Read More >>"> MARIA (Chapter 4) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - MARIA
MENU
About Us  

Sudah hari ke sekian, di sekolah Maria belum juga bisa dekat dengan teman perempuannya. Jujur, sebenarnya Maria ingin bergaul tetapi dari raut wajah teman-temannya sangat risi melihat dirinya. Menurut Maria, lebih baik dia selalu di samping Jun daripada harus berbaur dengan mereka.


Maria sedang duduk di gazebo, seperti biasa dia ditemani oleh Jun. Jun sibuk dengan ponselnya, sementara Maria sibuk membaca novel sambil sesekali melihat ke arah teman-teman perempuannya yang sedang berkumpul. 


“Sampai kapan gue kayak gini terus? Kenapa gue dicuekin sama teman-teman gue?” batin Maria.


“Woi!” Jun mengageti Maria yang sedang melamun.
“Astaghfirullah Jun ... ngagetin gue tahu nggak!” Maria kaget.


“Lo ngapain lihatin mereka? Pengen kumpul. Ya sana coba gih.” Jun memang pintar menebak isi hati orang layaknya seorang cenayang.
“Iya, sih pengen. Tapi gue males nanti dijulidin sumpah,” jawab Maria terus terang.


“Jangan negatif thinking mulu ah. Hobi banget dah kayaknya lo,” ledek Jun sambil menahan tawanya.
“Hihhh! Iya waktu pulang, deh gue coba. Untung gue bawa snowy nggak nebeng lo!” ucap Maria geram.


“Anak pintar.” Jun mencubit pipi Maria gemas lalu melanjutkan bermain game.
“Sakit Jun, ya ampun. Pusing gue,” rengek Maria. Setelah itu dia fokus kembali membaca novel yang dibawanya.


   Baru saja akan membaca novelnya kembali, Maria ingat kalau dia belum menanyakan video kemarin kepada Jun. Karena Jun berjanji untuk mengeditnya sendiri, padahal sebenarnya Maria juga bisa mengedit video. Mereka jago dengan hal-hal seperti itu, tidak heran kalau mereka memilih masuk di jurusan broadcasting.


“Junkuy,” panggil Maria sambil meledek.
“Apa Mar? Gue asik ngegame padahal.” Dengan pasrah Jun tidak melanjutkannya dan memilih untuk meletakkan hpnya ke dalam saku.


“Lo udah ngedit apa belum?” tanya Maria to the point.
“Udah,” jawab Jun singkat dan santai.
“Kok nggak bilang, sih? Tapi belum lo upload, kan?” protes Maria karena Jun tidak memberitahunya kalau video mereka sudah jadi.


“Ya belum lah, ada, kok di hp gue. Mau lihat sekarang apa gimana?” ujar Jun.
“Sekarang aja, deh, Jun. Gue penasaran banget.” Maria menyodorkan tangannya di depan Jun. Dia meminta agar Jun segera mengeluarkan ponselnya dari saku.


“Hmm ... iya.” Jun mengeluarkan ponselnya, mencari video tersebut. Setelah itu memberikannya kepada Maria.
“Thank you,” ucap Maria sambil bertingkah imut lalu melihat hasil editan Jun dengan fokus.


“Gimana gimana?” Jun iseng melihat ekspresi Maria yang masih menonton video tersebut. Durasinya sebentar lagi akan selesai.
“Sumpah lo keren. Gue ajarin, dong ngedit kayak gini!” Wajah Maria benar-benar sangat puas setelah melihat video tersebut.


“Lo suka?” tanya Jun.
“Iya lah, gila kali kalau gue nggak suka. Gue ajarin Jun,” rengek Maria.
“Iya gampang,” jawab Jun.


Jam istirahat telah berakhir, Maria benar-benar muak. Karena setelah ini adalah waktunya pelajaran Matematika, Maria benci dengan pelajaran itu walaupun kurang lebih ada sedikit manfaat di kehidupan nyata.


“Yahh ... udah masuk Jun.” Maria putus asa.
“Ya iya masuk memang. Kenapa, kok sedih?” tanya Jun kebingungan.


“Lo, kan tahu gue nggak suka sama MTK. Pusing banget!” Maria memegang kepala dengan kedua tangannya. Lalu bersandar di bahu Jun.


“Ngeluh mulu, nanti malah nggak bisa-bisa. Tenang ada gue.” Jun mendorong kepala Maria menggunakan jari telunjuknya, berniat untuk membangunkan Maria agar segera masuk ke kelas.


“Lo emang dari sononya udah encer Jun,” ledek Maria sambil memutar kedua bola matanya.
“Ya udah ayo,” Jun beranjak dari posisi duduknya lalu menarik lengan Maria serta menggenggamnya.


********
   Suara yang paling ditunggu oleh semua murid di sekolah telah berbunyi, apalagi kalau bukan bel pulang sekolah? Pasti teman-teman perempuan satu kelas Maria berencana untuk pergi bersama, karena mereka terlihat terburu-buru menata barangnya. Maria hanya bisa melihatnya, sepertinya dia tidak bisa melakukan apa yang dia katakana sendiri pada Jun tadi.


“Diem aja, Neng. Ayo sana coba nimbrung ke mereka.” Jun menyenggol lengan Maria. Menyadarkan Maria yang terlarut dengan lamunannya.
“Apaan, sih,” protes Maria.


“Ayo tadi lo bilang ke gue pulang sekolah mau coba ngapain?” Jun mengingatkan ucapan Maria tadi ketika berada di gazebo.
“Aaa ... iya. Ngajak ngobrol mereka, ngajak mereka keluar,” rengek Maria dengan pasrahnya.


“Nah pintar. Ya udah sana keburu mereka pulang, gue pulang duluan. Oke?” Jun menggenggam tangan Maria lalu mencium punggung tangannya. Pamit untuk pulang terlebih dahulu.
“Ya hati-hati,” gerutu Maria. Jun hanya bisa menahan tawanya melihat Maria yang terlihat tersiksa dengan keadaan ini.

Tetapi mau tidak mau Maria harus melakukannya, barangkali saja teman-temannya selama ini takut mengajak Maria bicara karena Maria terlihat sangat pendiam dan judes.


   Jun sudah menghilang dari pandangan Maria, Maria menarik napas dalam-dalam untuk mempersiapkan nyali yang cukup besar. Dia harus siap-siap jika nanti fisiknya akan menjadi bahan bully. Maria memberanikan diri beranjak dari bangkunya lalu mendekati teman-temannya.


“Hai,” sapa Maria kepada mereka semua. Mereka menatap Maria dengan aneh, ya mungkin karena Maria tiba-tiba muncul begitu saja.
“Hai hai, ada apa?” tanya Vina dengan nada bicara yang ketus.


“Heh ... jangan gitu!” Amel teman dekat Vina menegurnya.
“Ada apa, Mar?” tanya Amel kepada Maria begitu lembut. Memang, sifat atau tingkah laku Vina dan Amel ada beberapa yang memiliki kemiripan. Namun menurut Maria, Amel jauh lebih baik dan sopan daripada Vina.


“Mau nanya, dong, kalian mau ke mana? Gue boleh gabung nggak?” tanya Maria.
“Dih!” Vina berdecak kesal. Meskipun dia berusaha memelankan suaranya, Maria masih bisa mendengar. Indra pendengaran Maria dari lahir sudah sangat tajam, dia peka dengan suara apapun yang pelan.


“Boleh, kok boleh. Boleh, kan guys, teman kita, lho?” jawab Amel sambil menanyakan pendapat yang lainnya.
“Iya boleh,” jawab mereka serempak.
“Ya udah ayo kita berangkat,” ajak Vina beranjak dari kursi yang didudukinya lalu mengenakan tasnya.
  
 Semua berdiri mengikuti perintah Vina, ya, di kelas broadcasting perempuan yang paling berkuasa adalah Vina. Geng itu adalah hal yang paling dibenci Maria. Jadi dia risi ketika melihat tingkah Vina yang sok berkuasa. Maria sengaja berjalan paling belakang, untuk mempersilakan temannya berjalan terlebih dahulu.


Maria kira di belakangnya sudah tidak seseorang lagi, tetapi ternyata ada satu teman di belakangnya yang bernama Naya. Naya menatap Maria dengan senyumannya yang begitu manis, lesung pipit yang dimilikinya membuat semua orang terkesima.


“Maria,” sapanya lalu berjalan mendekat ke arah Maria.
“Hai Naya,” ujar Maria.


“Mar, kapan-kapan gue boleh main ke rumah lo nggak? Gue baru tahu kalau rumah kita lumayan dekat,” ujar Naya.
“Oh, ya? Gue nggak tahu. Boleh boleh, gue senang banget!” jawab Maria begitu ceria. Dia senang akhirnya mendepatkan teman lagi yang rumahnya dekat dengannya.


“Haha ... thank you. Btw lo ke parkiran, kan, ambil vespa?” tanya Naya.
“Iya.” Maria mengangguk.
“Ya udah ayo barengan. Gue juga ambil motor gue,” kata Naya.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Premium
Antara Aku Pelangi & Hujan
2804      1115     0     
Romance
Zayn bertemu dengan seorang gadis yang sedang menangis di tengah derasnya hujan dan tanpa sadar Zayn tertarik dengan gadis tersebut Ternyata gadis tersebut membawa Zayn pada sebuah rahasia masa lalu yang di lupakan Zayn Membawanya pada sesuatu yang tidak terduga
GAARA
4262      1445     14     
Romance
"Kalau waktu tidak dapat menyembuhkan luka, maka biarkan aku menjadi mentari yang dapat membuat hidupmu bahagia." Genandra Mahavir Aditama, si kutub Utara yang dipaksa untuk mencintai seorang perempuan bernama Akira Magenta Valencia, dalam kurun waktu lima belas hari saja. Genandra diminta agar bersikap baik dan memperlakukan gadis itu sangat spesial, seolah-olah seperti dia juga mencin...
Premium
Di Bawah Langit yang Sama dengan Jalan yang Berbeda
4049      1323     10     
Romance
Jika Kinara bisa memilih dia tidak ingin memberikan cinta pertamanya pada Bian Jika Bian bisa menghindar dia tidak ingin berpapasan dengan Kinara Jika yang hanya menjadi jika karena semuanya sudah terlambat bagi keduanya Benang merah yang semula tipis kini semakin terlihat nyata Keduanya tidak bisa abai walau tahu ujung dari segalanya adalah fana Perjalanan keduanya untuk menjadi dewasa ti...
Kiara - Sebuah Perjalanan Untuk Pulang
1793      913     2     
Romance
Tentang sebuah petualangan mencari Keberanian, ke-ikhlasan juga arti dari sebuah cinta dan persahabatan yang tulus. 3 Orang yang saling mencintai dengan cara yang berbeda di tempat dan situasi yang berbeda pula. mereka hanya seorang manusia yang memiliki hati besar untuk menerima. Kiara, seorang perempuan jawa ayu yang menjalin persahabatan sejak kecil dengan Ardy dan klisenya mereka saling me...
Lebih dari Cinta Rahwana kepada Sinta
652      490     0     
Romance
Pernahkan mendengarkan kisah Ramayana? Jika pernah mendengarnya, cerita ini hampir memiliki kisah yang sama dengan romansa dua sejoli ini. Namun, bukan cerita Rama dan Sinta yang akan diceritakan. Namun keagungan cinta Rahwana kepada Sinta yang akan diulas dalam cerita ini. Betapa agung dan hormatnya Rahwana, raksasa yang merajai Alengka dengan segala kemewahan dan kekuasaannya yang luas. Raksas...
Heliofili
1531      784     2     
Romance
Hidup yang sedang kami jalani ini hanyalah kumpulan berkas yang pernah kami tandatangani di kehidupan sebelumnya— dari Sastra Purnama
FIREWORKS
356      250     1     
Fan Fiction
Semua orang pasti memiliki kisah sedih dan bahagia tersendiri yang membentuk sejarah kehidupan setiap orang. Sama halnya seperti Suhyon. Suhyon adalah seorang remaja berusia 12 tahun yang terlahir dari keluarga yang kurang bahagia. Orang tuanya selalu saja bertengkar. Mamanya hanya menyayangi kedua adiknya semata-mata karena Suhyon merupakan anak adopsi. Berbeda dengan papanya, ...
Ketos pilihan
441      293     0     
Romance
Pemilihan ketua osis adalah hal yang biasa dan wajar dilakukan setiap satu tahun sekali. Yang tidak wajar adalah ketika Aura berada diantara dua calon ketua osis yang beresiko menghancurkan hatinya karena rahasia dibaliknya. Ini kisah Aura, Alden dan Cena yang mencalonkan ketua osis. Namun, hanya satu pemenangnya. Siapa dia?
My World
466      308     1     
Fantasy
Yang Luna ketahui adalah dirinya merupakan manusia biasa, tidak memiliki keistimewaan yang sangat woah. Hidup normal menyelimutinya hingga dirinya berusia 20 tahun. Sepucuk surat tergeletak di meja belajarnya, ia menemukannya setelah menyadari bahwa langit menampilkan matahari dan bulan berdiri berdampingan, pula langit yang setengah siang dan setengah malam. Tentu saja hal ini aneh baginya. I...
The Alpha
1168      584     0     
Romance
Winda hanya anak baru kelas dua belas biasa yang tidak menarik perhatian. Satu-satunya alasan mengapa semua orang bisa mengenalinya karena Reza--teman masa kecil dan juga tetangganya yang ternyata jadi cowok populer di sekolah. Meski begitu, Winda tidak pernah ambil pusing dengan status Reza di sekolah. Tapi pada akhirnya masalah demi masalah menghampiri Winda. Ia tidak menyangka harus terjebak d...