Delapan tahun yang lalu, tepatnya di bulan-bulan perkuliahan baru di mulai.
Para mahasiswa baru akan banyak menghabiskan waktu mereka di kampus untuk acara yang diselenggarakan oleh panitia atau kakak tingkat masing-masing.
Berbagai macam tugas dari dosen, acara seminar dari kampus dan kesibukan organisasi tidak lupa menjadi agenda wajib bagi mahasiswa semester satu.
Kala itu jurusan Meira sedang mengadakan acara di kampus sampai larut malam. Beberapa yang masih stay di kampus adalah anak organisasi lain. Selebihnya pasti sudah menyatu dengan bantal dan kasur di rumah atau kos masing-masing.
Keheningan dan suasana kampus yang berbeda itu dinikmati oleh Meira. Matanya sayup-sayup menatap sekeliling sambil merasakan angin malam berhembus lembut.
Saat masih asik meromantisasi keadaan, tiba-tiba mata Meira menangkap pemandangan aneh di luar area kampus. Lebih tepatnya di area parkiran belakang.
Meira memperhatikan sedari tadi ada seorang pria yang mengenakan jaket hitam sedang mondar-mandir di area pagar parkiran. Kemudian saat seorang mahasiswi jurusan kimia melewatinya, pria itu lantas mengikuti dari kejauhan.
Sebenarnya sudah biasa bagi semua mahasiswa untuk melewati jalur belakang itu dan bisa saja yang mondar-mandir dari tadi adalah teman dari mahasiswi barusan. Namun entah kenapa Meira merasa ada yang janggal.
Awalnya Meira ingin berpikir positif dan mengabaikan saja. Toh ia juga tidak kenal dengan mahasiswi tadi.
Nyatanya, baru dua setengah menit kemudian Meira memutuskan untuk bangkit dari duduknya dan berjalan mengikuti mahasiswi tadi.
Sambil sedikit berlari, Meira akhirnya melihat mereka berdua mulai memasuki area pesawahan. Pria itu masih mengikuti bahkan jaraknya jadi semakin dekat dari sebelumnya.
Bila dilihat dari laju langkahnya yang semakin cepat, mahasiswi itu juga sepertinya sadar kalau ia sedang diikuti.
Jalanan malam itu sepi, banyak lampu-lampu padam terutama di jalan setapak pesawahan. Perumahan warga masih seratus meter di depan. Semua hal-hal itu membuat suasana semakin mencekam.
Meira tetap dengan tenang mengamati pria itu dari belakang. Ketika memasuki jalanan yang mulai jauh dari penerangan, pria itu bergerak semakin cepat sambil memasukan satu tangannya ke dalam saku celananya. Seolah-olah sedang mengambil sesuatu dari dalam sana.
"Oii, my friend!!" Meira tiba-tiba berteriak kencang sekali sampai membuat kedua orang di depannya terkejut dan menoleh ke belakang.
Sambil tersenyum, Meira berlari ke arah mahasiswi itu menerobos pria yang sedari tadi ia curigai kemudian merangkul bahu mahasiswi tadi seolah teman akrabnya.
"Hee kamu kok udah sampai sini sih dari tadi aku cariin looh~" Meira masih bersuara kencang seolah tidak peduli walau mahasiswi yang dirangkulnya merasa kebingungan.
"Kak Rama sama Etfan nanti mau nyusulin loh, katanya mau ngajak makan bareng. Tuh mereka masih di belakang, bentar lagi paling nonggol." Meira sambil menunjuk ke arah belakang.
"Mbak, kamu diikutin ya. Tenang aja, tetep jalan begini sampai kosmu ya. Aku anterin." Barulah Meira mulai berbisik.
Mahasiswi itu mengangguk tanpa menjawab apa-apa. Wajahnya pucat pasi dan air mata nyaris tumpah dari matanya. Pastilah sedari tadi ia ketakutan dan tidak tau harus berbuat apa.
Tanpa di duga, pria itu sudah tidak mengikuti mereka lagi. Kedatangan Meira yang tiba-tiba tentu membuatnya panik. Ditambah sepertinya dia percaya kalau akan ada anak laki-laki lain yang menyusul dua wanita di depannya ini.
Setelah berhasil keluar dari area pesawahan, mahasiswi itu mengucapkan banyak terimakasih pada Meira.
"Santai aja Mbak. Lain kali jangan lewat sini kalo malem."
"Iya Mbak. Tadi kepepet soalnya jalan ini yang paling cepet sampek kos."
"Emang kos mbak di mana?" Meira tetap ikut melangkah dengan mahasiswi itu.
"Bunga merak dua. Mbaknya?"
"Lah, aku di Bunga merak satu." Tiba-tiba Meira berhenti. Diikuti mahasiswi itu.
"Loh? Kita cuma beda gang toh." Tanpa ada aba-aba mereka berdua pun tertawa.
"Namaku Cecilia Amartha. Jurusan Kimia semester satu." Amartha melanjutkan langkahnya sambil tersenyum ke arah Meira.
"Wah, satu angkatan juga kita. Namaku Meira Wijaya. Jurusan Desain dan Manajemen Produk. Salam kenal ya Ta." Meira pun tersenyum santai.
"Salam kenal Meira. Besok kelas jam berapa? Bareng yuk ke kampus."
"Oke. Nih nomor teleponku."
"BBM aja ada nggak?"
"Eh, aku belum pernah pakai aplikasi itu, gimana sih bikinnya?"
Mulai dari malam itu akhirnya Meira menemukan seorang teman sekaligus keluarga baru untuk sekedar berteduh.
¤¤¤