Sebenarnya Aine bukan tipe yang suka bicara perihal cinta. Dia lebih tertarik dengan topik-topik obrolan tentang dunia literasi atau tekhnologi. Gadis itu suka saat ada orang yang bisa menarik perhatiannya untuk membicarakan tentang isu-isu tekhnologi di era sekarang. Selain itu, Aine bisa sangat antusias saat bertemu dengan lawan bicara yang satu hobi dengannya. Dia seperti punya teman satu dunia.
Sayangnya, memiliki sifat kurang suka berinteraksi dengan manusia membuat ia mempunyai sedikit sekali teman. Menurut cewek dengan rambut pink mencolok itu, lebih menyenangkan duduk didepan laptop dan berbagi cerita dengan teman dunia maya, dari pada duduk nongki di cafe mahal dengan hanya memesan satu minuman.
"Halah, bilang aja lo itu kuper!" celetuk seseorang yang baru saja masuk ke kamarnya dengan membawa segelas susu putih.
"Please, deh. Bedain kurang suka berinteraksi dengan kuper!" balasnya sinis tak terima.
"Sama aja bego," ucapnya seraya menoyor jidat Aine pelan.
Saat melihat air berwarna putih yang tergeletak di atas meja belajarnya, Aine cepat bertanya "Kok susu putih?"
"Biar sama kayak susu lo," jawab sepupu laki-lakinya itu gamblang. Ia lantas tertawa puas karna berhasil menjahili Aine. Terlebih dengan wajah gadis itu yang ditekuk masam.
"Udah, minum aja apa yang ada. Kalau kurang, tinggal peres aja punya lo," ucapnya lalu cepat-cepat menutup pintu sebelum bantal guling mendarat diwajahnya.
''DASAR MESUM!!" pekik Aine mencak-mencak kesal dikamar. Awas saja ya dia! Akan Aine buat sengsara dan tak betah sampai memohon ke mama-papanya untuk pindah dari rumah ini.
Ada tiga hal di dunia ini yang paling dibenci gadis cantik itu.
Pertama, saat ada orang yang mengganggu tidurnya. Tak perduli dia tidur dimana, yang terpenting jangan sampai ada yang mengusiknya. Karna sedikit saja ia mendengar suara berisik, Aine akan menangis rewel bak anak kecil.
Kedua, ia tak suka jika ada yang mengganggunya saat setoran ke panggilan alam.
Dan yang ketiga, yang paling membuatnya kesal saat ada yang menghentikan ia yang tengah menulis novel. Ugh, She really don't like that!
Tapi dari ketiga hal diatas, Aine paling benci dengan susu putih! Entahlah. Saat pertama kali ia mencoba minum susu putih, rasanya seperti tak ada bedanya dengan menyusu langsung di Sapi. Padahal mau susu putih atau cokelat, semua susu kemasan kan rata-rata dari sapi semua!
"Apa sih yang enak dari susu putih ini?" herannya geleng-geleng kepala, kemudian bersiap untuk kesekolah.
******
"Halo?" ucap seseorang dari seberang sana saat telfon tersambung.
"Halo?" jawab balik Aine.
"Halo?" sahut orang itu lagi.
"Halo? Halo-halo Bandung? Ibu kota periangan," jawab gadis itu nyeleneh.
Jeda sebentar sebelum ia menyadari ucapan ngawur nya. Dia menggeleng pelan, "Astaghfirullah. Kenapa jadi nyanyi?" tanyanya bingung sendiri. Dilihatnya layar ponsel yang masih menyala menandakan bahwa panggilan telfon masih tersambung. Aine terkikik pelan. Pasti orang itu tengah mencak-mencak kesal.
Sedangkan si pemanggil telfon mendengus kesal. Kenapa pula otak gila sahabatnya itu kambuh saat-saat seperti ini? Menyebalkan!
"Kai?"
"Apa?!"
"Hehehe. Ke-"
"LO DIMANA, SIH?! DARI TADI GUE SAMA PUYU NYARIIN LO SAMPE KE UJUNG KULON, TAPI GAK KETEMU-KETEMU!" teriaknya tanpa jeda sampai terdengar nafas ngos-ngosan di akhir kalimat.
Aine mengusap dadanya kaget. Detak jantungnya bekerja dua kali lipat karna teriakan yang bisa-bisa memecahkan gendang telinganya itu.
"Sabar Kai, sabar. Jangan marah-marah dulu," balas nya lembut nan penuh kesabaran.
"GUE UDAH SABAR DARI TADI. LO NYA EMANG MINTA DI TABOK YA?!" kali ini sahabat sehidup tapi tak semati nya itu memekik keras. Sepertinya dia memang sangat kesal dengan Aine.
"Gue lagi di si-"
"Lo dimana sih monyet?!" tanya Kaia cepat.
Cukup! Kesabarannya sudah habis. Sudah sedari tadi ia menahan agar tidak ngegas. Tapi, sepertinya sahabatnya ini terus memancing jiwa bar-barnya. Aine menarik nafasnya dalam-dalam sebelum membalas dengan balik berteriak, "GIMANA GUE MAU JAWAB KALAU LO MOTONG UCAPAN GUE TERUS, BEGO!"
"Ya sorry worry don't seri," sahut Kaia lempeng, "Eh tapi serius. Lo dimana Ai? Gue sa- apaan, sih? Nanti ini lagi telfonan sama Aine,"
Aine memutar bola mata malas. Itu pasti Puyu yang mengganggu Kaia bicara. Sebenarnya sudah biasa seperti ini. Jika dia menghilang sebentar saja, pasti kedua sahabat nya itu kalang kabut mencarinya. Aine tanpa sadar tersenyum tipis. Walaupun mereka itu tak ada bedanya dengan pasien rumah sakit jiwa, tapi dia bersyukur Tuhan mengirimkan Kaia dan Puyu ke dalam hidupnya. Toh, tidak semua orang di dunia ini beruntung mempunyai seorang sahabat bukan? Ya, meski dalam percintaan, keberuntungan selalu tak berpihak di dia.
"Gue lagi di-"
Prettt
"Eh, bunyi apaan, tuh?" tanya Kaia heran. Kenapa bunyinya seperti bunyi--- "Pfttt." jangan-jangan---
Plung
"Anjir! Itu kayak bunyi tai nyemplung 'kan Kai?" giliran Puyu yang bertanya polos. Tawa keduanya seketika menggelegar. Beruntung kelas sedang kosong karna sekarang waktunya istirahat.
Tau dong kemana anak-anak kelas pergi. Kantin, untuk anak-anak yang kelaparan. Perpus, untuk anak kutu buku. Taman belakang, untuk anak misterius, dan rofftop untuk anak badboy dan badgirl. Kalian biasanya pergi kemana kalau istirahat?
"Puy? Erghh, Puyu?" panggilnya sedikit kesusahan karna sedang ngeden. Kalian tau ngeden? Itu lho, saat-saat manusia mengeluarkan tai dari tempatnya. Bahkan ada yang sampai berkeringat. Sebentar, kenapa jadi bahas tai?
"Eh, iya Ai?" sahut Puyu setelah mengambil ponsel Kaia yang terletak dilantai karna pemilik nya tiba-tiba berlari keluar kelas.
"Sebentar lagi gue ma-"
BRAK BRAK BRAK
"WOI! CEPETAN DONG KELUAR! GUE MAU BOKER!"
"Siapa tuh?"
"Gak tau. Udah dulu, ya? Bentar lagi gue kekelas," ucap Aine sedikit cemas. Terlintas dibenaknya perihal siapa yang mengedor-ngedor pintu kamar mandi. Tapi inikan toilet perempuan. Kenapa suara nya seperti laki-laki? dia menggeleng pelan, mengenyahkan pikiran gilanya.
"Y."
Tut (Call ended)
"Ais..." Aine mendesis. Lihat saja ketika ia bertemu dengan dua cecunguk itu apa yang akan ia lakukan.
BRAK BRAK BRAK
"WOI! CEPETAN DONG!TAI GUE UDAH MAU KELUAR INI," teriak seseorang dari luar toilet. Sudah sedari tadi dia menahan agar tidak boker diluar toilet.
Sial! Perutnya sakit sekali. Dia sedikit menyesal karna dipaksa makan seblak oleh temannya. Kenapa kaum betina sangat suka sekali dengan makanan pedas itu? Ah! Dia bersumpah tidak akan lagi memakan masakan yang mayoritasnya kemplang semua. Kapok!
Aine menyahut dari dalam dengan sedikit mengeraskan suaranya, "IYA-IYA SABAR!"
Ceklek
Pintu toilet terbuka. Keduanya sama-sama saling tatap dengan tatapan terkejut masing-masing.
"Astaga! Ngapain lo disini, ini toilet cewek. Mau mesum ya lo?!" pekik Aine kaget setelah melihat siapa orang yang berada di depannya saat ini. Cowok dan sepertinya mereka se-angkatan. Tetapi siapa? Dia tidak pernah melihatnya disekolah.
Aine menggeleng pelan, "Ah! Gak penting..." gumamnya.
Tangan cowok itu bergerak menunjuk tanda panah yang berada tepat diatas pintu toilet, membuat kedua bola mata Aine otomatis bergerak mengikuti.
"INI TOILET COWOK!
"PUNYA MATA DI PAKE!
"DASAR BEGO!"
Mata Aine membulat kaget. Mulutnya melongo lebar ketika bentakan-bentakan itu menerobos indera pendengerannya. Berani sekali dia membentak dirinya! Sepertinya cowok ini tidak tau siapa dia. Tampangnya yang terlihat dingin tak tersentuh berbeda sekali dengan mulutnya yang pedas seperti cabai.
"Dasar panuan." Aine mencibir tanpa sadar yang sialnya masih bisa di dengarkan oleh cowok itu.
Cowok yang tak dikenalnya itu hampir menjatuhkan rahangnya. Apa-apaan cewek ini? Berani sekali dia body shamming.
"Mentang-mentang cantik, seenaknya judge orang. Cuih!" sinis lelaki itu seraya mendelikkan mata.
"KALAU GUE CANTIK EMANG KENAPA? MASALAH BUAT LO?!" sembur Aine menggebu-gebu.
"Minggir lo!" balas cowok itu ketus. Tak mau berdebat dengan cewek seperti Aine. Sepertinya kecantikan Aine tidak mempan di cowok ini. Atau Aine memang sudah buruk rupa? Tidak-tidak! Ini tidak boleh terjadi.
"Kalau gue gak mau?" tantangnya.
Cowok itu berdecak, "Ck! Gue lagi gak mau ribut sama cewek," cetusnya.
"Ya terus ka-"
"GUE BILANG MINGGIR, YA, MINGGIR! TAI GUE UDAH MAU KELUAR. MAU LO GUE BOKER DISINI?!" seru cowok itu kesal. Tanggannya memegang erat perutnya yang terasa nyeri. Ya Tuhan, tolong bantu ia menahan sebentar rasa sakit itu.
"Gue ga-"
Tanpa diduga-duga, cowok itu mendorong Aine dengan kasar. Hampir saja ia terduduk dilantai toilet yang kotor jika kakinya tak kuat menyanggah. Ya Tuhan, apa salah nya sampai harus bertemu dengan cowok panuan ini?
"BRENGSEK LO PANU!" pekik Aine menghentak-hentakkan kaki dilantai dengan tangannya memukul-mukul pintu toilet. Tak lupa menyebutkan segala jenis hewan yang ada dikebun binatang. Setelah itu ia beranjak pergi dari sana.
Tetapi sebelum ia benar-benar pergi, kakinya menendang kuat pintu wc berwarna biru itu lagi. Guna menumpahkan kekesalannya pada si makhluk tuhan yang namanya tak ingin Aine tau itu.
Tuhan. Tolong musnahkan cowok itu dari bumi ini. Atau tidak, pindahkan dia ke mars saja, batinnya memohon.