"Ga, lo jadi kapten olahraga basket kali ini."
Tangan Aga yang semula mengutak-atik tombol di kameranya mendadak terhenti. Dia mendongak, menatap orang yang baru saja bicara dengan kerutan samar di dahinya.
"Kenapa gue?" tanya nya datar.
Genan orang yang bicara barusan yang juga merupakan sahabatnya mendengus sabar.
"Di suruh Pak Abdi noh. Lo 'kan kapten basket di ekskul bego." Genan melempar bola basket ke arah kaki Aga, tapi Aga malah memberi syarat untuk menyingkirkan bola tersebut dari hadapannya.
Genan kembali mendengus, kali ini dengan suara yang lebih keras agar Aga dapat mendengarnya dan sadar bahwa tingkah cowok itu benar-benar berhasil menguji kesabarannya.
Padahal dulu bisa di bilang dia yang sering membuat Aga kesal, tapi sekarang malah kebalikannya. Ya anggap saja ini karma untuknya.
"Oke, terserah lo mau atau enggak mimpin permainan basket kali ini." Genan berkata lantang seraya menendang bola berwarna orange itu kuat.
Aga menyumpah dalam hati, karna suatu hal, dia harus bergelut dengan permainan olahraga basket. Padahal seumur-umur, menyentuh bola sialan itu saja dia tidak pernah. Membayangkan matahari bersinar terik yang membakar kulit nya pun sudah membuatnya lelah duluan.
Aga berdiri dari duduknya, memasukkan kameranya ke dalam tas, kemudian menyampirkannya di bahu.
Awalnya dia menatap Genan tanpa ekspresi, namun melihat Genan yang seperti siap memuntahkan lahar panas, Aga langsung mengulum senyum khasnya. Senyum miring yang sebetulnya tampak menyebalkan.
Bunyi peluit langsung dibunyikan kala Aga mulai men-Dribbling bola basket lalu melemparkannya ke udara untuk mengetahui siapa yang akan bermain terlebih dahulu.
******
"Dari Aine." Genan melemparkan satu botol susu coklat ke pangkuan Aga. Setelah itu dia duduk di kursi yang berhadapan langsung dengan temannya itu. Sewaktu di kantin tadi, secara tak sengaja ia bertabrakan dengan Aine yang akan masuk ke kelas mereka.
Genan tahu apa yang akan terjadi selanjutnya jika cewek cantik itu sampai masuk. Sebab itu dia memilih menawarkan diri untuk memberikan kotak susu itu pada Aga. Dan untungnya Aine mau menurut.
"Dari cewek gila itu?" Aga menaikkan satu alisnya.
Genan mengangguk, "Iya. Lagian lo kenapa jadi gini, sih, Ga? Bukannya lo dulu suka banget sama cewek itu? Lo bahkan diem-diem follow dia pake akun lain meskipun Aine juga gak bakalan peduli," katanya terheran dengan sikap Aga yang seratus delapan puluh derajat berubah.
"Terus sekarang giliran dia yang tertarik sama lo, eh lo nya yang malah dingin. Lo kenapa gue tanya?"
Aga mengedikkan bahu sekilas.
"Gak pa-pa," jawabnya singkat.
"Kayak cewek aja jawabannya," cibir Genan melirik sinis sang sahabat.
Ia berdekham pelan, "Itu kesempatan yang bagus buat lo man. Jarang-jarang lho Aine gitu ke cowok. Gue yang cakep nya ngalahin manurios aja di tolak sama dia. Masa lo nyia-nyiain berlian gitu?" ujar nya dengan kepercayaan diri se tinggi gunung everest.
Ekspresi wajah Genan berubah jadi jijik, "Malah deketin si Elea. Apa cantiknya coba tuh cewek?" ia berdecak sambil tersenyum remeh
Aga yang semulanya tak terlalu fokus pada obrolan mereka, seketika menatap Genan tajam.
"Jangan pernah lo banding-bandingin Elea sama dia," tekan nya tegas.
"Ya ta-"
"Lo aja yang pacarin cewek itu. Ikhlas lahir batin gue," potong Aga, lalu beranjak dari kursi dan tanpa rasa bersalah membuang kotak susu itu di tempat sampah.
Genan hanya bisa geleng-geleng kepala melihat perilaku Aga seperti itu. Tidak bisa menghargai pemberian orang sama sekali.
"Cuih! Gak sudi," gumam Aga menatap susu coklat tersebut yang sudah tercampur dengan sampah busuk lainnya dengan seringai menyeramkan.
Kerah baju nya tiba-tiba di tarik dari belakang oleh seseorang. Aga sontak membalikkan badan cepat. Lalu satu bogem mentah langsung melayang di wajah nya.
Genan yang berdiri di ambang pintu langsung lari kalang kabut memisahkan Aga dan seorang cowok yang notabene nya anak baru di kelas mereka.
Kalau tidak salah Abay namanya. Memang dari pertama kali Abay memperkenalkan diri di depan kelas, Genan sudah merasakan hawa-hawa panas antar keduanya.
"Kalian kenapa sih anjing?! Ini sekolah, bukan ring tinju bego!" sembur Genan menggebu-gebu. Dia menghadang kuat Aga yang ingin menyerang balik Abay.
Sementara itu dengan emosi yang masih tersulut, Abay menunjuk wajah merah padam Aga.
"Ubah sikap lo sialan. Sebelum semuanya terlambat!" lontar Abay penuh maksud.
Bukannya dia tidak tau jika belakangan ini Aine tengah mengejar-ngejar perhatian seorang laki-laki bernama Aga.
Dan untuk kali ini, ia tidak dapat menahan emosi lagi kala Aga membuang pemberian Aine begitu saja tanpa perasaan menghargai.
Bagaimana tidak? Selain Aine akan sedih ketika tau kalau usaha nya tidak membuahkan hasil, susu cokelat itu juga sebenarnya Abay yang memasukkannya ke dalam tas gadis itu secara diam-diam sebagai permintaan maaf.
Tapi ia tidak menduga jika minuman kesukaan Aine akan di berikan pada orang yang Aine suka.
"Lo tau siapa Aine sebenarnya. Dan lo juga tau se-cinta apa dia dengan gadis itu. Jangan sampai hanya karna lo, Aine berubah menjadi membenci nya. Pikirin kata-kata gue," ucap Abay pelan namun tegas.
Ingin sekali rasanya ia adu jotos dengan Aga karna senyuman yang di tampilkan cowok itu benar-benar membuat matanya sakit.
"Terserah lo mau ngomong apa. Yang jelas hidup dia di kendali gue sekarang. Dan lo tau? Membuat Aine membencinya adalah tujuan utama gue sekarang," seloroh Aga tenang.
Genan hanya bisa diam menyimak percakapan dua orang itu yang sama sekali tak ia mengerti.
Abay mengepalkan kedua tangannya kuat, "Gue akan jadi orang pertama yang akan ngirim lo ke neraka kalau sampai lo berani nyakitin sepupu gue sialan!" seru Abay lantang.
Ia tidak pernah main-main akan ucapannya. Tidak boleh yang ada menyakiti sepupu kesayangannya itu, kecuali dirinya sendiri.
Sebenarnya ini lah alasan utama Abay kenapa ia memutuskan untuk tinggal di rumah Aine dan rela pindah sekolah. Semua itu ia lakukan untuk melindungi gadis itu dari seorang Agantara yang terkenal dingin, kejam, dan tak punya belas kasih.
"Dan gue akan jadi orang pertama yang akan membuat senyum gadis itu redup," balas Aga penuh keyakinan.
Ya, Aga sudah berjanji pada dirinya
akan membuat Aine merasa jika ia
adalah gadis paling buruk di dunia ini.
Aga berjanji akan membuat senyum palsu yang selalu gadis itu tunjukkan menjadi redup, seredup-redupnya.
Dan Aga juga berjanji akan membuat Aine membencinya.
Ralat,
Membenci kembarannya, Agintara. Yang sekarang tengah berjuang antara hidup dan matinya.
Setelah Abay pergi, tersisa Genan sekarang yang pasti akan memberikan banyak pertanyaan beruntun.
Dengan sorot mata penuh tanya, Genan bersuara dalam, "Siapa dia yang kalian maksud?"
Jeda sebentar sebelum ia melanjutkan, "Dan ada hubungan apa lo sama anak baru itu?" sebelum Aga buka suara, Genan sudah lebih dulu menggeret nya ke arah rooftop sekolah. Ia butuh lebih dari sekedar penjelasan.