-Keberuntungan yang didapat saat seseorang tidak bermaksud untuk mencari-
.
Hiduplah seperti bunga dandelion. Dandelion tidak secantik Mawar, tidak seindah Lili, tidak seabadi Edelweis. Dandelion tidak memiliki mahkota yang membuatnya tampak menarik. Dandelion juga tidak sewangi melati. Tapi dandelion adalah bunga paling kuat. Dia tetap bisa tumbuh di antara rerumputan liar, di celah batu. Dandelion terlihat rapuh, tapi begitu kuat, begitu indah, begitu berani. Tidak peduli seberapa hancurnya dirimu sekarang, kamu punya kesempatan untuk mengembalikan kekuatanmu lagi.
Dandelion bisa hidup dimanapun benih Dandelion berhenti diterpa sang angin. Disanalah dia tumbuh tanpa mengeluh. Ini menjadi cerminan proses adaptasi yang memang harus dilakoni setiap makhluk hidup. Layaknya pepatah, dimana bumi dipijak, disitu langit dijunjung. Keberadaannya yang bisa ditemukan hampir disetiap sudut tanah ini, mencirikan karakter sederhana dan mau berbaur dengan siapa saja. Hiduplah seperti Bunga Dandelion, dia rapuh tapi tetap tegap.
Berbicara tentang roda kehidupan, dia memang akan selalu berputar. Hidup tidak selalu berada di atas. Adakalanya hidup berada di bawah sebab setiap orang tidak lepas dari yang namanya masalah. Sejak kejadian waktu itu, Haewon menjadi lebih pendiam di banding sebelumnya. Entah dia merasa bersalah, menyesal atau yang lainnya, tapi gadis yang bernama Go Haewon adalah seorang gadis yang kuat dan tegar, tentu saja dia tidak terus-menerus larut dalam kesedihannya. Hidup memang harus terus berjalan seiring dengan waktu.
Akan tetapi masa lalu Haewon yang membuatnya benci dengan Ibu kandungnya sendiri masih menyisakan luka tersendiri di hati gadis itu. Go Haewon yang merupakan anak sulung, ketika di tinggal sang Ibu yang lebih memilih pria lain, pria yang jauh lebih kaya. Kala itu Haewon baru berumur 7 tahun dan sang adik baru berumur 2 tahun. Haewon masih beruntung, dia masih bisa merasakan kasih sayang sang Ibu dan masih bisa menghafal betul muka sang Ibu. Namun tidak seberuntung dengan adiknya yang bernama Daehyun, bahkan sampai Daehyun meninggal pun, keinginannya untuk bertemu dengan Ibunya belum terkabul.
Daehyun meninggal karna sakit, Leukimia yang di derita Daehyun membuat dia harus menyerah akan keadaannya. Daehyun meninggal di usia yang masih terbilang cukup muda, dia meninggal di usia yang masih belia 15 tahun.
Di usia yang baru menginjak 20 tahun, Haewon harus kehilangan adik kesayangannya. Di tambah lagi setelah kepergian Daehyun, Ayah Haewon sering sakit-sakitan dan pada akhirnya Haewon-lah yang menjadi tulang punggung keluarga.
Go Haewon yang kala itu masih berumur 20 tahun harus bekerja demi keluarga. Berbekal ijazah SMA dia melamar kerja kesana kemari. Beruntung sekali Haewon bertemu dengan seorang wanita yang mau mempekerjakan dia sebagai barista di sebuah Cafe di Seoul dan dari Cafe itu juga, Haewon mengenal sosok seorang Park Junghyun.
Haewon bekerja keras untuk menyambung hidupnya, namun tak sampai disitu, masalah baru muncul lagi. Rumah yang dia kontrak dan dia tempati bersama sang Ayahnya sudah di beli oleh orang. Terpaksa Haewon dan Ayahnya harus pergi dari rumah kontrakan tersebut.
Pada akhirnya Haewon dan Ayahnya singgah untuk sementara di rumah seorang wanita paruh baya yang tak lain adalah adik dari Ayahnya. Wanita yang sering di panggil oleh Haewon dengan sebutan bibi Junghae.
Bibi Junghae hanya tinggal sendirian di rumah tersebut, suaminya sudah lama meninggal dan kedua anaknya pergi merantau untuk bekerja. Rumah yang tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil itu memang sangat nyaman.
"Kalian boleh tinggal di sini," ucap bibi Junghae dengan senyumannya, "tapi yaa beginilah gubukku." imbuhnya.
"Terimakasih, Junghae-ya. Maaf, jika kali ini aku merepotkanmu." balas tuan Go Hwijae.
"Jangan berkata seperti itu, bagaimanapun juga kau adalah Kakakku. Selama aku kesusahan, kaulah yang sering menolongku." jelas bibi Junghae.
"Bi, Haewon berjanji, jika kelak tabungan sudah cukup, aku akan segera membawa Ayah mencari rumah kecil-kecilan." sahut Haewon.
"Haewon-ah, kenapa kau harus bilang seperti itu?" tanya bibi Junghae.
"Aku dan Ayah takut kalau kelamaan tinggal di sini akan merepotkan Bibi." ucap Haewon.
"Apanya yang merepotkan, kau ini juga keponakanku." balas bibi Junghae. Haewon pun terdiam mendengarkan kata-kata Bibinya. "Sekarang beristirahatlah di kamar. Bibi sudah menyiapkan kamar untuk kalian, di loteng ada satu kamar kosong. Kalian boleh tidur di situ."
Bibi Junghae mengantar Haewon dan Ayah Hwijae ke loteng. Nampak sebuah ranjang yang cukup untuk ditiduri satu orang dan sebuah kasur lipat yang tertata di sebuah lemari kayu.
"Terimakasih, Bi!" ucap Haewon.
"Beristirahatlah, nanti ketika makan malam tiba, aku akan memanggil kalian." bibi Junghae berlalu dan menutup pintu.
Haewon meletakkan tasnya di atas nakas, dia pun membantu sang Ayah melepaskan jaketnya.
"Ayah tidur di ranjang ini, ya. Biar aku tidur dengan kasur lipat di bawah." Haewon merapikan bantal dan sprey lalu menyuruh sang Ayah untuk duduk di sisi ranjang tersebut.
"Ayah minta maaf telah mengecewakanmu." sebuah kalimat terlontar dari mulut tuan Go. "Ayah benar-benar minta maaf!" Go Hwijae begitu terlihat sangat menyesal.
"Kenapa Ayah berbicara seperti itu?" tanya Haewon.
"Kau harus menderita seperti ini!" Go Hwijae menundukkan kepalanya. Haewon pun mendekat dan memeluk pria yang telah membesarkannya itu.
"Aku tidak menderita, Ayah. Aku bersyukur masih punya Ayah yang selalu memberiku semangat. Hanya saja memang hidup ini belum bersahabat dengan kita, Ayah." balas Haewon. Tuan Hwijae tersenyum dan membelai surat hitam putrinya itu.
"Kau memang anak yang benar-benar kuat dan tegar!" ucap Hwijae.
Haewon menatap mata sayu milik pria paruh baya di depannya, "Ayah, masalah yang datang tidak harus dirutuki ataupun disesali, sejenak mungkin kita harus menenangkan diri dan berdamai dengan apa yang sedang kita alami saat ini." Haewon tersenyum pada Ayahnya.
ππππππ
Matahari sudah berada di tengah-tengah, tepat di atas kepala. Sinarnya tak begitu menyengat kulit karna hari itu sedikit bercampur dengan awan hitam. Sesekali dia, Sang matahari bersembunyi di balik gulungan awan hitam yang berjalan. Angin berdesir menerpa pepohonan dan mengayun-ayunkan rerumputan yang ada di padang ilalang tersebut, membuat rerumputan itu seolah menari-nari mengikuti alunan symphony yang di hasilkan oleh angin yang bertiup saat itu. Suasana menjadi sangat syahdu kala gulungan-gulungan awan hitam kembali berjalan berurutan menutupi Sang matahari. Gumpalan hitam yang mampu menutupi teriknya sinar matahari.
Taehyung yang berjalan menyusuri padang ilalang kala itu tampak sangat menikmati suasana grassland yang terletak tak jauh dari Goshiwon. Menghirup aroma khas tanah yang masih basah karna memang semalam kota Daegu diguyur hujan. Perlahan namun pasti manik matanya menangkap sesuatu di antara ilalang yang bergelombang karna tertiup angin. Taehyung menyipitkan matanya dan berjalan mendekatinya.
"Haewon-ah ...." lirihnya menyapa gadis yang sedang terduduk di antara ilalang dan menggenggam setangkai bunga Dandelion. Haewon mendongak menatap Taehyung. Mata indah itu sedikit basah karna airmata. "Kau kenapa?" tanya Taehyung yang berjongkok di depan Haewon. Gadis itu menggelengkan kepalanya. Taehyung kemudian duduk di samping Haewon dan menghela napas. "Menyandarlah di bahuku, jika kau butuh sandaran." imbuh Taehyung. Tanpa basa-basi, Haewon langsung menyandarkan kepalanya di bahu Taehyung. "Menangislah, jika itu yang kau inginkan dan itu akan membuat hatimu lega."
Gadis itu mulai tak bisa menahan tangisnya. Airmatanya mulai membasahi pipinya dan menetes ke bahu Taehyung.
"Menangislah sepuasmu, jika itu akan membuatmu nyaman. Aku masih di sini sebagai sandaranmu." lirih Taehyung.
"Aku ingin pulang!" suara Haewon terdengar berat. "Aku rindu Ayah." imbuhnya semakin terisak manakala teringat keadaan Ayahnya yang sering sakit-sakitan.
Taehyung menolehkan wajahnya ke belakang, "kalau begitu ambillah cuti, mungkin kau juga butuh waktu untuk menenangkan diri." imbuh Taehyung.
"Aku tidak habis pikir, kenapa dia bisa menemukanku di sini!" gerutuknya.
"Sudahlah, masalah itu jangan dipikirkan lagi. Lebih baik kau cepat-cepat ambil cuti, agar kau bisa pulang menengok Ayahmu." saran Taehyung.
Haewon mengangguk, "Terimakasih Kim Taehyung!" ucapnya.
"Berjanjilah padaku, kau akan tetap seperti bunga Dandelion ini. Cantik, Kuat, dan Penuh Makna. Tetap tegap berdiri walaupun selalu diterpa angin. Tak peduli bagaimana kerasnya kehidupanmu di masa lalu, kau selalu bisa memulainya lagi." ujar Taehyung yang menggenggam setangkai bunga Dandelion, kemudian dia meniup bunga tersebut dan bertebaran benih-benih bunga tersebut tertiup oleh angin.
Keduanya menatap benih-benih Dandelion yang berterbangan kemana-mana karna tertiup angin.
Hidup memang tak selalu mudah. Kadang harus melewati berbagai kesulitan yang membuatmu seperti ingin menyerah. Masalah pekerjaan, perkara keluarga, hingga mungkin perselisihan dengan pasangan. Yang dirasakan hanyalah hampa. Kau tahu? Kehilangan seorang yg di cintai itu sakit. Ibu yang telah meninggalkan Ayah hanya demi pria lain, Ibu yang menelantarkanku, lalu Adikku yang meninggal. Aku kuat? Aku terlihat kuat namun aku juga punya sisi lemah dan rapuh.
Hidup adalah sebuah perjalanan. Kita hanya mampu berjalan ke depan, tanpa menoleh ke belakang. Masa lalu hanyalah sebuah masa yang sangat tak berguna. Masa depan menantimu, jangan kau terbelenggu di masa lalu yg kelam. Jalan hidup manusia tidak selalu lurus, semua pasti akan menghadapi rintangan. Jalan yang penuh duri harus terus di lalui. Lelah? Tidak ... tidak lelah sama sekali, karna hidup akan terus berjalan. Setiap masalah harus di hadapi dan di selesaikan. Apakah kau pernah berpikir, apa yang sedang direncanakan Tuhan?
Karna hidup tak pernah lepas dari masalah. Masalah akan terus datang silih berganti. Setiap orang tentunya memiliki masalah, namun masalah dapat teratasi jika kita melawan dari masalah tersebut. Sebagian besar orang menghadapi masalah dengan berdiam diri, padahal dengan berdiam diri tidak dapat menyelesaikan masalah hanya akan menambah beban masalah saja.
Kadar permasalahan dalam hidup manusia berbeda-beda, namun kebanyakan permasalahan manusia hampir sama. Menyelesaikan suatu permasalahan adalah perkara yang gampang-gampang susah, tetapi jika kita sikapi masalah tersebut dengan bijak tentunya kita akan menemui jalan keluarnya.
πΎ