Kinara baru saja keluar dari kamar mandi ketika ponselnya bergetar menandakan pesan baru.
'Cowok ganteng'. Kinara menautkan alis, sepertinya dia tidak pernah menyimpan kontak orang dengan nama tersebut, setelah membaca isi pesan WhatsApp tersebut barulah Kinara ingat malam ketika Vero memberikan ponsel ke padanya.
Cowok ganteng
Jelek, Lu kan yang ngasih gue ulet bulu? Ngaku Lo!
Tawa Kinara menyembur saat itu juga.
Kenapa Lo tiba-tiba ng'chat gue? Kangen Lo?
Berisik! Kalo gue nanya gak usah nanya balik!
Siapa Lo berani nyuruh-nyuruh gue?!
Jawab gak?!
Ya ya galak banget! Lo tadi ngomong apa? Ulet bulu? Lo yakin banget itu dari gue?
Jauh di seberang sana cowok yang mengenakan kaus polo itu mendesis sebal, dia mengirim sebuah gambar kepada Kinara.
Setau gue cuma elu yang nggak mampu beli kertas kado
Vero sangat yakin dia tidak mungkin salah mengenali, kotak berbungkus koran lusuh itu paling mencolok diantara puluhan lainnya yang dibungkus rapi dengan warna merah muda mendominasi.
Kalo gue kenapa? Lo mau marah? Lagian acara lo norak banget sumpah.
Bener-bener lo ya, udah gak punya sopan santun, gak tau terima kasihnya juga jadi manusia.
Lo ngarep banget ya gue ngasih coklat sama bunga? Lagian ulet bulu kan imut kaya gue.
Percuma imut kalo tingkah kaya bocah!
Berarti Lo ngakuin dong kalo gue imut
Semerdeka lo!
Dari jaman dora juga hidup gue udah merdeka.
Lima menit berlalu tidak ada lagi balasan dari Vero. Kinara melempar ponselnya ke sembarang arah, senyum kemenangan tercetak jelas di wajahnya. Dalam benaknya, dia membayangkan tampang kesal Vero Angkasa.
'Kinara di lawan, hahaha'
Di kamar tidurnya Vero tidak bisa berhenti tersenyum, kerjapan mata bening Kinara membuat otaknya tidak berfungsi normal. Tiba-tiba ingatannya melayang pada syal milik gadis itu. Dia beringsut meraih syal merah dari dalam lemari kayu.
"Emangnya ini berharga banget ya buat Kinara?"
Vero mengamati syal merah tersebut, tampak seperti syal pada umumnya. Syal itu terbuat dari benang wol yang di rajut dengan tangan. Namun ada yang menarik perhatian Vero, di salah satu sudut syal tersebut terdapat rajutan bertuliskan "Princess Alea" dengan benang berwarna hitam. Dalam hati ia bertanya, siapa Alea? Apa itu salah satu series princess negeri dongeng?
****
Terhitung tiga minggu sejak malam inagurasi, kegiatan perkuliahan yang menyebalkan bagi seorang Kinara sudah berjalan dengan normal. Selama waktu itu dia melalui siklus yang sama setiap hari nya, Kuliah, belajar, pulang, lalu besoknya Kuliah lagi dengan tumpukan tugas yang hanya akan ia kerjakan mendekati deadline.
"Thanks Kak." Kinar tersenyum hingga mobil yang mengantarnya hilang di kelokan jalan. Setelah berakhirnya kegiatan PKKMB ada banyak waktu yang dimiliki Kinar dan Vero. Seperti hari ini Vero mengantarnya pulang ke rumah karena Anna ada acara keluarga yang harus cepat di datanginya. Anna ingin menyempatkan waktu mengantar Kinar ke rumahnya, namun Kinar tidak mau menyusahkan Anna lebih banyak. Kinar lebih tidak mau Anna terlambat di acara penting keluarganya. Untung ada Vero yang berbaik hati, sebenarnya Kinar juga tidak mau menyusahkan pemuda itu. Lebih tepatnya dia kelewat gengsi. Tetapi mau bagaimana lagi, timbang naik ojek mending uangnya disimpan untuk membeli series petualangan Raib yang akan terbit dalam beberapa hari ke depan.
Kinar memutar kenop pintu rumah, hari ini cukup melelahkan. Otaknya terkuras habis setelah dosennya memberi kuis dadakan pengantar Akuntansi di antara setumpuk tugas wajib dari dosen lainnya. Kinara meniti anak tangga dengan lesu, sampai di pertengahan matanya menangkap sebuah pigura besar yang terpajang di sisi tangga.
Kinara memandangi seorang anak berusia lima tahun bergaun biru yang berdiri ditengah keempat orang lainnya, senyumnya begitu lebar kala itu. Kinara tersenyum kecut memandang wajah bahagia anggota keluarganya, andai waktu masih sama seperti dulu. Saat keluarganya masih utuh dan harmonis, saat Papa nya lebih banyak menghabiskan waktu untuk keluarga dibanding kerjaan, saat Kak Qya tidak sesibuk sekarang, saat Abang nya masih menjadi sosok yang hangat dan penyayang serta saat Mamanya masih ada di dunia ini. Dan terakhir saat suasanya rumahnya tidak sesunyi sekarang ini.
"Mama, i really miss you." Menghembuskan napas, Kinar melanjutkan langkahnya hingga sampai di pintu kamar.