Juni 2012
Liburan sekolah telah tiba, semua murid senang bukan kepalang. Tetapi bagi Suhyon ini adalah awal kehidupan buruknya dimulai.
Orang tuanya kembali bertengkar seperti biasanya. Tapi kali ini sedikit berbeda. Ternyata mama Suhyon selingkuh dengan pria lain. Hal itu tentunya membuat papa marah besar. Papa sudah berjuang keras untuk mendapatkan mama, tapi mama malah bersenang-senang dengan pria lain diluar.
"Kamu itu udah tahu punya suami dan anak kenapa malah cari pria lain?" papa marah.
"Memang kenapa? Kamu aja gak becus cari uang. Gaji kamu itu sedikit, make up aku aja gak kebeli gimana sama biaya sekolah anak-anakku?" muka mama memerah kerena amarah.
Mereka berdua bertengkar sepanjang hari hingga akhirnya Suhyon yang baru pulang sekolah membuka pintu rumah dan mendengarnya.
"Ternyata aku selama ini salah pilih perempuan ya. Perempuan yang tadinya kupikir baik hati, sopan, lemah lembut ternyata bermuka dua" ujar papa menyindir mama.
Suhyon masuk ke dalam rumah.
"Yaudah. Kalau begitu kita..." perkataan mama terpotong.
Suhyon menjadi penengah "Mama stop jangan begitu sama papa. Papa kan baik sama kita."
Mama membentak Suhyon "Kamu juga, kamu itu cuma anak adopsi tapi kerjaannya bikin mama susah aja. Kamu itu gak usah ikut campur urusan orang tua. Dasar anak gak tahu terimakasih."
"MAMA!!" bentak papa murka.
Mereka melanjutkan pertengkaran mereka sementara Suhyon masuk ke dalam kamar. Ia menangis pelan agar suaranya tidak terdengar sampai keluar. Waktu berjalan isakan tangis pun hilang, Suhyon tertidur di atas kasur nya menunggu esok yang akan datang.
Keesokan harinya
Suhyon terbangun dari tidurnya tanda matahari muncul dengan senyumnya. Suhyon beranjak bangun dari kasurnya namun ia tidak sengaja mendengar pertengkaran orang tuanya.
"Mama mau kemana?" tanya papa.
"Mama mau pergi, jangan cari mama. Mama gak akan kembali lagi ke rumah tua ini" ucap mama tegas.
"Ma, jangan pergilah kasian sama anak-anak. Papa minta maaf karena kemarin udah bentak mama." bujuk papa.
"Ini kan salah aku, ngapain kamu minta maaf? Pokoknya aku gak mau tinggal di sini lagi, aku mau pergi sama pacarku. Kita sebaiknya gak perlu ketemuan lagi. Buat apa juga kan ketemuan sama kamu." ujar mama. Mama berbalik angkat kaki dari rumah membawa Hajun dan Hejin, kedua adik Suhyon.
Didepan rumah sejarah papa dan mama, tampak mobil berkelas menunggu kehadiran mama. "Ma, mama" papa memanggil. Mama tidak peduli pada papa dan langsung pergi begitu saja.
Hari itu hujan deras mengguyur wajah papa, hujan itu tak berhenti barang sedetik pun terus mengalir seperti air terjun. Aku yang melihat itu lantas keluar dari kamarku. Aku mencoba menenangkan papa yang tengah bersedih kehilangan mama. "Pa, jangan sedih. Kalau papa sedih Suhyon jadi ikutan sedih melihat papa." kata Suhyon. Papa masih diam dalam tangisnya. "Papa tenangin diri dulu. Papa pasti butuh waktu sendirian sekarang, Suhyon gak akan ganggu papa. Pa, Suhyon mandi dulu ya." ujar Suhyon menenangkan papa. Papa berhenti menangis lalu Suhyon pun mengambil handuk dan bergegas mandi.
Setelah Suhyon mandi, papa yang tengah singgah di meja makan mamanggil Suhyon untuk sarapan. Hari itu mereka berdua menjalani hari biasa tanpa kehadiran mama.
Satu minggu kemudian
Sudah satu minggu sejak mama meninggalkan rumah keadaan papa semakin memburuk. Papa yang tadinya baik sekarang selalu marah-marah kepada Suhyon.
Hingga suatu malam yang gelap, mendung dan dingin tiba menghampiri Suhyon. Malam itu Suhyon dibuat kecewa oleh papa yang sangat disayanginya.
"Papa jangan kayak gini terus pa." omel Suhyon.
"Ah kamu itu tau apa, gak usah ikut campur urusan papa. Kamu itu biasanya bikin papa repot aja. Benar kata mama kamu itu, kamu itu cuma anak adopsi jadi gak usah ikut campur. Kamu kan bukan keluarga asli papa sama mama." cetus papa.
"Papa kenapa? Sejak mama pergi papa selalu marah-marah sama aku." ujar Suhyon kesal.
"Diam kamu." bentak papa sembari melempar gelas ke arah Suhyon. Gelas mengenai dahi Suhyon dan membuat dahinya bercucuran darah. Papa tak peduli lagi pada anaknya yang terluka. Detik itu juga hati Suhyon hancur seperti kaca yang dilempari batu dan pecahan berkeping-keping.
Suhyon masuk ke dalam kamar nya dan menangis meratapi nasibnya yang kian memburuk. Suhyon sudah tak tahan dengan kelakuan papanya. Akhirnya ia memutuskan untuk pergi dari kediaman papa angkatnya. Suhyon memang sempat berpikir untuk kabur dari rumah tempat berteduhnya selama ini, tetapi belum sempat terlaksana karena dia sayang dengan papanya. Tetapi sekarang, semuanya telah berubah. Ia berencana untuk pergi di tengah malam, malam ini juga. Suhyon mulai mengemasi beberapa barang yang perlu dibawanya dan menunggu sampai tengah malam.
Tengah malam
Jam 12 malam tiba, waktu yang Suhyon tunggu sudah datang. Ia mengintip dari pintu kamarnya, terlihat papa tertidur di atas sofa ruang tamu. Suhyon menggendong tas ranselnya dan mengendap-endap keluar.
Suhyon berhenti di depan gerbang rumanya. Ia menoleh kebelakang dan berkata "Baik-baik ya. Selamat tinggal, kenangaku." Suhyon melangkah keluar gerbang, sekarang kehidupan asli Suhyon dimulai.