Keesokan harinya Go Hwijae dan Go Haewon ikut kembali ke Seoul bersama dengan Taehyung dan juga Kakek Kim. Nampak Haewon begitu tegar. Sebenci apapun Haewon, namun tetap disisi lain dia masih mencintai Ibunya.
Go Hwijae pun berusaha untuk tegar, walaupun Park Hayoung sudah menorehkan luka teramat sakit di hatinya tetap saja Hwijae sudah memaafkannya.
Aku sudah merelakanmu. Semoga kau menemukan kebahagiaanmu di atas sana. Kau tak perlu khawatir soal Haewon, dia akan bahagia dan aku akan selalu menjaganya, batin Go Hwijae.
Ibu, aku memang sangat membencimu karna kau pernah menelantarkanku beserta Ayah dan Daehyun, tapi aku sudah memaafkanmu. Semoga Ibu bahagia di atas sana, batin Haewon.
Setelah sampai Seoul, Hwijae dan Haewon langsung dibawa ke rumah Kakek Kim. Ternyata di rumah Kakek Kim sudah ada kedua orangtua Taehyung dan juga Taejung, kakaknya.
Gadis berambut panjang yang bernama Go Haewon langsung dikenalkan pada kedua orangtua Taehyung.
"Ah, jadi gadis ini yang membuat Taehyung betah tinggal di Goshiwon?" tanya Sang Ibu tercinta. "Mari ikut Ibu, akan Ibu tunjukan kamar untukmu dan juga Ayahmu." ajak Ibunda Taehyung.
"Setelah kalian beristirahat, Taehyung akan mengantar kalian berdua ke makam," ujar Kakek Kim.
"Tak perlu sungkan, anggap saja seperti rumah sendiri," imbuh Taejung tersenyum.
Hwijae dan Haewon segera mengikuti langkah kaki Ibunda Taehyung. Sebuah kamar untuk Ayah Hwijae dan Haewon, kamar yang sangat mewah dan besar.
"Kalian berdua bisa beristirahat dulu," Kim Eunhye mempersilahkan Ayah dan Anak itu untuk beristirahat.
Setelah kepergian Kim Eunhye, Haewon merasa dilema. Dia dan Taehyung seperti langit dan bumi. Haewon benar-benar sangat kaget, dia tak mengira kalau Taehyung adalah anak orang kaya. Kesederhanaan Taehyung yang membuat Haewon terkecoh.
"Ayah, apa ini benar-benar keputusan yang benar?" tanyanya ragu pada sang Ayah.
Go Hwijae duduk disisi ranjang, lalu tangannya memberi kode menepuk-nepuk ranjang kosong disampingnya. Gadis itu melangkah mendekati sang Ayah, lalu duduk disamping Ayahnya.
"Ayah tidak pernah memaksamu. Ayah sangat mengenalmu, jika kau sudah bilang YA, kau pasti akan konsisten dengan jawabanmu itu. Bukankah kau sudah menjawabnya semalam?"
Haewon mengangguk, namun setengah dari hatinya masih ragu. Apakah keputusannya itu adalah benar.
Go Hwijae menatap Haewon, "bukannya kau menyukai pemuda itu?" tanyanya menelitik. Haewon terdiam, dia ingat akan janjinya pada Taehyung. Gadis itu pun mengangguk. "Lalu apa yang membuatmu dilema?" tanya Ayahnya. "Jika kau memang menyukainya, mantapkanlah hatimu."
Ayah Hwijae berdiri, dia hendak membersihkan dirinya, "beristirahatlah!"
Beberapa jam setelah itu, Taehyung menemani Haewon dan Ayahnya ke pemakaman untuk mengunjungi makam Park Hayoung, Ibu kandung Haewon.
Setelah dari pemakaman, Teahyung membawa Haewon dan Ayahnya ke rumah sakit. Dia berniat untuk menjenguk Park Junghyun. Kali ini mereka hanya di perbolehkan melihat Junghyun dari jauh. Dokter khawatir, jika mereka menjenguk Park Junghyun secara dekat, Junghyun akan shock dan melukai orang-orang yang ada disekitarnya. Jadi, Dokter menyarankan Taehyung, Haewon, dan Hwijae untuk melihat keadaan Junghyun dari kejauhan.
Secara keseluruhan, Park Junghyun terlihat baik-baik saja, namun tidak dengan batinnya. Batinnya tertekan dan tergoncang karna kejadian saat itu. Haewon begitu sangat prihatin melihat Junghyun, mungkin itulah jalan takdir dari seorang Park Junghyun.
ππππππ
Pilihan yang sangat sulit kembali Haewon terima. Setelah acara pertunangan berjalan lancar, kini Haewon dihadapkan pada satu pilihan.
Kita tidak bisa menjalani kehidupan tanpa pilihan. Setiap hari, setiap saat, setiap detik, ada pilihan. Jika tidak maka kita tidak akan menjadi seseorang. Hidup menyajikan banyak pilihan, pilihan yang kita buat akan menentukan masa depan kita.
"Seoul, Gimhae, atau Daegu?" tanya Taehyung menatap Haewon. Tatapan Taehyung yang penuh dengan harapan.
"Kenapa sih, kau selalu memberiku pilihan yang sulit dan harus memilih salah satu di antara ketiganya?" Haewon bertanya balik pada Taehyung.
"Apanya yang sulit? Itu kan mudah, kau tinggal memilih salah satunya!" jawabnya.
"Tetap saja itu adalah pilihan yang sulit bagiku!" rajuk Haewon. "Boleh aku meminta waktu?" imbuhnya.
Taehyung menepuk keningnya, "jangan bilang kau minta waktu seminggu untuk memikirkannya!"
"Maksa sekali!" gerutuk Haewon
"Aku tidak memaksa, cuma memintamu memilih salah satu. Sudah itu saja!" bela Taehyung.
"Sama saja itu artinya memaksa!" Haewon tak mau kalah.
Kembali Taehyung menepuk keningnya. Untuk sesaat Haewon terdiam, dia teringat banyak kenangan manis berada di Daegu. Termasuk tempat favoritnya, yaitu padang ilalang di belakang Goshiwon dan juga perkenalannya dengan Taehyung disana.
Di tempat itulah, Taehyung membuat dirinya seperti bunga Dandelion. Bunga yang nampak biasa saja, bunga yang nampak rapuh tapi justru bunga itu begitu kuat. Di tempat itulah, dia juga bisa melepaskan beban pikirannya. Padang ilalang yang penuh dengan kenangan bersama seorang pemuda yang kini pemuda itu berdiri di depannya dan menggenggam tangannya.
"Taehyung-ah!" panggil Haewon. "Kalau aku memilih salah satu, bagaimana dengan Ayah?" tanyanya.
"Kalau kau mau membahagiakan Ayahmu, kau bisa mengajak Ayahmu untuk tinggal bersama dengan kita," jawabnya.
Jawaban Taehyung membuat hati Haewon sangat lega. Dia tak pernah berpikir akan meninggalkan Ayahnya sendirian atau menitipkannya di rumah Bibinya lagi ataupun memasukkanua ke panti jompo. Gadis itu memang bertekad akan merawat Ayahnya.
"Apa kau sudah memilih salah satu dari ketiga kota yang aku sebut tadi?" Taehyung menatap Haewon, gadis itu hanya mengedipkan mata berkali-kali. "Aah, aku merasa menjadi orang gila kalau seperti ini!" seperti biasa Taehyung mengacak-acak rambutnya sendiri sampai berantakan.
Semoga pilihanku ini mencerminkan harapanku, bukan ketakutanku! gumam Haewon dalam hati.
"Taehyung!" panggil Haewon lirih.
"Sudahlah, dari pada kau terlihat bimbang seperti itu. Lebih baik kau pikirkan baik-baik!"
"Daegu!"
Langkah Taehyung terhenti, dia membalikkan badannya dan menatap Haewon.
"Daegu! Aku memilih Daegu sebagai tempat tinggalku!" sahutnya. "Jujur, sebenarnya aku ingin tinggal di desa tapi kota Daegu mempunyai kenangan tersendiri buatku. Jadi, aku memutuskan untuk tinggal di Daegu."
Binar mata Taehyung menandakan bahwa pemuda itu sangat senang mendengarkan ucapan gadis itu. Matanya berbinar terang dan wajahya terlihat sangat bahagia. Gadis yang tangannya terus dia genggam itu juga ikut bahagia.
Sekarang aku tak tahu, bahwa gadis yang ada di depanku ini memang pantas untuk aku bahagiakan! batin Taehyung lalu memeluk gadis pujaan hatinya.
Haewon merenggangkan pelukannya, dia menatap pemuda yang ada di dekatnya itu.
"Lalu bagaimana dengan kedaiku di Namhaedo?"
"Itu gampang, nanti biar di urus orang-orang Kakek. Tak perlu kau risaukan, kedaimu disana tetap buka dan beroperasi!" hibur Taehyung.
"Syukurlah!" Haewon terlihat lega lagi. Kembali drama berpelukan terjadi dan kembali lagi Haewon merenggangkan pelukannya.
"Apa lagi?" tanya Taehyung gemas.
"Hmm ... tidak ada!"
Taehyung menaikkan alisnya, "yakin?" imbuhnya.
"Tidak ada!" Haewon menggelengkan kepalanya.
Taehyung yang terlihat gemas, langsung mengangkat tangannya mengacak-acak pucuk rambut Haewon dan kedua tangannya mencubit kedua pipi Haewon.
Daegu adalah kota kenangan dimana dia mengenal Taehyung. Daegu juga adalah kota yang membuat Haewon menjadi lebih kuat. Gadis yang terlihat rapuh dan lemah, namun dibalik itu semua dia adalah sosok gadis yang kuat. Kini masa depan Haewon ada di kota Daegu. Kota yang penuh kenangan.
πΎ
- FIN -