"Kenapa kau tidak menjualnya secara online saja?" saran Paman Ahn. "Nanti Paman akan membantu mempromosikannya."
_______
Optimis adalah modal usaha yang cukup penting bagi usahawan, sebab kata optimis merupakan sebuah prinsip yang dapat memotivasi kesadaran kita sehingga apapun usaha yang kita lakukan harus penuh optimis bahwa usaha yang kita laksanakan akan sukses.
________
Cuaca pagi di kota Seoul sangat hangat. Pagi yang begitu cerah, matahari tampak malu-malu memancarkan binarnya. Tampak semburat-semburat indah seperti kapas putih tengah menggantung manja di atas hamparan langit yang membiru di atas sana.
Embun pagi masih terlihat sangat cantik dengan butiran-butiran bening berkilauan menyejukan hati. Masih terlalu pagi bagi Taehyung untuk bangun dan beranjak dari ranjang yang super empuk, halus, dan luas itu.
Pemuda berhidung mancung, pemilik box-smile itu melirik jam yang menempel di dinding. Menggeliat pelan, meregangkan otot-otot tubuhnya, dan dia berhenti sejenak untuk mengumpulkan nyawanya.
"Aku baru ingat, kalau hari ini aku akan kembali ke Daegu," lirihnya, meraupkan kedua tangannya ke wajah. "Apa orang-orang suruhan Kakek belum menemukan keberadaan Haewon?"
Taehyung bangkit dari baringnya, seperti kebiasaanya, dia mengacak-acak rambutnya sendiri.
"Baiklah. Aku akan pulang ke Daegu!" ujarnya.
Pemuda itu masih punya tanggungan dengan pemilik Goshiwon, dan juga dia harus bertemu dengan kutu kupret Kyujung. Taehyung juga akan menemui kedua orangtuanya. Sampai hari ini juga, dia masih merasa bingung dengan semuanya.
Selesai mandi, pemuda itu langsung turun ke lantai bawah, dan dia mendapatkan sang Nenek yang sedang sarapan seorang diri di ruang makan.
"Kakek kemana, Nek?" tanyanya menghampiri Nenek Kim.
"Kakekmu sudah berangkat dari tadi," ucapnya sembari mengambil selembar roti dan mengolesinya dengan selai lalu memberikan pada cucunya itu.
"Makanlah,"
"Ah, terimakasih Nek!" sahutnya menerima sodoran roti dari Nenek Kim. "Kenapa Kakek berangkat pagi-pagi sekali?" tanyanya.
"Kakekmu itu orang sibuk, jadi tak perlu kau tanyakan lagi. Dia selalu pergi pagi dan pulang malam."
Taehyung mengangguk dan menggigit roti tawarnya sampai habis lalu meneguk segelas susu yang ada di sampingnya.
"Nek, hari ini aku akan pul--"
"Pulang ke Daegu, kan!" sela Neneknya memotong ucapan Taehyung, cucunya.
"Nenek tahu dari mana?" tanyanya. "Aku kan belum menceritakannya pada siapapun." imbuhnya.
Nenek menyodorkan sebuah amplop pada Taehyung.
"Ini dari Kakekmu, dan Kakekmu berpesan untuk membuka amplop ini ketika kau sampai di Daegu. Kakekmu juga sudah menyiapkan mobil untuk kau pulang ke Daegu,"
"Mobil?" tanya Taehyung. Nenek Kim hanya mengangguk.
Taehyung segera bersiap-siap kembali ke Daegu untuk menyelesaikan segala urusan dia dan dia pun berniat akan mencari Haewon. Pemuda itu tidak menuruti apa kata Neneknya untuk menggunakan mobil pribadi milik Kakek Kim, dia sudah merasa banyak merepotkan Kakek dan Neneknya selama tinggal di Seoul. Walaupun sang Nenek sudah merayunya, pemuda itu tetap dalam pendiriannya. Taehyung lebih memilih pulang ke Daegu menggunakan Subway.
Setelah berpamitan dengan Neneknya, Taehyung segera meluncur ke Station Kereta Bawah Tanah (Subway). Dia langsung memesan 1 tiket ke Daegu. Tak butuh waktu lama, kereta bawah tanah pun datang dan Taehyung segera masuk ke dalam kereta. Dalam perjalanan Taehyung banyak memikirkan hal-hal yang terjadi akhir-akhir ini. Hal-hal yang terjadi selama dia tinggal di Seoul.
Sesampainya di Daegu, Taehyung tak langsung pulang ke rumah, dia lebih memilih kembali ke Goshiwon untuk beristirahat disana.
Singkat cerita, pagi pun telah tiba. Taehyung masih terlihat sangat malas untuk membuka matanya. Pemuda itu masih tidur terlentang di single bed-nya.
Tak berapa lama ponselnya bergetar. Tangan pemuda itu berusaha meraih ponsel yang tergeletak tak jauh dari single-bed. Taehyung menatap layar ponselnya dan dia dengan cepat bangkit dari baringnya. Pemuda itu memiringkan kepalanya dengan matanya masih menatap layar ponselnya.
"Kyujung?" beonya heran. "Tumben sekali nih orang menghubungiku." Taehyung menggaruk-garuk kepalanya. Dia segera menggeser ikon berwarna hijau dan menempelkannya di telinga.
Baru akan menempelkan ke telinganya, Taehyung sudah kembali menjauhkan benda pipih itu dari telinganya.
"Yaak, lama sekali kau menjawab panggilan!" teriak Kyujung dari seberang.
"Memangnya kenapa kalau aku menjawab lama? Masih bagus aku menjawab panggilanmu! Lalu kenapa kau teriak-teriak seperti itu?!" balas Taehyung.
"Posisi?" tanya Kyujung. "Apa kau masih di Seoul?" tanyanya lagi.
"Tidak!" ucap Taehyung sambil menguap lebar. "Sekarang aku berada di Goshiwon, kenapa?" tanya Taehyung.
"Kalau begitu bukakan pintunya!"
"Hah?"
"Aku sudah berada di depan kamarmu!"
Taehyung segera bangkit dan berlari menuju pintu untuk membukakan pintu. Terlihat Kyujung sudah berdiri di depan pintu kamar kost Taehyung. Taehyung yang melihatnya hanya berkedip-kedip.
"Dari mana kau tahu kalau aku sudah kembali ke Daegu?" tanya Taehyung heran.
"Panjang ceritanya!" jawabnya singkat.
"Kau kira sedang main drama!" celetuk Taehyung.
"Memang sedang bermain drama. Drama kehidupan keluarga," ucap Kyujung tertawa.
Pada akhirnya Kyujung menceritakan semuanya pada Taehyung tentang drama penculikan waktu itu. Bukan Kyujung tak mau membantunya, tapi karna memang begitulah alur sandiwaranya. Kyujung pun menceritakan kalau orangtua Taehyung pun mengetahuinya.
"Serius aku tanya!" tanya Taehyung.
"Aku pun juga serius menjawabnya!" jawab Kyujung.
Seperti biasa canda tawa kedua sahabat ini berlanjut.
"Sungguh! Kau benar-benar tak marah soal itu?"
Taehyung tertawa nyengir, "tentu saja tidak, santai saja. Aku tahu niatmu itu baik membantuku untuk berubah menjadi lebih baik dan sepertinya kau pun sudah berhasil."
Gelak tawa terdengar di kamar itu, sesaat Taehyung memegang saku celananya karna dia merasakan sesuatu di dalam saku celananya. Tangan Taehyung merogohnya, dia mendapatkan sebuah amplop yang sudah kusut. Seketika dia teringat pesan neneknya untuk membuka amplop tersebut jika sudah sampai di Daegu.
"Apa itu?" tanya Kyujung.
"Amplop!" jawab Taehyung singkat.
Jari jemari Taehyung lalu membuka amplop itu, ditariknya sebuah kertas putih lalu di bacanya.
-Kakek akan mengajakmu ke Gyeongsangnam-do, jadi kau harus segera pulang ke rumah!-
Begitulah isi surat dari Kakeknya yang meminta Taehyung agar segera pulang ke rumah.
"Jadi?" Kyujung menatap Taehyung.
"Apa boleh buat, aku harus segera pulang ke rumah!"
ππππππ
Bisnis usaha Yangnyeom Tongdak mulai terlihat hasilnya. Banyak orang yang mulai memesan via online, tak jarang Haewon sendiri pun yang mengantarnya dengan menggunakan sepeda.
Gadis yang pantang menyerah itupun mulai merintis kariernya. Sang Ayah, Go Hwijae pun sering membantunya mengantar pesanan-pesanan Yangnyeom Tongdak.
Sebulan lebih sudah Yangnyeom Tongdak buatan Haewon laris manis. Kini, rumah yang ditempati Haewon dan Ayahnya disulap menjadi sebuah kedai kecil-kecilan. Tentunya itu semua sudah diperhitungkan.
Kerja keras Haewon berbuah manis, rumah Haewon menjadi ramai pengunjung. Sang Ayah pun memilih berhenti dari kerjanya untuk membantu putrinya itu.
Berbekal pengalaman Haewon yang sudah lama kerja di Cafe, dia pun sedikit demi sedikit menyajikan aneka minuman dari kopi.
Lambat laun kedai kecil milik Haewon mulai terkenal, penduduk dari desa atau kota tetangga banyak yang datang ke kedai kecil Haewon. Keuntungan yang di dapat Haewon pun sudah di bilang lumayan, dia mulai bisa menabung untuk masa depannya. Go Hwijae terlihat sangat bangga dengan putrinya itu.
Malam begitu temaram, kelap-kelip bintang di langit menambah indahnya langit malam itu. Walau bulan hanya muncul separuhnya tapi malam itu bisa di bilang malam yang sangat indah.
Kelap-kelip kunang-kunang yang bertebaran di hamparan sawah menambah romantis malam itu. Haewon yang baru saja menyelesaikan beberes kedainya dan melihat sang Ayah terduduk di sebuah bangku kayu menatap ke depan, pria itu menatap hamparan sawah yang membentang luas. Haewon melangkah mendekati Ayahnya, dia membawakan secangkir teh hangat dan memberikannya pada Ayah Hwijae.
Go Hwijae tersadar dan dia mendongak menatap putrinya, Haewon yang tersenyum walaupun terlihat jelas gadis itu sangat lelah.
"Ayah kenapa? Apa Ayah sakit?" tanyanya pelan.
"Ayah tidak apa-apa. Ayah hanya lelah saja." ucapnya. Namun Haewon tak bisa di bohongi.
"Ayah pasti bohong!" celetuknya.
Go Hwijae membalikan badannya dan berhadapan langsung dengan Haewon.
"Ayah memang tak bisa membohongimu," ucapnya, " Ayah hanya rindu pada seseorang." tambahnya.
"Apa Ayah sedang rindu pada Ibu?" tanya Haewon.
Tak ingin membuat putrinya sedih, Go Hwijae berusaha menutupinya.
"Ayah rindu dengan Daehyun!" Go Hwijae beralasan.
"Baiklah kalau Ayah rindu pada Daehyun. Bagaimana kalau besok kita libur dan mengunjungi Daehyun?" usul Haewon.
Usul Haewon disambut anggukan kepala dari Go Hwijae, karna memang mereka berdua jarang libur. Sekali pun libur, mereka tetap mendapat pesanan online.
Usaha yang di kerjakan secara Tekun pasti akan membuahkan hasil yang sangat manis. Tekun berarti rajin, keras hati, dan bersungguh-sungguh. Dalam arti bekerja, belajar, dan berusaha. Orang yang tekun adalah orang yang bekerja secara teratur, mampu menahan rasa bosan atau jemu, dan mau belajar dari kesalahan (orang lain maupun dirinya) di masa lalu agar tidak terulang kembali.
πΎ