Loading...
Logo TinLit
Read Story - Ludere Pluvia
MENU
About Us  

Cahaya keemasan baru saja terlukis di upuk timur, disambut dengan Jayden yang tengah menggengam kedua tangannya menghadap tepat pada sang surya. Rutinitas yang selalu ia lakukan setiap pagi, yaitu berdoa pagi sebelum mulai beraktivitas.

Yohan yang baru bertamupun langsung menupuk jidat saat melihat sang sahabat yang tengah berdiri khusyuk di balkon. Ia lupa belum melakukan doa pagi seperti apa yang Jayden lakukan. Iapun akhirnya ikut berdiri di samping tubuh yang jauh lebih tinggi darinya, turut melakukan hal yang sama.

“Kau sungguh memperbaikinya?” tanya Yohan, langsung menyerang Jayden begitu manik obisidian itu terbuka.

Yohan yang lebih dulu selesai dengan doanya sempat mengedarkan pandangannya pada ruangan yang sudah tidak asing baginya. Sehingga mudah baginya untuk menemukan hal baru di sana. Seutas tashbih kristal berkilauan yang bersanding dengan rosario batu alam Jayden, di atas nakas samping tempat tidur si pemilik kamar.

“Kenapa hanya tiga puluh tiga butir saja?” tanya Yohan lagi, pada sang sahabat yang tengah bersiap untuk menegak segelas kopi yang beberapa saat lalu sudah ia anggurkan di atas meja kaca.

Menegak sesuatu yang hangat dengan ditemani angin pagi, adalah suatu kenikmatan yang tak dapat diindahkan.

“Harusnya berapa?” bukannya menjawab, Jayden malah balik bertanya.

“Setahuku sembilan puluh sembilan,” jawab Yohan, menuturkan pengetahuan yang ia lupa dapat dari mana.

“Benarkah?”

Kini Jayden tengah membongkar ingatannya, apakah ia pernah menumpahkan isi tas seurut beludru kecil itu. Namun tak ada satu ingatanpun yang membenarkannya. Semoga saja ia tak melupakannya, dan bukan salahnya. Karena enam puluh enam butir itu tidak sedikit, lebih banyak dibandingkan dengan butiran yang sudah Jayden rangkai.

~ooo~

 Detik berganti menit, menit berganti jam, dan jam berganti hari. Sudah tujuh kali purnama dan mentari silih berganti, manik obisidian dan manik caramel itu tidak pernah bertukar pandang lagi. Seperti agama mereka yang berbeda, nampaknya mereka juga mengambil jalan yang berbeda, hingga tidak pernah lagi menghirup udara di tempat yang sama.

Namun seperti bulan dan matahari yang nampak mustahil untuk bertemu, dan Tuhan mempertemukan mereka lewat gerhana. Tuhan juga mempertemukan kedua manik berbeda warna itu kembali, ditengah keramaian makhluk-makhluk yang mengisi perut mereka.

Jayden pikir mereka hanya akan sekedar bertukar pandang saja, tetapi siapa sangka gadis bernama Salwa itu menunggunya di depan pintu kantin. Salwa melambaikan tangannya, membuat Jayden terkekeh dibuatnya. Sepertinya Salwa sangat suka menunggu. Jaydenpun memasukkan tangan beruratnya ke saku celananya saat berjalan mengikis jarak antara dirinya dan Salwa, bukan untuk bergaya namun ia berniat ingin mengembalikan tashbih yang selalu ia kantongi kemana-mana.

“Ini punyamu kan?” ujar Jayden membuka percakapan lebih dulu, begitu sampai dihadapan gadis yang tengah mendongkak untuk menatapnya. Seraya menyerahkan tahsbih yang ia rangkai dengan susah payah.

“Eoh?, terimakasih. Kau memperbaikinya?” sambut Salwa, menyadari tashbih di tangannya yang kembali ke bentuk semula.

Ia pikir, dia sudah kehilangan tashbih yang kini tengah bertengger di tangannya. Siapa sangka pemuda berwajah datar yang berapakali berbenturan dengannya akan membawanya kembali, bahkan pemuda yang ia tak tahu siapa namanya itu memperbeikinya seperti semula.

“Maaf,” balas Jayden menundukkan pandangannya, mendengar itu Salwa mengerutkan keningnya. “Aku tidak bisa menemukan sisanya,” lanjutnya tanpa menaikkan pandangannya.

“Hahaha…, ini sudah pas kok. Tashbih ada yang tiga puluh tiga butir dan ada yang sembilan puluh sembilan butir, dan ini versi yang lebih kecil.” Jelas Salwa, merasa gemas sendiri melihat kepolosan pria di hadapannya, rasanya ingin mencubit pipi tirus itu hingga memerah namun ia sadar diri mereka hanyalah orang asing yang kebetulan dipertemukan oleh Tuhan.

“Ah, aku tidak tahu.” Ucap Jayden menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, dibarengi senyum yang menghasilkan bulan sabit di matanya. Manis pikir Salwa.

“Ingin tahu lebih banyak, ayo Ashadu-” ajak Salwa penuh semangat, sangat tergambar dari nada suaranya.

“Mencurigakan,” sela Jayden memicingkan matanya ke arah Salwa. “kenapa kau memanngil ku?” tambahnya langsung ke inti, ia tidak terlalu suka basa-basi.

“Menurutmu mengapa seseorang menemui depkolektor?” tanya Salwa sedikit bermain-main, menaik turunkan alisnya meminta si pria berhidung prosotan menebaknya.

“Ingin pinjam uang,” jawab Jayden kelewat santai, membuat Salwa menganga di buatnya.

Ia tak habis pikir dengan jawaban yang pemuda itu lontarkan. Tidak salah sih, tapi… bagaimana ya.

“Selain itu.” Pancing gadis dengan rambut hitam bergelombang itu sekali lagi, setelah berhasil menepis keheranan yang baru saja menyelimutinya.

“Minta perpanjangan waktu, semiskin itukah kau?” balas Jayden, dengan ekspresi kaget yang sangat amat berlebihan.

“Hufh, sudahlah ini ambil. Bisa-bisa aku hipertensi karena terus berbicara denganmu,” Kesal Salwa, menarik paksa tangan pria di hadapannya. Dan meletakkan lima lembar uang merah di sana.

“Terus? kau ingin kita sering bertemu?” sambut Jayden, menampilkan raut seolah-olah sangat terkejut.

“Bye.” Tutup Salwa, meninggalkan Jayden yang tengah terkekeh karena telah berhasil mempermainkannya.

Lagi-lagi mereka berpisah tampa bertukar nama, masih dengan status orang asing yang kebetulan bertemu.

~oOo~

“Wih kaya nih mas bro, teraktir donk. Babi panggang enak nih.” Buka Yohan, saat melihat yang tengah berjalan ke arahnya dengan beberapa lembar kertas merah di tangannya.

“Tapi ini uang halal,” balas Jayden, saat sudah berdiri tepat bersebrangan dengan Yohan yang tengah menyandarkan punggungnya di mobil hitam milik Jayden.

“Hah?” hanya kata itu yang dapat terlontar dari mulut Yohan, sebagai simbol dari kebingunagnnya.

“Babikan haram.” Jelas Jayden, yang semakin menambah lipatan di kening Yohan.

“Kau masuk islam?” tanya Yohan, meninggikan nada suaranya dua oktaf. Dengan tangan yang menutup mulutnya yang tengah menganga tak percaya di sertai kedua maniknya yang melebar.

Bukankah sangat aneh jika seseorang yang sangat mencintai Tuhannya, tiba-tiba ia berpaling pada yang lain.

“Bukan, tapi uang ini dari orang islam.” Tutur Jayden, menghasilkan hembusan napas lega dari Yohan.

“Memangnya tidak boleh?” tanya Yohan lagi, yang hanya dibalas dengan kendikkan bahu oleh Jayden.

“Sumbangannya nak, untuk mesjid.” Sambung seorang pria paruh baya, yang tiba-tiba saja berada di samping mereka dengan mangkok kecil di tangannya.

Yohan dan Jaydenpun saling pandang, dan berakhir uang pemberian Salwa masuk ke dalam mangkok plastik kecil berwarna biru pudar di tangan pria tua itu.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Tulus Paling Serius
9926      1107     0     
Romance
Kisah ini tentang seorang pria bernama Arsya yang dengan tulus menunggu cintanya terbalaskan. Kisah tentang Arsya yang ingin menghabiskan waktu dengan hanya satu orang wanita, walau wanita itu terus berpaling dan membencinya. Lantas akankah lamanya penantian Arsya berbuah manis atau kah penantiannya hanya akan menjadi waktu yang banyak terbuang dan sia-sia?
Si Neng: Cahaya Gema
187      159     0     
Romance
Neng ialah seorang perempuan sederhana dengan semua hal yang tidak bisa dibanggakan harus bertemu dengan sosok Gema, teman satu kelasnya yang memiliki kehidupan yang sempurna. Mereka bersama walau dengan segala arah yang berbeda, mampu kah Gema menerima Neng dengan segala kemalangannya ? dan mampu kah Neng membuka hatinya untuk dapat percaya bahwa ia pantas bagi sosok Gema ? ini bukan hanya sede...
Ada Apa Esok Hari
231      179     0     
Romance
Tarissa tak pernah benar-benar tahu ke mana hidup akan membawanya. Di tengah hiruk-pikuk dunia yang sering kali tak ramah, ia hanya punya satu pegangan: harapan yang tak pernah ia lepaskan, meski pelan-pelan mulai retak. Di balik wajah yang tampak kuat, bersembunyi luka yang belum sembuh, rindu yang tak sempat disampaikan, dan cinta yang tumbuh diam-diamtenang, tapi menggema dalam diam. Ada Apa E...
To The Bone
795      474     0     
Romance
Posting kembali.. Sedikit di Revisi.. --- Di tepi pantai, di Resort Jawel Palace. Christian berdiri membelakangi laut, mengenakan kemeja putih yang tak dikancing dan celana pendek, seperti yang biasa ia pakai setiap harinya. > Aku minta maaf... karena tak bisa lagi membawamu ke tempat-tempat indah yang kamu sukai. Sekarang kamu sendirian, dan aku membenci itu. Kini kamu bisa berlari ...
Pertualangan Titin dan Opa
3585      1366     5     
Science Fiction
Titin, seorang gadis muda jenius yang dilarang omanya untuk mendekati hal-hal berbau sains. Larangan sang oma justru membuat rasa penasarannya memuncak. Suatu malam Titin menemukan hal tak terduga....
Aldi. Tujuh Belas. Sasha.
515      298     1     
Short Story
Cinta tak mengenal ruang dan waktu. Itulah yang terjadi kepada Aldi dan Sasha. Mereka yang berbeda alam terikat cinta hingga membuatnya tak ingin saling melepaskan.
Smitten Ghost
248      201     3     
Romance
Revel benci dirinya sendiri. Dia dikutuk sepanjang hidupnya karena memiliki penglihatan yang membuatnya bisa melihat hal-hal tak kasatmata. Hal itu membuatnya lebih sering menyindiri dan menjadi pribadi yang anti-sosial. Satu hari, Revel bertemu dengan arwah cewek yang centil, berisik, dan cerewet bernama Joy yang membuat hidup Revel jungkir-balik.
Selaras Yang Bertepi
490      332     0     
Romance
"Kita sengaja dipisahkan oleh waktu, tapi aku takut bilang rindu" Selaras yang bertepi, bermula pada persahabatan Rendra dan Elin. Masa remaja yang berlalu dengan tawa bersembunyi dibalik rasa, saling memperhatikan satu sama lain. Hingga salah satu dari mereka mulai jatuh cinta, Rendra berhasil menyembunyikan perasaan ini diam-diam. Sedangkan Elin jatuh cinta sama orang lain, mengagumi dalam ...
Bimbang (Segera Terbit / Open PO)
6215      2000     1     
Romance
Namanya Elisa saat ini ia sedang menempuh pendidikan S1 Ekonomi di salah satu perguruan tinggi di Bandung Dia merupakan anak terakhir dari tiga bersaudara dalam keluarganya Tetapi walaupun dia anak terakhir dia bukan tipe anak yang manja trust me Dia cukup mandiri dalam mengurus dirinya dan kehidupannya sendiri mungkin karena sudah terbiasa jauh dari orang tua dan keluarganya sejak kecil juga ja...
Aria's Faraway Neverland
3824      1258     4     
Fantasy
"Manusia adalah Tuhan bagi dunia mereka sendiri." Aria adalah gadis penyendiri berumur 7 tahun. Dia selalu percaya bahwa dia telah dikutuk dengan kutukan ketidakbahagiaan, karena dia merasa tidak bahagia sama sekali selama 7 tahun ini. Dia tinggal bersama kedua orangtua tirinya dan kakak kandungnya. Namun, dia hanya menyayangi kakak kandungnya saja. Aria selalu menjaga kakaknya karen...