Read More >>"> Miracle of Marble Box (Kotak Ajaib Bercahaya) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Miracle of Marble Box
MENU
About Us  

“Ayo semuanya segera berkumpul. Kita akan melakukan senam pagi bersama… Priiittt!!!” aba-aba dari Pak Jito, guru olahraga begitu bersemangat.

Alsa dengan sigap mengajak teman-temannya untuk segera berbaris, namun kali ini ia berhasil membujuk Ovi dan Arum untuk berbaris di bagian depan. Ada sebuah rencana yang harus ia jalani bersama Indira, maka dari itu ia memilih untuk berbaris di belakang.

“Ra, di sini aja barisnya. Nanti begitu selesai dan pada bubar, kita langsung ke sana,” ucap Alsa setengah berbisik sambil menunjuk ke arah di mana mereka akan kembali ke hutan.

“Eh iya…” jawab Indira agak ragu.

Setelah kegiatan senam bersama selesai dan seluruh peserta berbaur untuk mencari minuman hangat, Alsa langsung menarik tangan Indira. Mereka berjalan mengendap dan waspada sambil tengok kanan-kiri, memastikan kondisi aman untuk melakukan petualangan pagi hari. Suara musik dari pengeras suara ditambah dengan keriuhan seluruh peserta Persami di pagi hari berhasil membuat mereka berlalu tanpa diketahui oleh siapa pun.

“Ra, ayo jalannya agak cepat. Waktu kita cuma sebentar,” Alsa mengajak Indira untuk sedikit berlari agar segera sampai di lokasi kotak tersebut.

Alsa masih ingat betul lokasi tempat ia menemukan kotak marun tersebut. Begitu ia sampai di titik yang dimaksud, ia langsung merangsuk ke dalam semak-semak rendah.

“Al, kamu yakin kotak itu ada di sana?” Indira yang sedikit terengah masih ragu dengan ide sahabatnya itu.

“Iya aku yakin, Ra. Pasti masih ada. Ayo kita ke sana, nanti keburu yang lain sadar kalau kita ga ada di lokasi,” bujuk Alsa seraya meyakinkan Indira.

Dengan sedikit ragu dan takut, akhirnya Indira mengikuti langkah Alsa menuju tempat kotak tersebut. Dengan perlahan Alsa menuju ke tempat yang semalam ia pijakkan sambil melihat kanan-kiri, memastikan letak kotak tersebut. Lalu ia terlihat begitu antusias namun sedikit terkejut setelah menemukan kotak itu.

“Ini dia!” ucap Alsa yang begitu sumringah. “Eh, tapi kok warnanya berubah ya? Tadi malam aku lihat merah.”

“Bukan itu kali, Al,” ujar Indira.

“Aku yakin kok ini kotaknya. Bentuknya sama, ornamennya juga sama, tapi kenapa warnanya jadi biru ya?” Alsa mulai bingung dengan apa yang dilihatnya, tapi hatinya begitu yakin bahwa kotak itulah yang ia temui semalam. “Hm…ya sudah ga apa-apa. Kita bawa aja yuk,” ucap Alsa sambil mengangkat kotak tersebut.

“Al, jangan! Kita kan ga tau ini punya siapa. Jangan dibawa, Al,” Indira terlihat gugup. “Aku khawatir nanti terjadi apa-apa.” Alsa pun menjadi ragu, namun hati dan pikirannya begitu penasaran terhadap kotak tersebut, apalagi setelah kotak itu berubah warna.

“Ya sudah, kita balik aja ke posko tenda,” Alsa mengajak Indira untuk kembali. Begitu Indira membalikkan badan dan berjalan beberapa langkah, dengan sigap Alsa memasukkan kotak biru itu ke dalam ranselnya. “Kalau nanti ada yang tanya kita kemana, bilang aja aku ketinggalan sesuatu di semak-semak ya,” Alsa mengatakan skenario agar tak dicurigai oleh teman yang lain.

Sesampainya di posko tenda, Alsa dengan cepat menaruh tas ranselnya di depan tenda regu Anggrek. Lalu ia dan Indira langsung membaur dengan yang lainnya. Indira mengambil semangkok mie goreng instan dan segelas air putih, sedangkan Alsa hanya mengambil 3 jenis kue tradisional, sebuah pisang, dan segelas teh hangat. Setelah selesai menyantap sarapan, mereka kembali ke tenda untuk merapikan barang-barang dan bersiap untuk membersihkan diri. Mereka harus mengantri lebih cepat agar mendapatkan giliran untuk mandi karena dari hari kemarin tak ada jadwal untuk bersih diri. Beberapa peserta laki-laki lebih memilih ke sungai yang lokasinya berjarak kurang lebih satu kilometer dari posko tenda.

“Setelah bersih-bersih, nanti kita berkumpul di depan tenda regu Cempaka untuk mempersiapkan pentas seni ya,” ujar Alsa mengingatkan teman-temannya. “Jangan lupa untuk membawa perlengkapan yang sudah disiapkan.”

“Oke, siap!” jawab Indira dan yang lain.

“Yang ga ikut tampil boleh tidur aja kan di tenda?” tanya Kiki.

“Ya ikut nonton lah di luar. Kasih semangat teman-teman sekelas kita supaya penampilannya bagus,” jawab Alsa.

“Tapi kaki aku masih sakit nih,” Kiki beralasan.

“Yang sakit kan kakinya bukan matanya. Di sana kamu juga bisa duduk di kursi kalau ga bisa duduk di bawah,” Alsa memberikan alternatif untuk Kiki agar tetap mau menonton pentas seni dan bergabung dengan yang lainnya.

Kiki cemberut dan sedikit bersungut. Ovi yang ada di dekatnya mencoba menguatkan dan membujuknya untuk duduk di sampingnya.

“Nanti ga usah perhatiin yang tampil. Kita lihat Kak Rasya aja jadi MC,” kata Ovi seraya membujuk Kiki. Lalu mereka kompak tersenyum dan mengedipkan sebelah matanya.

“Sayang ya, kita ga boleh bawa HP. Padahal kan kita bisa foto-foto, sekalian kita foto candid Kak Rasya pas lagi ng-MC…” bisik Kiki.

“Ehm…ehm… Udah ga sakit kan kakinya,” sindir Alsa pada Kiki yang lalu terdiam.

Setelah mempersiapkan panggung dan hiasan untuk panggung sederhana pentas seni. Alsa lalu meminta izin pada Rasya untuk bergabung bersama teman sekelasnya mempersiapkan penampilan dari kelas IX-D. Tiba saatnya pentas seni Persami, Rasya memandu acara dengan pakaian kasual bernuansa biru. Hal ini membuat Alsa teringat dengan kotak biru di dalam ranselnya.

“Ah…masih aman,” ucap Alsa terdengar lega.

“Ada apa, Al? Apaan itu?” suara Arum tiba-tiba mengagetkan Alsa. Dia melihat sebuah benda biru yang berkilau dari dalam tas Alsa.

“Eh, ga ada apa-apa kok,” panik Alsa menutup ranselnya, sehingga sedikit tersendat.

“Tadi itu aku lihat ada yang berkilau biru. Apaan sih itu?” Arum mulai penasaran. Namun Alsa tetap berkelit sambil terus menutupi isi ranselnya.

“Alsa, Arum, ada apa sih? Kok kalian masih di dalam?” tanya Indira sambil mengintip dari luar tenda.

“Ini Ra, ada sesuatu yang berkilau di dalam tasnya Alsa. Aku penasaran,” ucap Arum.

Indira langsung masuk ke dalam tenda hijau itu dan menghampiri kedua temannya. Wajah Alsa mulai panik, sedangkan Arum mulai curiga.

“Apanya yang berkilau?” tanya Indira di hadapan Alsa yang berpura-pura sibuk merapikan kostum menarinya. “Jangan-jangan kamu mengambil kotak itu ya?!” Indira mulai mendesak Alsa.

“Ada apa sih? Kotak apa?” Arum semakin curiga dengan ketua regunya.

“Alsa, coba buka ransel kamu,” pinta Indira sedikit memaksa.

“Eh jangan! Nanti aja. Kita kan mau siap-siap pentas,” Alsa mencoba mengalihkan.

“Sekarang aja. Aku kan mau lihat dengan jelas benda apa itu,” Arum memaksa.

Untuk menghindari perdebatan yang lebih panjang, Alsa akhirnya mengambil tas ranselnya. Ia tak bisa mengelak lagi. “Tapi janji, jangan bilang dulu ke yang lain ya,” Alsa meminta kedua temannya untuk merahasiakan penemuannya tersebut, dan mereka menyepakatinya. Lalu ia mengambil ranselnya dan membukanya perlahan.

“Alsa…??” seketika Indira dan Yanu terkejut melihat kotak biru muda berornamen emas. Mereka hanya dapat menyebutkan nama Alsa dengan penuh tanya. Alsa hanya merespon dengan meletakkan telunjuknya di bibir, memberi tanda untuk tidak berisik.

“Nanti aja aku ceritakan setelah kita selesai Persami ya,” Alsa mencoba bernegoisasi dengan temannya. Ia khawatir jika hal tersebut bisa menjadi masalah pelik jika diketahui oleh banyak orang. “Please, jangan bilang ke siapa-siapa. Termasuk ke Ovi, Kiki, dan Arum.” Begitu kesepakatan terucap, mereka kembali ke acara pentas seni. Ternyata Rasya sedari tadi mencari sosok Alsa yang tiba-tiba menghilang dari area pentas seni.

Rasya membuka acara pentas seni dengan begitu antusias dan dibalas oleh suara riuh seluruh peserta Persami. Beberapa perwakilan kelas yang akan tampil sudah bersiap lengkap dengan kostum dan riasannya. Ada yang memakai pakaian serba hitam, ada yang menggunakan kostum penari Papua yang terbuat dari tali rapia warna-warni, ada pula yang menggunakan baju daerah dari berbagai propinsi, semua begitu menarik. Pastinya beragam kreasi akan ditampilkan oleh tiap-tiap kelas.

“Selanjutnya, mari kita saksikan bersama persembahan tari betawi dari kelas IX-D. Beri tepuk tangan yang meriah!!!” ucap Rasya begitu bersemangat. Tepuk tangan dan sorak-sorai begitu menggema di lokasi perkemahan.

Setelah acara pentas seni, tibalah saatnya pengumuman lomba-lomba dan regu terbaik. Alsa dan teman lain duduk merapat saling mengucap harap agar regu mereka menjadi regu terbaik, atau setidaknya memenangkan salahsatu perlombaan. Acara kali ini dipandu oleh Reza dan Rasya, yang membuat beberapa peserta perempuan semakin antusias.

“Untuk kategori yel-yel terbaik diraih oleh… Regu Anggrek!!!” suara dua pembawa acara kompak dan bersemangat. Ovi dan Kiki berseru hampir menjerit karena terkejut dan begitu senang. Bagaimana tidak? Mereka akan maju ke depan panggung, dilihat oleh seluruh peserta, menerima hadiah dan berfoto bersama MC rupawan. “Silakan Regu Anggrek maju ke panggung,” Rasya mempersilakan. Lalu Alsa dan teman-teman dengan bahagia maju ke panggung. Ovi dan Kiki langsung ambil posisi dekat dengan Rasya, sambil memberikan senyum paling manis. Setelah menerima hadiah dan foto bersama, Alsa dan teman-teman kembali duduk di barisannya namun Rasya sempat berkata pelan ke Alsa. “Jangan ke tenda dulu.” Alsa sempat bingung, tapi Rasya kembali mengisyaratkan untuk duduk tak jauh dari samping panggung. Ada apa ya?

“Untuk kategori regu terbaik akan ada dua yang dipilih berdasarkan keputusan para pembina. Yaitu regu dengan disiplin tinggi dan regu dengan solidaritas tinggi. Bersiap yaa…” ucap Reza membuat seluruh peserta berdebar-debar. “Yang pertama, regu dengan disiplin tinggi diberikan kepada… Regu Kura-kura!!” tepuk tangan bergemuruh bersama dengan tawa yang riuh. “Meskipun nama regunya Kura-kura tetapi regu ini selalu paling cepat untuk berbaris, menyelesaikan tantangan, dan juga sewaktu mendirikan tenda serta memasang umbul-umbul. Luar biasa!” Reza menjelaskan tentang alasan terpilihnya regu Kura-kura menjadi regu terdisiplin.

“Baik. Selanjutnya regu dengan solidaritas tinggi diberikan kepada…” Rasya menjeda pengumuman. “Hayoo regu siapa ya?” Rasya membuat seluruh peserta semakin berdebar-debar. “Regu tersolid adalah… Regu Anggrek!!” tepuk tangan kembali riuh. “Al, ayo ke panggung lagi,” ajak Rasya pelan. Alsa terkejut setengah tak percaya, tapi ia melihat teman-temannya sudah melompat-lompat kegirangan karena menjadi regu tersolid di Persami kali ini.

“Yeay! Yeay! Yuhuuu!!” Ovi dan yang lain berseru senang saling berpelukan. Alsa melihat mereka dari jarak 20 meter tempatnya berdiri dan dengan jelas ia memahami kalau ternyata teman-temannya memang begitu kompak. Meskipun selama persiapan hingga kegiatan tadi malam selalu ada perdebatan di antara mereka, namun akhirnya setiap akhir keputusan mereka selalu menjalankannya bersama.

“Kenapa Regu Anggrek menjadi regu tersolid? Karena mereka selalu bersama dalam segala situasi. Bahkan ketika ada temannya yang sakit sewaktu di hutan mereka semua sepakat untuk menemani dan memberikan semangat agar temannya bisa mencapai garis finish,” ucap Rasya memberi alasan terbuka mengapa regu yang diketuai Alsa menjadi regu tersolid. Semuanya bertepuk tangan bangga dan bahagia. “Oh iya, dan ada satu lagi… Ternyata dari 20 regu yang ada di Persami ini, regu Anggrek menjadi salahsatu dari lima regu yang berhasil menjawab dan menemukan benda rahasia saat mencari jejak tadi malam.”

“Ah ya, ya, ya, kotak merah yang ada lubangnya itu ternyata celengan ya bukan dompet,” ucap Yanu polos. Teman yang lain tersenyum bangga dan melakukan toss karena berhasil memecahkan misteri petunjuk dari Reza semalam.

Deg! Alsa yang mendengar ucapan Yanu tiba-tiba teringat dengan kotak ajaib di dalam ranselnya. Ia langsung menjadi khawatir. Seketika ia menoleh ke belakang, ke arah tendanya. “Semoga masih aman,” ucapnya pelan, namun terdengar oleh Arum.

“Kamu khawatir tentang kotak biru itu ya?” Arum berbisik di telinga Alsa.

“Eh…ga apa-apa kok,” jawab Alsa gugup.

Setelah acara pentas seni selesai, seluruh peserta kembali ke tenda dan merapikan seluruh barang-barang bawaannya. Tak lupa beberapa peserta perwakilan tiap regu membantu kakak Pembina untuk membersihkan lokasi kemah, mengumpulkan sampah dan bersiap untuk apel penutupan. Begitu acara apel ditutup, mereka semua bersiap untuk kembali ke sekolah dengan penuh cerita dan pengalaman yang tak akan pernah terlupakan, termasuk Alsa. Ada sebuah cerita yang masih tersimpan tentang kotak biru ajaib yang bersembunyi di dalam ranselnya. Kotak yang akan berubah warna jika waktu berubah.

***

Hari mulai berangsur gelap dan matahari perlahan pamit, Alsa tergopoh membawa dua tas miliknya yang berisi pakaian kotor, perlengkapan Persami, sisa makanan ringan, dan sebuah kotak yang masih dirahasiakan dari beberapa temannya. Ia berpikir untuk tetap diam sebelum Arum dan Indira yang memulai pertanyaan lebih jauh tentang kotak itu. Alsa mempercepat langkahnya ke rumah karena sudah tak sabar ingin segera membuka kotak tersebut dan ingin mengetahui apa isinya.

“Ma, besok aku libur. Jadi biar nanti aku saja yang cuci bajunya,” ucap Alsa kepada Mamanya setelah tiba di rumah.

“Ya sudah. Sekarang kamu mandi dulu, abis itu makan ya. Mama sudah buatkan rendang kesukaan kamu,” ucap Mama sambil tersenyum. Tanpa pikir panjang Alsa langsung masuk ke kamarnya, bersiap mandi dan siap menyantap makan malam istimewa yang sudah tersaji di meja makan. Sejenak ia melupan kotak yang ada di dalam ranselnya.

Setelah selesai makan dan bercengkrama sebentar dengan orangtua dan kakaknya, Alsa kembali ke kamarnya. Ia melihat ranselnya masih teronggok di samping meja belajarnya. Dengan sigap ia langsung mendekati tas itu dan membukanya, namun betapa terkejutnya setelah ia melihat isinya.

“Hah?! Kok warnanya berubah?” ujarnya kebingungan. Lalu ia berusaha mengeluarkan kotak itu dari ranselnya dengan perlahan sambil memastikan dari jauh pintu kamarnya sudah terkunci. “Kenapa jadi merah lagi? Tadi waktu diambil kan biru…”

Kotak ajaib itu berubah menjadi warna marun kembali. Alsa dibuat takjub olehnya dan semakin tak sabar ingin membuka kotak tersebut dari sebuah celah yang ada di salah satu sisinya. Rasa penasaran bercampur dengan kekhawatiran dan kelelahan setelah Persami. Lalu Alsa mulai meraba ornamen kotak yang sangat unik di sudut-sudut atasnya, dan ibu jarinya mulai mengarah ke celah depan kotak – tergoda sekali untuk membukanya.

“Ah, nanti aja deh. Aku mau tidur dulu. Capek banget…” rasa lelah mengalahkan penasarannya. Akhirnya Alsa menyimpan kotak tersebut di rak bawah lemari pakaiannya. Berharap tak ada seorang pun yang dapat menemukannya. Ia menyalakan lampu tidur dan bersiap istirahat. Esok pagi ia akan lebih siap mencari tahu lebih lanjut tentang isi kotak itu.

Malam berangsur larut. Setelah melewati tengah malam, benda di dalam lemari Alsa sedikit bergetar. Tanpa diketahui si penemunya, ia kembali berubah warna dan berkilau. Namun, Alsa yang kelelahan mendapati tidurnya yang gelisah. Akhirnya ia terbangun untuk mengambil air minum di atas meja belajarnya. Begitu selesai meneguk air minum, ia melirik ke arah lemari pakaiannya. Kali ini ia kembali tergoda untuk melihat kondisi benda yang ia sembunyikan di dalamnya.

“Hah?! Jadi biru lagi?!” tukasnya keheranan dalam temaram lampu tidur. Tanpa memperdulikan waktu yang masih dini hari, Alsa mengambil kotak itu dan membawanya ke atas tempat tidur. Ia mengusap kedua matanya agar dapat tersadar penuh dan melihat dengan lebih jelas. Lalu dengan segenap keyakinan ia membuka kotak ajaib tersebut. “Subhanallah…”

Cahaya terang menyeruak keluar dari dalam kotak, berwarna seperti pelangi, memenuhi kamar Alsa. Lalu perlahan meredup dan Alsa melihat dengan jelas isi kotak tersebut. Di dalamnya berwarna jingga keemasan dan terbagi menjadi tiga bagian dengan sekat-sekat yang kokoh. Bagian dalam tutupnya ada sebuah kaca tanam berbentuk elips berwarna biru safir. Pada bagian yang paling kiri terdapat beberapa kelereng kecil berwarna-warni. Lalu bagian tengahnya terdapat sebuah rongga sebesar kelereng yang ada di sampingnya. Sedangkan bagian paling kanan kotak tersebut kosong. Alsa begitu heran mengapa bagian itu kosong, lalu ia mencoba memasukkan jari telunjuk kanannya untuk memastikan apakah rongga itu benar kosong. Ia dapati rongga itu berbahan halus seperti kain beludru dan benar-benar kosong. Tapi mengapa kosong, Alsa begitu penasaran. Saat ia mencoba ingin menyentuh sebuah kelereng berwarna hijau, tiba-tiba muncul sebuah tulisan dari kaca tanam.

Kaulah yang terpilih. Temukanlah jawabannya sebelum waktu berakhir.

Seketika Alsa gemetar setelah membaca tulisan tersebut. Ia meletakkan kotak itu di atas tempat tidurnya, membiarkannya terbuka, dan ia duduk menjauh. “Ke…ke…kenapa bisa muncul tulisan ini?” Alsa bertanya dalam hati penuh ketakutan. Ia menelan ludahnya, lalu melihat ke arah jam dinding – pukul 02.00 dini hari. Ia tak ingin mengurangi waktu istirahatnya, maka dengan cepat ia menutup kotak biru itu. Tanpa perlawanan, kotak itu tertutup dan tak mengeluarkan cahaya kembali. Ia langsung memasukkan kotak itu kembali ke lemari pakaiannya. Segera ia menarik selimut menutupi badannya, berusaha memejamkan matanya kembali meski jantungnya berdegup kencang karena masih terkejut dengan kejadian munculnya tulisan dari dalam kotak tersebut.

“Aku…aku yang terpilih. Maksudnya apa?” Pikirannya dihantui oleh kalimat-kalimat itu. Alsa berusaha membaca doa-doa dan beberapa ayat suci Alqur’an agar ia menjadi tenang. Namun, matanya tetap tak bisa terlelap. Ia mulai berkeringat dingin dan mulai menyesali atas tindakannya. “Seharusnya aku mengikuti kata Indira agar tak mengambil kotak itu…” Alsa terus berusaha untuk tetap tenang. Menjelang subuh Alsa baru dapat terlelap kembali.

***

Alsa tiba-tiba terjatuh di sebuah tempat yang asing, tempat yang tidak ia ketahui. Ia berusaha mencari orang-orang untuk meminta bantuan. Berjalan menemui seseorang, menanyakan sesuatu, tetapi orang itu menggeleng, memberi arti tidak tahu. Mencari lagi dengan berlari kesana-kemari, hingga salahsatu dari temannya tiba-tiba menghilang entah dimana. Panik, ditambah dengan detik jam yang terdengar seolah menandakan waktu yang hampir habis.

“Ayo cepaaaattt!!!” teriak Alsa, namun Ovi masih bersikukuh untuk mencari Kiki.

“Tapi Kiki belum ketemu. Alsa, kamu harus tanggung jawab!” Ovi memaksa Alsa untuk tetap mencari Kiki.

“Waktunya ga akan cukup!” Alsa menjadi panik dan tiba-tiba dada Alsa terasa sesak.

“Aaaaaahhhhhhh…” Semuanya berteriak dan menghilang. Gelap seketika.

“Hah...hah... Hosh…hosh…hosh…” napas Alsa tersengal-sengal ketika terbangun dari mimpinya. Ia lalu terduduk dan mengusap keringat di kening dan lehernya. Ia berusaha mengatur napas, dan mengambil air minum di atas meja belajar. Mimpi yang aneh.

Setelah lumayan tenang, ia melihat jam dinding yang menunjukkan pukul 05.15 pagi. Ingin segera beranjak dari tempat tidur, namun ia masih merasa lesu akibat mimpi buruknya. Tak lama Alsa mendengar pintu kamarnya diketuk perlahan dari luar. Mama menyuruhnya bangun untuk melaksanakan salat subuh. Dengan gontai Alsa mengangkat tubuhnya, lalu keluar kamar tidurnya menuju kamar mandi untuk berwudhu.

“Aku harus cerita ke teman-teman soal ini,” ucapnya setelah selesai melaksanakan salat. Lalu ia mendekati lemari pakaian, berusaha membukanya tapi ada rasa takut yang membuat jantungnya berdegup cepat kembali. Akhirnya ia urung mengambil kotak ajaib. Alsa mencari telepon genggamnya di rak meja belajar untuk mengirim pesan.

 

Indira, nanti siang bisa ke rumahku ga? Penting nih -- Alsa

Ada apa, Al? Soal kotak biru itu ya?

Kotaknya bisa berubah-ubah warnanya, Ra. Trus, di dalamnya ada kaca hitam dan beberapa kelereng warna-warni. Nah tadi malam tiba-tiba muncul tulisan. Ngeri deh…

Kan udah aku bilang, jangan diambil nanti ada apa-apa.

Iya sih. Habisnya aku penasaran. Nanti ke sini yaa. Please…

Yaudah, nanti aku ajak Arum sekalian ya. Kan dia juga udah tahu soal kotak itu.

Oke. Aku tunggu ya…

 

Pagi ini Alsa merapikan semua perlengkapannya setelah selesai Persami dan tak lupa mencuci baju, mencuci sepatu dan ranselnya. Beberapa perlengkapan regu sudah ia letakkan di sekolah, jadi ia hanya merapikan milik pribadi. Setelah semua selesai, ia baru mandi dan sarapan. Saat ia membuka lemari pakaian, ia sempat melihat kembali kotak ajaib itu. Entah mengapa kotak itu seolah mempunyai magnet yang bisa membuat Alsa tertarik untuk menyentuhnya. Tak hanya warnanya yang indah, namun kemisteriusan yang membuat Alsa menjadi tambah penasaran.

“Ah, nanti aja deh. Tunggu Indira dan Arum datang,” Alsa mencoba mengalihkan pandangannya agar tak mengambil kotak itu dan membukanya kembali.

***

Di ruang tengah, Alsa menonton sebuah acara televisi. Biasanya ia ada di dalam kelas pada jam-jam setelah makan siang dan kegiatan belajar terasa cepat berlalu, namun waktu terasa begitu lambat saat ia menunggu kedatangan Indira dan Arum. Ia sudah tak sabar, akhirnya menuju kamarnya untuk mengambil kotak ajaib. Betapa terkejutnya, ketika ia melihat kotak ajaib itu sudah berubah warna kembali menjadi merah. Tanpa ragu lagi, ia mengambil dan meletakkannya di atas meja belajar.

“Sebenarnya, kapan kotak ini mulai berubah warna ya?” pikirnya heran. Alsa mulai mengingat-ingat kejadian pertama ia menemukan kotak itu. Pertama kali berwarna merah, saat malam hari. Lalu berubah menjadi biru ketika ia mengambilnya di pagi hari. Tetapi, kotak itu berubah kembali menjadi merah saat ia mengeluarkannya dari ransel di waktu selepas maghrib. “Apa ia berubah setiap mulai gelap? Atau pada waktu-waktu tertentu?”

Saat akan membuka kotak tersebut, Alsa mendengar suara dari luar memanggil namanya. Lalu ia bergegas keluar kamar, dan menyambut teman-temannya. Alsa sedikit terkejut karena ternyata Yanu pun ikut ke rumahnya, padahal tadinya Alsa hanya ingin Indira dan Arum saja yang tahu tentang kotak ajaib itu.

“Tadi pas aku ke rumah Arum ternyata ada Yanu di situ. Jadinya dia ikut deh,” Indira memberi alasan.

“Jadi, Yanu udah tau juga?” Alsa bertanya sedikit berbisik.

“Ga kok, dia belum tau apa-apa. Aku tadi cuma bilang mau ke rumahmu, mau ngobrol-ngobrol tentang kegiatan Persami kemarin.”

Setelah teman-temannya duduk di ruang tengah, Alsa lalu kembali ke kamarnya untuk mengambil kotak ajaib. Yanu yang tak athu apa-apa hanya duduk santai sambil menikmati kue kering yang disajikan Alsa beserta es sirup, dan memainkan HP-nya.

“Kok Ovi sama Kiki ga ikut ke sini?” tanya Yanu. “Kan mereka juga sekelompok sama kita,” Arum yang mendengar pertanyaan Yanu tak bisa menjawab apa-apa.

“Hm…Nanti tunggu Alsa aja ya. Soalnya kita juga diundang sama Alsa,” Indira tak mau salah jawab, dan hanya merespon netral. Tak lama alsa kembali ke ruang tengah.

“Ini kotaknya,” ucap Alsa singkat.

“Kotak apaan ini? Cantik banget, unik dan klasik. Kamu beli dimana, Al?” tanya Yanu penuh takjub begitu pertama kali melihat kotak ajaib. Sedangkan Indira dan Arum hanya terdiam sambil saling bertatapan. Saat Alsa ingin memulai penjelasan, tiba-tiba mereka mendengar suara Ovi dan Kiki memberi salam dari luar.

“Eh mereka datang juga tuh,” ucap Yanu sambil menoleh ke arah jendela.

“Lho kok bisa?” tanya Indira heran karena ia merasa tak mengundang keduanya.

“Hehehe… Tadi aku WA Ovi. Yaa kupikir kan mereka juga satu kelompok sama kita,” Yanu memberikan alasannya. Alsa hanya terdiam sambil menghela napas panjang.

“Hai semuanya… Sorry ya telat. Lagian aku pikir Persami kemarin kan kegiatan untuk refreshing buat kelas IX, emangnya harus ada laporannya juga?” tanya Ovi.

“Sebenarnya ga ada. Cuma aku mau cerita sesuatu aja…” ucap Alsa sedikit ragu. Ia mulai mengatur napas untuk memulai menceritakan tentang kotak ajaib itu ke semua temannya. Dari awal sampai kejadian terakhir yang dialaminya. Semua mendengarkan dengan seksama, dan memberikan ekspresi yang berbeda-beda setelah mendengar cerita Alsa.

“Coba dibuka lagi kotaknya,” pinta Ovi yang mulai penasaran juga.

“Eh jangan dulu. Nanti kalau ada apa-apa yang keluar dari kotak itu gimana?” Yanu mulai ketakutan.

“Ah Yanu, kamu tuh parno-an. Kalau ga berani lihat, udah pulang aja,” ujar Kiki mulai kesal karena Yanu yang terlalu penakut dengan hal-hal baru.

“Oke. Aku buka ya. Kalian siap?” Alsa memberi aba-aba agar semuanya siap melihat isi kotak tersebut. Begitu kotak terbuka, semua mata terbelalak kagum melihat isinya yang unik. Mereka hening bersama dan tak lama munculah tulisan yang pernah dilihat Alsa sebelumnya. Semua membaca dengan seksama, namun saat ingin berdiskusi tiba-tiba muncul tulisan baru.

Terang akan berganti gelap, sinar berubah menyelimuti.

Waktu terus berputar, bola-bola mimpi akan menanti.

Yang terpilih akan menjawab semua teka-teki di setiap negeri.

“Apa maksudnya ini?” tanya Arum yang mulai penasaran meski sedikit ketakutan.

“Coba kita cerna baik-baik makna kalimatnya. Ini seperti petunjuk,” Indira berkomentar.

“Hm…aku mulai sedikit paham. Kalimat pertama sepertinya memberikan penjelasan tentang warna kotak yang berubah di saat siang atau malam,” Alsa menganalisa. Semua mengangguk paham. “Kalimat kedua…”

“Mungkin kelereng-kelereng ini yang dimaksud bola mimpi. Tapi apa itu bola mimpi?” Kiki mulai ikut menganalisa kalimat petunjuknya. “Apa kita akan tertidur?” perkataan Ovi membuat semuanya ikut berpikir.

“Apa kelereng-kelereng ini harus dimasukkan ke lubang ini?” Kiki berinisiatif untuk mengambil sebuah kelereng, namun dicegah oleh Alsa, Indira dan Arum.

“Tunggu, lihat kalimat terakhir – teka-teki di setiap negeri. Apa nanti akan ada teka-teki yang berhubungan dengan negara-negara di dunia?” Arum menambah pertanyaan yang membuat semuanya berpikir keras untuk menganalisa.

“Hm…sepertinya iya. Kelereng ini berhubungan dengan sebuah petunjuk yang harus dipecahkan, dan akan berhubungan dengan beberapa negara di dunia,” Alsa mencoba menyimpulkan petunjuknya. “HItung-hitung mengasah ilmu terkait pelajaran IPS.”

“Dan…teka-teki itu harus selesai sebelum waktunya berakhir,” Ovi melengkapi. Semua mulai memahami kalimat petunjuk dari kotak ajaib. “Sepertinya ini bakalan seru. Kita coba yuk!” Ovi langsung mengajak teman-temannya untuk memulai permainan. Semangat Persami masih membekas di dirinya, dan beberapa teman juga mulai tertarik. Hanya Yanu yang tangannya mulai berkeringat, ia seperti biasanya – takut terhadap hal-hal yang masih misterius.

“Kalau kalian semua siap. Ayo kita mulai bersama-sama. Kita pecahkan teka-teki dari kotak ajaib ini!” Alsa selalu penuh semangat untuk tantangan baru dan pengalaman seru. Arum dan Indira mencoba untuk meyakinkan Yanu bahwa ini hanya permainan, jadi tidak perlu khawatir akan tersesat atau terjatuh seperti di hutan waktu Persami. Akhirnya Yanu mau ikut.

“Siapa yang mau masukkan kelereng pertama?” Alsa menawarkan ke teman-temannya.

“Kamu aja, Al. Kan kamu yang menemukan kotak permainan ini,” usul Arum.

“Iya. Setelah itu baru aku,” Ovi mengajukan diri menjadi pemain selanjutnya.

Lalu Alsa mengambil kelereng berwarna biru metalik dan memasukkannya ke dalam lubang yang berada di tengah kotak. Tak lama kemudian, muncul sebuah petunjuk dari kaca tanam, dan semuanya membaca dengan serius seolah membaca soal ujian akhir.

Dua menara menjadi saksi sahabat sejati. Tataplah lingkaran di atas jembatan bersama sahabat. Genggam erat janji untuk kembali. 

***  

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Premium
Antara Aku Pelangi & Hujan
2795      1106     0     
Romance
Zayn bertemu dengan seorang gadis yang sedang menangis di tengah derasnya hujan dan tanpa sadar Zayn tertarik dengan gadis tersebut Ternyata gadis tersebut membawa Zayn pada sebuah rahasia masa lalu yang di lupakan Zayn Membawanya pada sesuatu yang tidak terduga
GAARA
4251      1436     14     
Romance
"Kalau waktu tidak dapat menyembuhkan luka, maka biarkan aku menjadi mentari yang dapat membuat hidupmu bahagia." Genandra Mahavir Aditama, si kutub Utara yang dipaksa untuk mencintai seorang perempuan bernama Akira Magenta Valencia, dalam kurun waktu lima belas hari saja. Genandra diminta agar bersikap baik dan memperlakukan gadis itu sangat spesial, seolah-olah seperti dia juga mencin...
Premium
Di Bawah Langit yang Sama dengan Jalan yang Berbeda
4045      1322     10     
Romance
Jika Kinara bisa memilih dia tidak ingin memberikan cinta pertamanya pada Bian Jika Bian bisa menghindar dia tidak ingin berpapasan dengan Kinara Jika yang hanya menjadi jika karena semuanya sudah terlambat bagi keduanya Benang merah yang semula tipis kini semakin terlihat nyata Keduanya tidak bisa abai walau tahu ujung dari segalanya adalah fana Perjalanan keduanya untuk menjadi dewasa ti...
Kiara - Sebuah Perjalanan Untuk Pulang
1791      911     2     
Romance
Tentang sebuah petualangan mencari Keberanian, ke-ikhlasan juga arti dari sebuah cinta dan persahabatan yang tulus. 3 Orang yang saling mencintai dengan cara yang berbeda di tempat dan situasi yang berbeda pula. mereka hanya seorang manusia yang memiliki hati besar untuk menerima. Kiara, seorang perempuan jawa ayu yang menjalin persahabatan sejak kecil dengan Ardy dan klisenya mereka saling me...
Lebih dari Cinta Rahwana kepada Sinta
652      490     0     
Romance
Pernahkan mendengarkan kisah Ramayana? Jika pernah mendengarnya, cerita ini hampir memiliki kisah yang sama dengan romansa dua sejoli ini. Namun, bukan cerita Rama dan Sinta yang akan diceritakan. Namun keagungan cinta Rahwana kepada Sinta yang akan diulas dalam cerita ini. Betapa agung dan hormatnya Rahwana, raksasa yang merajai Alengka dengan segala kemewahan dan kekuasaannya yang luas. Raksas...
Heliofili
1531      784     2     
Romance
Hidup yang sedang kami jalani ini hanyalah kumpulan berkas yang pernah kami tandatangani di kehidupan sebelumnya— dari Sastra Purnama
Premium
MARIA
5079      1839     1     
Inspirational
Maria Oktaviana, seorang fangirl akut di dunia per K-Popan. Dia adalah tipe orang yang tidak suka terlalu banyak bicara, jadi dia hanya menghabiskan waktunya sebagian besar di kamar untuk menonton para idolanya. Karena termotivasi dia ingin bercita-cita menjadi seorang idola di Korea Selatan. Hingga suatu ketika, dia bertemu dengan seorang laki-laki bernama Lee Seo Jun atau bisa dipanggil Jun...
Ketos pilihan
441      293     0     
Romance
Pemilihan ketua osis adalah hal yang biasa dan wajar dilakukan setiap satu tahun sekali. Yang tidak wajar adalah ketika Aura berada diantara dua calon ketua osis yang beresiko menghancurkan hatinya karena rahasia dibaliknya. Ini kisah Aura, Alden dan Cena yang mencalonkan ketua osis. Namun, hanya satu pemenangnya. Siapa dia?
My World
465      307     1     
Fantasy
Yang Luna ketahui adalah dirinya merupakan manusia biasa, tidak memiliki keistimewaan yang sangat woah. Hidup normal menyelimutinya hingga dirinya berusia 20 tahun. Sepucuk surat tergeletak di meja belajarnya, ia menemukannya setelah menyadari bahwa langit menampilkan matahari dan bulan berdiri berdampingan, pula langit yang setengah siang dan setengah malam. Tentu saja hal ini aneh baginya. I...
The Alpha
1166      582     0     
Romance
Winda hanya anak baru kelas dua belas biasa yang tidak menarik perhatian. Satu-satunya alasan mengapa semua orang bisa mengenalinya karena Reza--teman masa kecil dan juga tetangganya yang ternyata jadi cowok populer di sekolah. Meski begitu, Winda tidak pernah ambil pusing dengan status Reza di sekolah. Tapi pada akhirnya masalah demi masalah menghampiri Winda. Ia tidak menyangka harus terjebak d...