Mimik muka Kyujung mendadak berubah ketika membaca sebuah nama yang tertera di layar ponselnya.
"Kyujung-ah, apa kau juga terlibat atas kejadian kemarin!!?"
Mendadak Kyujung mematung dan diam. Dia bingung mau menjawab apa.
"Yaak ... Kim Kyujung, kenapa kau diam?!" teriaknya dengan nada suara meninggi.
"Yaak, kenapa kau jadi menyalahkanku!" balas Kyujung.
Adu mulut lewat telpon pun terjadi, memang bukan hal asing lagi percekcokan antara Taehyung dan Kyujung terjadi. Ini sering terjadi di minimarket ketika mereka ada sedikit selisih paham, tapi setelah itu juga mereka akan baikan kembali. Seperti itulah persahabatan mereka berdua.
"Urusan kita belum selesai. Aku akan menemuimu segera!"
Taehyung langsung menutup sambungan telponnya. Kyujung langsung memandangi layar ponselnya.
"Apaan ini? Dia baru saja memutuskan sambungan telpon ini?!" ucap Kyujung. "Yaak, aku belum selesai bicara!" umpatnya pada benda pipih yang sedang dia pegang.
"Apa kau sedang bicara dengan benda pipih itu, Kyujung-ah? Kau masih waras, kan?" tanya Hyunjeo.
"Tentu saja aku masih waras!" jawab Kyujung memasukkan benda pipih itu ke saku celananya.
ππππππ
Seorang wanita berdiri didepan sebuah jendela besar, lalu dia berjalan menuju balkon. Berdiri lama di sana memandang keadaan pagi itu. Nampak seorang pria keluar dari kamar mandi memakai handuk kimono. Setelah itu dia meraih setelan kerja yang sudah siap di atas ranjang.
Pria tersebut segera memakai jas yang sudah disiapkannya. Sesekali dia menatap wanita yang tengah berdiri di balkon kamarnya.
"Pokoknya aku tidak setuju putraku menikah dengan gadis itu! Aku tak akan pernah merestuinya. Ingat itu baik-baik!" ancam pria tersebut.
Wanita itu hanya menoleh dan menatap punggung pria yang seketika hilang di telan pintu. Kembali dia menatap jauh kesana, menatap hamparan awan yang berjalan, menikmati udara dipagi itu. Entah apa yang sedang wanita itu pikirkan.
Dia pun kembali masuk ke dalam dan menutup pintu kaca balkon. Di letakkan gelas yang dia pegang di atas nakas, setelah itu dia masuk ke dalam kamar mandi.
Park Hwanrim menenteng tas kantornya menuruni anak tangga. Dia melangkah menuju ruang makan dan menaruh tasnya di kursi kayu. Pria itu segera membenahkan kancing-kancing jasnya.
Park Junghyun yang sudah siap sedari tadi di meja makan, menghabiskan sisa potongan roti sarapan paginya. Dia pun langsung berdiri ketika melihat sang Ayah datang.
"Kali ini Ayah memintamu untuk tidak membuat malu nama keluarga Park!" hardik Park Hwanrim pada anak semata wayangnya Park Junghyun.
"Kapan aku pernah melakukan itu?" sahutnya. "Memangnya aku pernah membuat malu Ayah?" imbuh Park Junghyun.
"JANGAN MEMBANTAH!!!" bentak Park Hwanrim.
"Ba-baik Ayah!" jawab Park Junghyun.
Suara bentakan Park Hwanrim membuat seisi rumah terdiam termasuk Park Hayoung yang posisinya baru akan menuruni anak tangga. Wanita itu hanya menatap pria yang di nikahinya setelah dia meninggalkan Go Hwijae begitu saja.
Park Hwanrim menarik kursi ke belakang dan mendudukinya, lalu tangannya meraih selembar roti tawar, mengolesinya dengan selai, dan langsung memakannya. Setelah itu diraihnya segelas air putih dan meminumnya.
Hayoung yang baru sampai di ruang makan segera duduk di depan suaminya. Park Hwanrim berdiri dari duduknya dan meraih tasnya.
"Junghyun-ah, ayo berangkat!" ajak Hwanrim.
Park Junghyun segera berdiri, meraih jasnya dan menunduk pada Hayoung.
"Ibu, aku berangkat dulu!"
Hayoung tersenyum dan menganggukan kepalanya, lalu dia menatap suaminya dan pria itu hanya melirik ke arah wanita itu.
Ayah dan Anak berjalanan beriringan meninggalkan seorang wanita di ruang makan. Hayoung memang menyadari kalau suaminya tersebut pasti sedang marah pada dirinya.
"Kau yang menyetir mobilnya!" ucap Hwanrim pada Junghyun.
"Ah, baik Ayah!" jawabnya.
"Kita langsung menuju ke kantor HS Corp!" ucap pria bernama Park Hwanrim. "Dan ingat pesan Ayahmu ini, jangan sekali-kali membuat kesalahan atau mempermalukan Ayahmu ini!" pesan tuan Park dengan nada meninggi.
"Baik Ayah!" jawab Junghyun sembari menyetir mobil keluar dari halaman rumahnya.
______
Sementara itu, Taehyung yang hari itu disuruh oleh Kakeknya untuk datang ke HS Corp, sedikit terlihat malas-malasan. Entah pada pukul berapa pria tua itu pergi meninggalkan rumah.
Taehyung masih duduk santai di sofa, pandangannya menatap langit-langit ruang tengah rumah Kakeknya itu.
Seorang wanita tua berjalan mendekati Taehyung dan membelai rambut Taehyung.
"Kenapa kau belum bersiap-siap?" tanyanya memandang Taehyung yang masih menggunakan hoddie warna cream dan celana jeans biru.
"Aku malas, Nek!" sahutnya singkat.
"Bukankah kau ingin mencari seseorang di Seoul?" pancing sang Nenek.
"Ah, benar!" kata Taehyung langsung bangkit dari rebahannya. Segera dia pamit pada Neneknya untuk segera ke HS Corp. "Aku pergi dulu, Nek!" tambahnya.
"Apa kau akan berpakaian seperti itu?" tanya wanita tua itu.
Taehyung melihat dirinya sendiri, "ah, biarlah Nek!" Taehyung segera berlari dan menyetop sebuah taksi.
"Anak itu ...." sang Nenek hanya tersenyum dan menggeleng-gelengkan kepalanya.
Taksi melaju dengan kecepatan rata-rata, membelah jalanan kota Seoul yang ramai. Sesampai di depan HS Corp, Taehyung turun dari taksi. Dia pun mendongak ke atas menatap tingginya gedung tersebut.
"Apa benar ini tempatnya? Aku tidak salah alamat, kan?!" beonya pelan.
Dia menatap bingung dan menggaruk-garuk tengkuknya yang tidak gatal.
"Kenapa gedungnya berubah?" gumamnya lagi.
Taehyung masih berdiri didepan gedung yang menjulang tinggi. Dia bingung antara masuk atau tidak ke dalam gedung tersebut. Dia berdiri sambil memainkan kakinya, menyepak angin di trotoar. Sesekali dia melirik jam tangannya.
"Kalau bukan karna Haewon, aku pun tak akan melakukan hal ini! Tapi jika aku mencari sendirian di Seoul, pasti juga tidak akan menemukannya. Seoul begitu sangat luas!" gerutuknya masih menyepak-nyepak angin dengan kaki kanannya.
Dari arah berlawanan, sebuah mobil berhenti di depan gedung. Park Hwanrim dan anaknya, Park Junghyun keluar dari mobil. Kedua orang itu melangkah memasuki area gedung, namun mendadak Junghyun menghentikan langkahnya. Tatapannya fokus ke sebuah objek di depannya. Park Junghyun menatap Taehyung yang masih sibuk memainkan kakinya.
"HEI ... KAU, PELAYAN MINIMARKET!!!" teriak Junghyun memecahkan keheningan pagi itu. Membuat orang-orang yang ada di sekitar beralih menatap Park Junghyun, termasuk Park Hwanrim yang dibuat kaget dengan teriakan anaknya tersebut.
Teriakan Junghyun seketika membuat Taehyung menoleh menatap ke arah Junghyun. Taehyung menyipitkan matanya, fokus menatap Junghyun. Memorinya mendadak berputar mengingat siapa laki-laki tersebut.
"Ah, kau tidak mengenalku?!" teriak Junghyun. Pemuda itu segera melangkahkan kakinya dengan cepat mendekat ke arah Taehyung. "Baiklah, aku akan membuatmu mengingat siapa aku!" imbuh Junghyun, lalu melayangkan sebuah pukulan ke arah Taehyung dan membuat pemuda itu jatuh.
Taehyung memegangi bibirnya yang sedikit mengeluarkan darah. Taehyung menatap tajam ke arah Junghyun.
"Dulu aku pernah bilang padamu bahwa urusan kita belum selesai!" ucapnya tersenyum smirk. "Aku tak perlu bersusah payah mencarimu, ternyata kita bertemu disini. Apa kau sudah bisa mengingatku?! Sekarang kau yang berada di kandangku!" imbuhnya.
Taehyung berdiri sambil mengelap sedikit darah yang ada di bibirnya. Dia menatap Junghyun dan tersenyum.
"Kenapa kau malah tersenyum? Terlihat sekali senyumanmu seperti mengejek! Apakah aku harus takut padamu? Apa kau datang sendirian?!" tanya Junghyun dengan kepala menoleh kanan-kiri seperti mencari sesuatu.
"Aku tak punya urusan denganmu!" sahut Taehyung singkat, dia pun berlalu dari hadapan Junghyun.
"Enak sekali kau bicara seperti itu. Semua yang berurusan dengan Haewon itu adalah urusanku juga!" balas Junghyun dengan suara meninggi.
Tangannya meraih dan menarik hoddie Taehyung, Junghyun pun siap melayangkan sebuah pukulan pada Taehyung lagi.
Taehyung tak sempat menghindar, untuk kedua kalinya Taehyung terjatuh karna pukulan dari Junghyun. Belum sempat melawannya, Junghyun sudah akan melayangkan pukulannya lagi, namun gagal.
"PARK JUNGHYUN!!!" teriak seorang pria yang tak lain adalah Park Hwanrim, Ayahnya.
Kali ini teriakan Park Hwanrim terdengar lantang dan keras, membuat semua orang diam mematung menyaksikan kejadian tersebut.
"Ada keributan apa ini?!" seorang pria tua yang berjalan diiringi beberapa bodyguard.
Pria tua tersebut lantas melirik Taehyung yang sedang terduduk di trotoar dan memegang bibirnya yang berdarah lagi.
πΎ