indah, untuk mereka yang bisa merasakannya. Indah bagi mereka yang bisa menghargainya. Tak hanya cinta sepasang insan, tapi juga cinta seorang ibu terhadap anaknya. Cinta ayah kepada anaknya, cinta kakak kepada adiknya. Tak ada syarat dalam cinta. Namun sayangnya, rintangan sering menjadi dinding pemisah.

Entah sudah dua atau tiga jam wanita paruh baya itu keluar masuk rumah hanya untuk memeriksa apakah anaknya sudah tiba. Menatap jauh pada angkasa yang menggelap, awan mulai menghitam menandakan hujan segera tiba. Tepat sepersekian detik sebelum rintik pertama turun, putra kesayangannya itu tiba dengan motornya.

"Assalamualaikum, Ma," ucap Vero sembari mencium punggung tangan Kartika.

"Gimana, Nak? Kinar udah baikan?" Vero mengangguk, memberi sedikit lega pada wanita tersebut.

"Yaudah, buru masuk. Hujannya makin deras. Mandi dulu, Mama siapin makanan."

Vero mencium lembut Pipi Kartika. "Iya Mama, sayang."

Vero melepas jaketnya yang sedikit basah oleh keringat, meletakkannya di bangku yang ada teras. Berikutnya kaki besar itu telah melangkah menuju kamar tidurnya.

"Vero." Ia menoleh seketika.

Kartika memungut sesuatu dari lantai, mengangkatnya tinggi hingga Vero bisa melihatnya dengan jelas.

"Ini punya kamu?"

Tanya Kartika yang tidak mendapatkan jawaban. Vero mempersempit jarak, memperluas penglihatannya pada benda silver yang dipegang Kartika.

Benda itu, kalung berbandul Kunci yang berhasil meruntuhkan dunianya. Pemuda itu membeku di tempat, tanpa bisa bersuara ia memungut kalung tersebut dari tangan Ibunya. Sesegera mungkin meninggalkan Kartika, sebelum wanita itu menyadari keganjilan dari raut wajah putranya.

****

"Woi!" Kinara melempar bantal pada Anna.

"Apa, Nak?"

"Lo gamau pulang apa? Udah malem An, nanti dicariin."

"Ngejek ape gimane mon maap? Lupa apa gue tinggal sendiri, doi pun gada siapa yang mau nyari maemunah!" Cerocos Anna.

"Ya kan kali aja Dimas nyariin gitu." Sahut Kinara membuat wajahnya ketiban bantal yang di lempar Anna.

"Pulang aja gih, lo butuh istirahat juga, An."

"Yee ngusir amat mbanya, gue gak bawa mobil. Males ah, gak ada temen juga di Apart. Stok drakor udah ludes."

"Yaudah, gue minta Abang anterin ya-" ucapan Kinara terjeda ketika menyadari sesuatu.

"Maaf, Ann."

"Paan sih, Ki. Biasa aja kali, gua gak ada apa-apa juga sama dia." Anna mengalihkan tatapannya pada ponsel.

"Lo masih belum baikan ya sama Abang gue?"

Anna balik bertanya. "Nanya tuh ke diri sendiri, udah baikan belum lu nya?"

Kinara menghela napas. "Udah ah, tidur yuk. Capek banget gue, kek baru balik dari study tour."

Anna merentangkan tubuhnya di sebelah Kinara.

"Astaga kok gue baru nyadar, bau banget sih lo belum mandi?!"

"Sembarangan lu, Ki. Nggak mandi juga gua tetep wangi, anjir. Ngajak gelud bener," omel Anna membuat Kinara tertawa puas lalu keduanya larut dalam tawa dan obrolan random yang tidak jelas.

"Mandi sana! Ganti pake baju gue," ujar Kinara kemudian.

Anna mengisyaratkan jawaban dengan membentuk 'Ok' dengan jarinya. Detik selanjutnya gadis itu telah masuk ke dalam kamar mandi. Menyisakan Kinara, dengan segala kesunyian dan kemelut dihatinya.

Kinara menatap hampa pada langit-langit kamarnya. Memikirkan dan mengulang runtutan kejadian yang dialaminya tiga hari terakhir. Mengulang setiap perkataan yang ia dengar, dan kenyataan yang harus ia terima. Gadis itu memejamkan mata cukup lama, menenangkan hati dan pikirannya sendiri.

"Semuannya udah berlalu, Kinara. Sekarang, apapun yang terjadi kamu udah lebih kuat. Percaya semua akan baik-baik aja." Rapalnya pada diri sendiri.

Diusapnya setitik air yang mengalir ketika ia membuka matanya.

"Ini air mata terakhir untuk masa lalu, setelah ini semua akan benar-benar berlalu."

Kinara menyadari sesuatu, ia belum menerima kabar dari Vero sejak siang ketika cowok itu pulang dari rumahnya.

Ia mengambil ponsel yang sedang di charger. Mencari nama kontak Vero, lalu mendialnya.

Pada panggilan kedua, tidak ada tanda-tanda Vero akan menjawab teleponnya. Cowok itu sekarang pasti sudah terlelap, dia sangat lelah beberapa hari terakhir.

Tepat pada panggilan ketiga, suara operator yang menjawab. Ponselnya barusaja dimatikan, itu tandanya cowok di seberang sana belum tertidur dan sedang memegang gawainya. Kinara merasa sedikit aneh. Mengapa Vero memilih untuk mengabaikannya?

"Ah pasti hp nya lupa di charger."

Kinara mengirimkan pesan suara sebelum sambungan ditutup, "malam kak vero, makasih ya untuk semuanya. Jangan begadang, jangan terlalu capek, dan jangan sakit. Maaf udah banyak nyusahin lo. Sampai ketemu di Kampus, i love you."

****

"Pagi, Bibi! Pagi Papa, Kakak, Abang!" Seru Kinara sembari menuruni tangga.

Nama yang disapa melempar senyum, kecuali Alan yang hanya menatap sekilas.

"Pagi, Om." Giliran Anna yang menyapa santun, pada Ayah sahabatnya yang kini tengah duduk di meja makan.

Kinara duduk di hadapan Qya, sementara Anna duduk berseberangan dengan Alan.

"Semangat banget hari pertama masuk kuliahnya," goda Qya.

"Harus dong, Kakak!" Balas Kinar menampilkan sederet gigi putihnya.

Hanya obrolan ringan antara Qya dan Kinara yang terdengar di ruang makan. Reno menimpali sesekali. Sementara Anna dan Alan membisu, tanpa sedikitpun bersuara.

"Papa pergi duluan ya, ada rapat di kantor." Kinar mencium punggung tangan Reno, sebelum Pria itu meninggalkan ruang makan.

"Kalian berdua naik apa ke Kampus?" tanya Qya sembari mencuci tangannya.

"Dijemput Kak Vero."

"Terus, Annanya gimana? Sama Alan aja, kan satu tujuan."

"Nggak usah, Kak." Tolak Anna membuat Qya bingung.

"Lho kenapa? Gak apa-apa kan Alan, Anna nebeng kamu?" Alan tidak berniat menjawab, membuat Anna merasa tidak enak.

"Kak Vero bawa mobil, Kakak." Kinara memberi jawaban menggantikan Anna dan Alan.

Qya mengangguk sebagai tanggapan, detik berikutnya ia berlalu setelah berpamitan pada Kinara.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Teman Berakhir (Pacar) Musuhan
667      409     0     
Romance
Bencana! Ini benar-benar bencana sebagaimana invasi alien ke bumi. Selvi, ya Selvi, sepupu Meka yang centil dan sok imut itu akan tinggal di rumahnya? OH NO! Nyebelin banget sih! Mendengar berita itu Albi sobat kecil Meka malah senyum-senyum senang. Kacau nih! Pokoknya Selvi tidak boleh tinggal lama di rumahnya. Berbagai upaya buat mengusir Selvi pun dilakukan. Kira-kira sukses nggak ya, usa...
SI IKAN PAUS YANG MENYIMPAN SAMPAH DALAM PERUTNYA (Sudah Terbit / Open PO)
4903      1756     8     
Inspirational
(Keluarga/romansa) Ibuk menyuruhku selalu mengalah demi si Bungsu, menentang usaha makananku, sampai memaksaku melepas kisah percintaan pertamaku demi Kak Mala. Lama-lama, aku menjelma menjadi ikan paus yang meraup semua sampah uneg-uneg tanpa bisa aku keluarkan dengan bebas. Aku khawatir, semua sampah itu bakal meledak, bak perut ikan paus mati yang pecah di tengah laut. Apa aku ma...
A.P.I (A Perfect Imaginer)
144      122     1     
Fantasy
Seorang pelajar biasa dan pemalas, Robert, diharuskan melakukan petualangan diluar nalarnya ketika seseorang datang ke kamarnya dan mengatakan dia adalah penduduk Dunia Antarklan yang menjemput Robert untuk kembali ke dunia asli Robert. Misi penjemputan ini bersamaan dengan rencana Si Jubah Hitam, sang penguasa Klan Kegelapan, yang akan mencuri sebuah bongkahan dari Klan Api.
My Idol Party
1464      728     2     
Romance
Serayu ingin sekali jadi pemain gim profesional meskipun terhalang restu ibunya. Menurut ibunya, perempuan tidak akan menjadi apa-apa kalau hanya bisa main gim. Oleh karena itu, Serayu berusaha membuktikan kepada ibunya, bahwa cita-citanya bisa berati sesuatu. Dalam perjalanannya, cobaan selalu datang silih berganti, termasuk ujian soal perasaan kepada laki-laki misterius yang muncul di dalam...
Premium
Aksara yang Tak Mampu Bersuara
5698      1758     0     
Romance
Ini aku. Aku yang selalu bersembunyi dibalik untaian kata indah yang menggambarkan dirimu. Aku yang diam-diam menatapmu dari kejauhan dalam keheningan. Apakah suatu saat nanti kau akan menyadari keberadaanku dan membaca semua tulisanku untukmu?
Aku Menunggu Kamu
146      128     0     
Romance
sebuah kisah cinta yang terpisahkan oleh jarak dan kabar , walaupun tanpa saling kabar, ceweknya selalu mendo'akan cowoknya dimana pun dia berada, dan akhirnya mereka berjumpa dengan terpisah masing-masing
Prakerin
7085      1933     14     
Romance
Siapa sih yang nggak kesel kalo gebetan yang udah nempel kaya ketombe —kayanya Anja lupa kalo ketombe bisa aja rontok— dan udah yakin seratus persen sebentar lagi jadi pacar, malah jadian sama orang lain? Kesel kan? Kesel lah! Nah, hal miris inilah yang terjadi sama Anja, si rajin —telat dan bolos— yang nggak mau berangkat prakerin. Alasannya klise, karena takut dapet pembimbing ya...
GAARA
7285      2324     14     
Romance
"Kalau waktu tidak dapat menyembuhkan luka, maka biarkan aku menjadi mentari yang dapat membuat hidupmu bahagia." Genandra Mahavir Aditama, si kutub Utara yang dipaksa untuk mencintai seorang perempuan bernama Akira Magenta Valencia, dalam kurun waktu lima belas hari saja. Genandra diminta agar bersikap baik dan memperlakukan gadis itu sangat spesial, seolah-olah seperti dia juga mencin...
Edelweiss: The One That Stays
1881      803     1     
Mystery
Seperti mimpi buruk, Aura mendadak dihadapkan dengan kepala sekolah dan seorang detektif bodoh yang menginterogasinya sebagai saksi akan misteri kematian guru baru di sekolah mereka. Apa pasalnya? Gadis itu terekam berada di tempat kejadian perkara persis ketika guru itu tewas. Penyelidikan dimulai. Sesuai pernyataan Aura yang mengatakan adanya saksi baru, Reza Aldebra, mereka mencari keberada...
1'
3696      1269     5     
Romance
Apa yang kamu tahu tentang jatuh cinta? Setiap kali ada kesempatan, kau akan diam-diam melihatnya. Tertawa cekikikan melihat tingkah konyolnya. Atau bahkan, kau diam-diam mempersiapkan kata-kata indah untuk diungkapkan. Walau, aku yakin kalian pasti malu untuk mengakui. Iya, itu jarak yang dekat. Bisa kau bayangkan, jarak jauh berpuluh-puluh mil dan kau hanya satu kali bertemu. Satu kese...