Pagi itu cuaca di Kota Seoul sangat bersahabat. Hirup pikuk jalanan ibukota begitu ramai dengan lalu lalangnya kendaraan pribadi dan kendaraan umum. Terdengar suara puluhan burung-burung berkicau saling bersahutan bagaikan simphony menyambut pagi di langit dengan hamparan biru melebar seluas samudera.
Terlihat sang mentari sudah menampakan diri dengan sinarnya yang sudah menghangatkan sebagian kota Seoul. Tak hanya kota Seoul, sebagian dunia pun sudah mendapatkan sinar hangatnya. Ada banyak jutaan orang-orang yang sudah memulai aktifitasnya untuk menggapai impian mereka, termasuk seorang pemuda bernama Kim Taehyung. Namun, cerahnya pagi itu tak secerah hati Taehyung saat itu.
Masih di bilang sangat pagi untuk mengawali hari dengan sebuah perkelahian. Taehyung yang pagi itu mendapat hadiah sebuah pukulan dari Junghyun pun kaget. Taehyung tak menyangka kalau akan bertemu dengan Junghyun di Seoul. Kebalikannya dengan Park Junghyun, Junghyun yang memang masih ada rasa dendam pada Taehyung karna kejadian di Daegu waktu itu justru sangat senang ketemu dengan Taehyung.
"Sungguh suatu kebetulan jika aku bertemu denganmu disini. Sekarang kau bisa melihat apa yang bisa aku lakukan padamu kali ini. Kau pasti masih mengingat perkataanmu sendiri waktu di Daegu dan sekarang kau berada di Seoul, tentu saja di wilayahku!"
Taehyung yang masih terduduk di trotoar dengan sedikit bibir memar dan berdarah tak merespon Junghyun sama sekali. Sikap Taehyung itu justru memancing amarah Junghyun dan laki-laki itu hendak memberi hadiah bogem mentah pada Taehyung lagi.
"PARK JUNGHYUN!!!"
Sebuah teriakan keras membuat Junghyun mengurungkan niatnya untuk memberi hadiah sebuah pukulan pada Taehyung. Tangan Junghyun segera melepas genggamannya dari Hoddie Taehyung.
Sorot mata yang begitu berbeda dari seorang Park Hwanrim. Sorot kemarahan benar-benar terlihat jelas dari kedua matanya. Kedua matanya menatap tajam kearah Junghyun.
"Kau lupa tadi Ayah bilang apa sebelum kita berangkat!" pekiknya pada Junghyun.
"I-ingat Ayah, maaf!" sahut Junghyun.
"Lalu kenapa ka--"
"Ada keributan apa ini!" sela seorang pria tua dengan beberapa bodyguardnya berjalan mendekati tempat kejadian. Pria tua itu langsung menatap Taehyung, lalu beralih menatap Park Hwanrim.
"Aku rasa kau kurang mendidik anakmu dalam beretika di tempat umum!" sindir Kim Hyunsu.
Park Hwanrim lalu beralih menatap pria tua itu, "apa kau bilang!" balasnya.
"Apa aku harus menjelaskan kejadian yang baru saja terjadi?"
"Hei Pak Tua, bicaralah yang sopan pada Ayahku, karna dia pemilik dari IT Grup perusahaan no.3 di Korea!" ujar Junghyun menyombongkan diri.
"IT Grup?" Kim Hyunsu menoleh menatap Park Junghyun. "Bukankah grup itu hampir bangkrut?!" imbuhnya menatap Park Hwanrim. "Benar begitu kan, Tuan Park?"
"Apa itu benar, Ayah?" tanya Junghyun.
"Apa perlu aku yang menceritakan semuanya pada anak kesayanganmu ini?!"
"Tak perlu!" sahut Hwanrim tegas.
"Lalu kalian berdua ada perlu apa di sini?" Kim Hyunsu kembali menatap Hwanrim.
"Kami kesini untuk menjalin kerjasama dengan HS Corp!" jawab Junghyun penuh percaya diri.
"Kerjasama dengan HS Corp? Kau pikir semudah itu!" Hyunsu mengalihkan pandangannya. "Kau pikir akan semudah itu, kau ingin bergabung lagi dengan HS Corp?" Kim Hyunsu terdiam dan menatap Taehyung. "Setelah kau menjebak anakku dan membuat hubunganku dengan anakku retak serta kau pun yang membuat perusahaanku di ambang kehancuran. Kini, kau ingin kembali menjalin kerjasama?!" Kim Hyunsu menatap tajam Park Hwanrim. "Aku rasa kalian tak pantas berada di sini!" imbuhnya.
"Lancang kau bicara pada Ayahku!" Junghyun merasa tak terima kalau Ayahnya di usir.
"Kau yang harus jaga mulutmu!!"
Kali ini Taehyung berdiri dan membela Kakeknya. Dia merasa kalau Park Junghyun bicara terlalu kasar pada Kakeknya.
Ucapan Taehyung mengalihkan atensi Junghyun. "Kau ini siapa, ikut campur urusan orang! Seharusnya yang tak pantas berada di sini itu adalah kau, karna kau hanya seorang pegawai minimarket!" seru Junghyun.
"Siapa bilang dia pegawai minimarket!" sela Kim Hyunsu. "Dia adalah cucuku, penerus HS Corp!"
"Apa!!"
"Tidak mungkin! Tidak mungkin kalau pemuda itu penerus dari HS Corp!"
Park Hwanrim dan Park Junghyun spontan kaget. Keduanya langsung menatap pemuda yang berdiri tak jauh dari pria tua itu dan dia pun berpenampilan biasa saja.
"Jadi jangan terlalu berharap kalau kau bisa bekerjasama dengan HS Corp lagi!"
Kali ini Kim Hyunsu tak ingin terlalu berlama-lama dengan mereka. Pria tua itu langsung memberi kode pada bodyguardnya untuk melarang kedua orang itu masuk ke perusahaannya. Sedang Taehyung masih tampak bingung dengan apa yang dia dengar tadi.
Jadi masalah ini yang membuat hubungan Ayah dan Kakek menjadi renggang dan juga tidak akur. Mungkin aku bisa membantu keduanya kembali akur lagi!' batin Taehyung.
๐๐๐๐๐๐
Tak berhenti sampai disitu, percekcokan sering terjadi di keluarga Park. Park Junghyun masih tetap dengan pendiriannya ingin menjadikan Haewon partner hidupnya. Namun, keinginannya sangat di tentang oleh Ayahnya. Sedangkan, Park Hayoung pun yang notabenenya adalah Ibu kandung dari Haewon pun ikut menentang keinginan Park Junghyun.
Keluarga Park yang memang sedang di ambang keterpurukan membuat keluarga itupun menjadi tidak harmonis lagi. Keras kepalanya Park Junghyun membawa bencana tersendiri bagi keluarganya.
Pagi itu sebuah perdebatan terjadi. Junghyun kembali mengutarakan niat hatinya untuk melamar gadis pujaan hatinya, namun keinginan masih tetap di tentang oleh Ayahnya. Perdebatan di ujung tangga pun terjadi.
"Aku tidak peduli apa kata Ayah. Yang jelas aku akan tetap menikah dengannya!" Junghyun kekeh dengan niatnya.
"Ayah tak akan merestuimu. Jika kau masih ngotot dengan keinginanmu itu, lebih baik kau angkat kaki dari rumah ini!" ancam Park Hwanrim.
"Sayang, dinginkan kepalamu dan jaga emosimu. Ingat jantungmu!"
Park Hayoung berusaha meredakan amarah suaminya yang memang kalau itu sudah berada di puncak.
"Ini juga termasuk kesalahanmu!" Hwanrim menyalahkan Park Hayoung. "Kalau bukan karna anakmu itu, putraku tak akan pernah menjadi anak pembangkang seperti ini!" serunya dengan nada meninggi.
"Ayah, tak perlu menyalahkan Ibu. Karna Ayah sendiri pun banyak aturan. Mau di tentang seperti apapun, aku akan tetap menikah dengannya!"
"Pergilah kau dari rumah ini!" usir Park Hwanrim. "Bisa apa kau hidup di luar sana tanpa Ayahmu!" imbuhnya.
"Baiklah kalau itu mau Ayah. Lagi pula, Ayah pun sebentar lagi akan bangkrut!" balas Park Junghyun.
"Lancang kau!"
Park Hwanrim mengangkat tangannya dan melayangkan ke arah Park Junghyun. Namun seribu sayang, tamparan itu mengenai Park Hayoung yang memang berusaha melindungi anak tirinya itu.
Tamparan dari pria itu mengenai pipi kiri Park Hayoung dengan keras hingga membuat wanita itu hilang keseimbangan dan jatuh menggelinding sampai ke lantai bawah.
"IBUUUUUU!!!" teriak pemuda itu. Park Junghyun segera berlari menuruni anak tangga dan segera membalikkan tubuh Ibu tirinya itu. Terlihat darah segar mengalir dari kepalanya.
Melihat perbuatan yang di lakukannya beberapa detik itu, Park Hwanrim yang kaget langsung terkena serangan jantung. Pria itu memegang dadanya, napasnya tersengal-sengal dan setelah itu dia pun ambruk.
Singkat cerita, ambulance yang membawa kedua korban langsung melaju ke rumah sakit terdekat di kota Seoul. Mimpi buruk menjadi kenyataan, karna Ayahnya tak bisa di selamatkan begitu pula dengan Ibu Tirinya. Dalam satu hari Park Junghyun kehilangan dua orang sekaligus. Dua orang yang masih sangat dia butuhkan, akan tetapi takdir berkata lain.
Karna kejadian itu pun, Park Junghyun mengalami frustasi dan menderita tekanan batin akut hingga dia harus di rawat di Rumah Sakit.
Park Junghyun pun harus mengubur dalam-dalam tentang obsesinya untuk mengejar Haewon dan memilikinya. Mungkin ini memang sudah jalannya.
______
Obsesi seperti sebuah bumerang yang berbahaya bila tidak tepat menempatkannya dalam hidup. Terobsesi memiliki karier cemerlang, keluarga bahagia atau menikmati hidup sesuai apa kata hati itu masih normal. Akan tetapi jika obsesimu jatuh pada urusan cinta ini tandanya berbahaya. Cinta yang berlandaskan obsesi hanya membuat sakit hati yang tak berujung. Ada pula bentuk obsesi lain yang justru mempertahankan hubungan hingga mati-matian. Tidak peduli apa yang terjadi, tipe ini akan mempertahankan segalanya tanpa melakukan pertimbangan. Jadi rela berkorban dan tak mau mendengar pendapat orang, sebab rasa obsesinya terhadap cinta ini sudah sangat besar.
๐พ